c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

01 Agustus 2025

15:02 WIB

Meski Membaik, S&P Soroti Permintaan dan Proyeksi Lemah PMI Manufaktur RI!

S&P mencatat PMI Manufaktur Indonesia Juli membaik ke level 49,2 poin dibanding bulan sebelumnya. Namun, kondisi output dan permintaan menurun, dengan optimisme berkurang tajam di waktu ke depan.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Meski Membaik, S&amp;P Soroti Permintaan dan Proyeksi Lemah PMI Manufaktur RI!</p>
<p>Meski Membaik, S&amp;P Soroti Permintaan dan Proyeksi Lemah PMI Manufaktur RI!</p>

Pekerja membersihkan mesin yang digunakan untuk produksi tisu basah di PT The Univenus Cikupa, Tangerang, Banten, Rabu (11/11/2020). Antara Foto/Sigid Kurniawan/aww

JAKARTA - Lembaga pemeringkat S&P mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia Juli berada di level 49,2 poin. Capaian ini mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya di level 46,9 poin, meski capaian ini masih terhitung dalam zona kontraksi yang sudah terjadi sejak April 2025.

"Data survei bulan Juli kembali menunjukkan indikator negatif pada kesehatan perekonomian sektor manufaktur Indonesia, penurunan output dan permintaan baru berlanjut pada awal kuartal ketiga namun mereda sejak bulan Juni," terang Ekonom S&P Global Market Intelligence Usamah Bhatti, Jakarta, Jumat (1/8).

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Membaik Jadi 47,4 Tapi Permintaan Terendah Sejak 2021

Survei dilakukan antara 10-24 Juli, dan hampir semua tanggapan selesai sebelum pengumuman perjanjian perdagangan dengan AS pada 22 Juli.

Faktor utama penyebab penurunan angka PMI di bawah level 50 poin adalah penurunan produksi berkelanjutan. Tingkat penurunan tergolong sedang dan paling rendah dalam empat bulan periode.

Pihaknya mengidentifikasi, kondisi operasional di sektor manufaktur Indonesia terus menurun pada awal semester II/2025. Namun, laju kontraksi pada Juli melambat akibat penurunan output dan permintaan baru dibandingkan Juni.

Permintaan ekspor baru kembali menurun, sementara itu ketenagakerjaan dan pembelian masih di zona negatif. 

"Permintaan ekspor baru kembali menurun, sementara perusahaan sedang dalam mode penghematan (retrenchment) yang ditandai dengan penurunan karyawan dan pembelian," sebutnya.

Harapan akan pertumbuhan pada tahun mendatang melemah pada Juli, dengan kepercayaan diri di titik terendah sejak periode dimulai pada April 2012.

Tekanan Harga
Harga input terus menguat tajam dalam empat bulan. Sehingga, biaya output naik pada laju tercepat sejak April. 

Sejak Desember 2019, produsen barang Indonesia terus melaporkan kenaikan harga input dalam survei terbaru. Tingkat inflasi sangat kuat dan mencapai titik tertinggi sejak Maret 2025. 

Ketika harga naik, umumnya berkaitan dengan kenaikan harga bahan baku, sedangkan fluktuasi nilai tukar berpengaruh terhadap kenaikan harga barang impor. 

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Terkontraksi Tajam Jadi 46,7

Perusahaan berupaya mengalihkan kenaikan biaya input kepada klien dengan menaikkan harga pabrik hingga tingkat tertinggi selama tiga bulan terakhir. Namun, inflasi secara umum berada di tingkat sedang.

"Produsen juga mencatat bahwa tekanan harga semakin intensif sejak awal semester 2025. Inflasi biaya merupakan yang paling tinggi dalam empat bulan di tengah peningkatan harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar. Kenaikan biaya sebagian dibebankan kepada klien meski inflasi biaya pada tingkat sedang," paparnya. 

Tekanan Permintaan
Panelis melaporkan, penurunan output umumnya menggambarkan penurunan permintaan baru. Kenyataannya, tingkat penurunan bisnis baru juga berkurang pada Juli, dengan perusahaan menyebutkan penurunan pasar sebagian diatasi oleh beberapa proyek baru. 

Kendati, permintaan asing atas barang produksi Indonesia kembali turun ke wilayah kontraksi tiga kali selama empat bulan setelah sempat stabil pada Juni.

Sejalan dengan tren permintaan baru, tumpukan pekerjaan kini menurun dalam empat bulan terakhir. Tingkat penurunan pada Juli tergolong sedang, namun merupakan yang paling besar selama tiga bulan. Sehingga, tingkat tenaga kerja juga turun, meski tingkat PHK berkurang sejak Juni dan tergolong rendah. 

Baca Juga: PMI Manufaktur ASEAN Turun Dibandingkan Mei

Akibatnya, perusahaan sering menyebutkan bahwa stok barang jadi yang ada digunakan untuk memenuhi pesanan, menyebabkan penurunan stok pasca produksi dalam empat bulan terakhir.

Aktivitas Pembelian

Sementara itu, aktivitas pembelian turun pada tingkat sedang pada Juli yang menurut perusahaan disebabkan oleh penurunan kebutuhan produksi. Pada waktu yang sama, bukti anekdotal menunjukkan bahwa perusahaan berupaya untuk mengurangi inventaris pembelian yang menyebabkan penurunan stok pembelian selama empat bulan beruntun. 

Namun demikian, dilaporkan adanya tekanan tambahan terhadap pasokan karena waktu tunggu rata-rata untuk pengiriman input meningkat untuk kedua kali dalam tiga bulan, seiring keterlambatan pengiriman dan gangguan akibat konflik Iran-Israel.

Proyeksi Ke Depan
Ke depannya, produsen Indonesia menunjukkan optimisme terhadap perkiraan tahun mendatang. Namun, tingkat kepercayaan diri berkurang tajam dibandingkan pada Juni dan tergolong paling lemah sejak survei dimulai April 2012. 

"Kepercayaan diri menghadapi tahun mendatang berkurang tajam pada bulan Juli, dengan tingkat optimisme berada di tingkat terendah dalam survei," urainya.

Optimisme didorong oleh harapan bahwa perekonomian akan membaik dan harga bahan baku turun. Namun demikian, sejumlah perusahaan menyampaikan kekhawatiran terkait tarif oleh AS dan lemahnya daya beli pelanggan.

"Perusahaan menyatakan kekhawatiran tentang tarif AS dan penurunan daya beli yang mungkin membatasi volume pada tahun mendatang,” sebutnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar