c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

01 September 2025

18:31 WIB

Menperin: Industri Butuh Kondisi Kondusif untuk Pertahankan Tren Positif PMI Manufaktur

Keberlanjutan tren positif industri manufaktur, termasuk PMI Manufaktur, sangat erat kaitannya dengan stabilitas nasional.

Penulis: Ahmad Farhan Faris

<p id="isPasted">Menperin: Industri Butuh Kondisi Kondusif untuk Pertahankan Tren Positif PMI Manufaktur</p>
<p id="isPasted">Menperin: Industri Butuh Kondisi Kondusif untuk Pertahankan Tren Positif PMI Manufaktur</p>

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Sumber: Kementerian Perindustrian

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan para pelaku industri memiliki rasa optimis dalam menjalankan usahanya setelah melihat terjadi lonjakan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025. Kata dia, hal ini jadi bukti ketahanan industri manufaktur dalam negeri di tengah dinamika politik dan ekonomi nasional maupun global.

Dari laporan S&P Global melalui (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025, tercatat tumbuh sebesar 51,5, atau naik 2,3 poin dari capaian bulan Juli yang berada di level 49,2. Peningkatan ini mengembalikan posisi ke fase ekspansi setelah lima bulan berturut-turut mengalami kontraksi.

“Kami menyambut baik laporan PMI manufaktur bulan Agustus ini yang menunjukkan adanya pemulihan kinerja manufaktur nasional. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pesanan baru, baik itu dari pasar domestik maupun ekspor, serta juga meningkatnya aktivitas pada produksi,” kata Agus melalui keterangannya pada Senin (1/9).

Namun, Agus mengingatkan bahwa keberlanjutan tren positif industri manufaktur sangat erat kaitannya dengan stabilitas nasional. Sehingga, kata dia, industri butuh kondisi yang kondusif dalam menjalankan operasionalnya.

Baca Juga: Sektor Manufaktur RI Kembali Ke Jalur Ekspansi, PMI Manufaktur 51,5

“Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar, atau kerusuhan dikhawatirkan akan menurunkan kembali tingkat optimisme para pelaku industri,” ujarnya.

Menurut dia, sektor manufaktur berbeda dengan sektor lain karena memiliki ekosistem yang luas dan sensitif. Kata dia, manufaktur melibatkan banyak kegiatan, mulai dari forward linkages, backward linkages, investasi, UMR, bahan baku, logistik, hingga sumber daya energi. “Semua rantai ini harus dijaga agar optimisme tetap tumbuh,” ucap Agus.

Secara teknikal, penguatan PMI pada Agustus 2025, terutama ditopang oleh meningkatnya pesanan baru (new orders) yang melonjak dari 48,3 pada Juli menjadi 52,3 atau naik 4,0 poin. Lonjakan ini turut didukung oleh pertumbuhan pesanan ekspor baru yang naik 2,8 poin menjadi 51,2, menandakan adanya peningkatan permintaan dari pasar global.

Selain itu, aktivitas produksi (output/activity) juga meningkat signifikan dari 49,0 ke 52,6 atau naik 3,6 poin, sehingga kapasitas produksi industri kembali ke level ekspansif. Perusahaan pun menambah tenaga kerja, tercermin dari indeks employment yang naik menjadi 50,4, serta meningkatkan aktivitas pembelian bahan baku, dengan quantity of purchases naik 3,1 poin ke level 51,6.

Sejalan Dengan IKI
Ia menyebut PMI manufaktur tidak pernah dijadikan tolak ukur oleh Kementerian Perindustrian sebagai landasan menganalisa kondisi lapangan, melainkan hanya dipandang sebagai salah satu indikator tambahan untuk melengkapi analisis.

PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2025, mampu melampaui PMI manufaktur Prancis (49,9), Jerman (49,9), Jepang (49,9), Myanmar (50,4), Filipina (50,8), Korea Selatan (48,3), Taiwan (47,4), Inggris (47,3), dan China (50.5).

“Bagi kami, IKI jauh lebih representatif karena melibatkan responden yang lebih besar, yaitu sebanyak 2.500–3.000 perusahaan industri dari 23 subsektor,” jelas dia.

Agus melanjutkan capaian ekspansi PMI Manufaktur pada Agustus 2025, sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI). Tercatat, IKI 53,55 meningkat 0,66 poin pada Agustus 2025, dibandingkan Juli 2025 (52,89). Sehingga, kata dia, PMI dan IKI sama-sama mengonfirmasi bahwa tren pertumbuhan sektor industri sedang menguat atau ekspansif.

Baca Juga: Meski Membaik, S&P Soroti Permintaan dan Proyeksi Lemah PMI Manufaktur RI!

“Ini menambah keyakinan kami bahwa kebijakan pemerintah dalam menjaga daya saing industri berada di jalur yang tepat. Industri kita mulai kembali agresif merespons permintaan pasar. Peningkatan pesanan ekspor juga menunjukkan bahwa produk manufaktur Indonesia semakin dipercaya di pasar global,” ungkapnya.

Untuk itu, Agus mengatakan pelaku industri ke depan tetap percaya diri terhadap prospek pertumbuhan produksi. Makanya, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian kata Agus, akan terus memperkuat kebijakan hilirisasi, mendukung inovasi dan membuka akses pasar yang lebih luas.

“Dengan langkah ini, kami yakin tren positif di sektor manufaktur dapat berlanjut, sekaligus memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar