11 Oktober 2023
12:31 WIB
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
JAKARTA - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai penting untuk menjalankan langkah konkret agenda dekarbonisasi sektor industri guna mencapai target net zero emission 10 tahun lebih cepat dari target nasional.
Pemerintah menargetkan Indonesia bisa mencapai target nol emisi karbon pada 2060. Namun Menperin meyakini agenda pengurangan emisi sektor industri bisa membuat target NZE tercapai 10 tahun lebih cepat.
"Kami sudah susun rencana kerja dekarbonisasi tersebut, dan ini (Raker) penyempurnaan dari rencana kerja sektor industri menuju NZE pada 2050 yang 10 tahun lebih cepat dari target NZE nasional pada 2060," ujarnya di Jakarta, Rabu (11/10).
Agus menjelaskan Indonesia dan negara lainnya tengah menghadapi tantangan global, yakni perubahan iklim. Untuk mengantisipasi hal itu, Indonesia perlu mengurangi tingkat emisi dengan cara melakukan dekarbonisasi.
Dekarbonisasi merujuk pada proses pengurangan emisi gas rumah kaca, serta emisi karbon dioksida (CO2) yang utamanya berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Dia pun terang-terangan menyebut Indonesia sebagai salah satu kontributor utama emisi karbon. Menurutnya, itu karena Indonesia memiliki populasi penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.
"Indonesia menjadi salah satu kontributor utama emisi karbon di tingkat regional bahkan global, oleh karena itu langkah-langkah dekarbonisasi di Indonesia, termasuk di sektor manufaktur itu penting," kata Menperin.
Baca Juga: Jababeka Jadi Kluster Industri Net Zero Pertama Asia Tenggara
Agus mengidentifikasi ada lima aspek yang perlu diperhatikan dalam agenda dekarbonisasi. Pertama, green lifestyle, di mana kebutuhan pasar atas produk hijau terus meningkat seiring kesadaran dari konsumen untuk menggunakan produk yang rendah karbon.
Kedua, pemerintah perlu bergerak mengurangi emisi, karena jika hanya diam maka itu akan memicu kerentanan bahan baku dan energi karena perubahan iklim. Contohnya, bencana akibat iklim mengakibatkan gagal panen dan krisis air yang mengganggu pasokan bahan baku industri.
Ketiga, kebijakan new green atau carbon protector. Artinya, ada regulasi negara tujuan ekspor yang mewajibkan praktik berkelanjutan seperti CBAM (Carbon Boarder Adjustment Mechanism) dan EUDR (EU Deforestation Regulation), dan lainnya.
Keempat, bursa karbon dan pasar modal berkelanjutan. Saat ini, pasar karbon nasional sudah berdiri, dan menggeliatnya pasar karbon dan pasar modal yang mengadopsi aspek keberlanjutan terutama dekarbonisasi.
Kelima, ikut menjalankan konvensi internasional. Artinya, Indonesia turut berkontribusi terhadap komitmen negara dalam konvensi internasional, seperti Persetujuan Paris, Konvensi Stockholm.
"Upaya dekarbonisasi di Indonesia tidak hanya sebatas kewajiban global tapi langkah krusial untuk melindungi keberlanjutan lingkungan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," imbuh Agus.
Perjalanan Agenda Dekarbonisasi Indonesia
Kemenperin mencatat tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sektor industri di Indonesia sepanjang 2015-2022 sebesar 8-20% dibandingkan dengan total emisi GRK nasional.
Sementara jika dilihat dari komposisi sumber emisi sektor industri manufaktur, ada 3 kontributor. Itu terdiri dari penggunaan energi di industri menyumbang 64%, emisi dari limbah industri 24%, dan proses produksi dan penggunaan produk atau Industrial Process And Product Use (IPPU) sebesar 12%.
"Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan energi di sektor industri membutuhkan intervensi yang lebih besar agar upaya pengurangan emisi GRK lebih maksimal," ucap Agus Gumiwang.
Ia juga menyampaikan pada 2022, upaya dekarbonisasi telah berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 53,9 juta ton CO2e, di mana emisi baseline Business as Usual (BaU) tanpa aksi mitigasi adalah sebesar 292,0 juta ton CO2-ekuivalen dan emisi aktual (dimana industri telah melakukan aksi mitigasi) adalah 238,05 juta ton CO2-ekuivalen.
Baca Juga: Dongkrak Daya Saing, Kemenperin Dukung Penerapan Industri Hijau
Berikutnya, Agus menyebut target penurunan emisi GRK untuk komponen IPPU pada 2030 sebesar 7 juta ton CO2e. Sementara itu, realisasi penurunan emisi IPPU pada tahun lalu sudah tembus target, yakni sebesar 7,138 juta ton CO2e atau 102% dari target.
"Hal ini menunjukkan optimisme bahwa upaya dekarbonisasi di sektor industri bukan suatu yang mustahil dicapai, makanya kita harus berkomitmen untuk bisa mencapai target NZE di sektor industri lebih cepat, yaitu pada 2050," tutup Agus.
Berbagai paparan Menperin Agus Gumiwang terkait rencana kerja dekarbonisasi akan dibahas lebih rinci dalam Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perindustrian 2023 di JW Mariott Hotel, Jakarta Selatan. Rapat itu digelar secara tertutup, dan hanya untuk internal Kemenperin.
Adapun tema raker bertajuk Penyusunan Rencana Aksi Dekarbonisasi Sektor Industri Menuju Target Net Zero Emission (NZE) Tahun 2050. Raker dipimpin oleh Agus, meja utama untuk diskusi telah dipenuhi para eselon 1, dan kursi peserta pun dipenuhi pejabat Kemenperin lainnya yang turut menghadiri rapat internal.