21 April 2025
13:08 WIB
Menteri P2MI Proyeksikan Penerimaan Remiten RI Capai Rp433 Triliun Di 2025
Proyeksi penerimaan remiten berdasarkan target penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) tahun ini.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) RI, H. Abdul Kadir membahas potensi penerimaan remiten dari migran dalam acara edukasi keuangan bagi PMI di Jakarta, Senin (21/4). ValidNewsID/ Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) RI, Abdul Kadir Karding, memproyeksikan penerimaan remitansi atau remiten yang dikirimkan oleh pekerja migran Indonesia ke tanah air akan mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2025.
Dia mengatakan, untuk tahun 2025, pemerintah menargetkan bisa menempatkan hingga 425 ribu pekerja migran. Jika target ini tercapai, maka proyeksi penerimaan remitansi diperkirakan menembus angka Rp433,6 triliun.
“Kalau kami bisa menempatkan 425 ribu pekerja migran, maka insya Allah, itu akan ada sekitar Rp433,6 triliun,” kata dia kepada media, Senin (21/4).
Baca Juga: Jelang Lebaran, Transaksi Remitansi BSI Capai Rp1,5 Triliun
Namun, dia juga menyebutkan, jika jumlah penempatan hanya mencapai 350 ribu orang, maka potensi devisa yang masuk akan berada di kisaran Rp300 triliun.
“Tapi kalau dia tetap di angka misalnya hanya 350 ribu, ya naik sedikit lah, naik sekitar Rp300 triliun lah,” jelasnya.
Di sisi lain, Menteri Abdul Kadir mengungkapkan devisa dari remitansi yang sudah masuk pada di tahun 2024 mencapai Rp253,3 triliun.
Kontribusi terbesar berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti dari Jawa Timur, disusul oleh Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Kalau data yang ada, devisa yang sudah masuk 2024 itu Rp253,3 triliun. Dan daerah-daerah penyumbang terbanyak itu dari daerah Jawa Timur, karena mereka pekerja migran paling besar di sana,” ujarnya.
Baca Juga: Alasan Prabowo Setuju Cabut Moratorium PMI Ke Arab Saudi
Sementara itu, negara tujuan kerja yang paling banyak memberikan sumbangan remitansi masih didominasi oleh Malaysia, Arab Saudi dan Hong Kong.
Menurutnya, remitansi dari pekerja migran tidak hanya berperan besar dalam mendongkrak devisa negara, tetapi juga memberikan dampak ekonomi langsung bagi keluarga penerima di daerah. Serta, menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional, khususnya di sektor informal dan pedesaan.