c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

01 September 2025

12:20 WIB

Sektor Manufaktur RI Kembali Ke Jalur Ekspansi, PMI Manufaktur 51,5

PMI yang disesuaikan secara berkala naik dari 49,2 pada bulan Juli menjadi 51,5 pada bulan Agustus, menunjukkan perbaikan kondisi bisnis yang tergolong moderat.

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">Sektor Manufaktur RI Kembali Ke Jalur Ekspansi, PMI Manufaktur 51,5</p>
<p id="isPasted">Sektor Manufaktur RI Kembali Ke Jalur Ekspansi, PMI Manufaktur 51,5</p>

Sejumlah pekerja perempuan merangkai kabel body mobil di PT Surabaya Autocomp Indonesia, yang merupakan perusahaan asing di Ngoro Industrial Park-1 (NIP-1), Mojokerto, Jumat (21/10). Foto Antara/Eric Ireng

JAKARTA – Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan kinerja pada Agustus, tecermin pada Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang naik di atas 50,0. Hal ini menandakan adanya perbaikan kesehatan sektor manufaktur untuk pertama kali dalam lima bulan.

“PMI yang disesuaikan secara berkala naik dari 49,2 pada bulan Juli menjadi 51,5 pada bulan Agustus, menunjukkan perbaikan kondisi bisnis yang tergolong moderat,” ungkap Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence melalui siaran pers, Senin (1/9).

S&P Global menilai, perbaikan ini didorong oleh peningkatan baik pada produksi maupun volume pesanan baru. Keduanya mencatat pertumbuhan untuk pertama kali dalam lima bulan dan pada laju solid, seiring perusahaan meluncurkan produk baru dan memperoleh klien baru.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Membaik Jadi 47,4 Tapi Permintaan Terendah Sejak 2021

Perusahaan pun meningkatkan aktivitas pembelian dan jumlah tenaga kerja pada pertengahan triwulan ketiga untuk menyesuaikan kebutuhan produksi tambahan untuk memenuhi kenaikan volume pesanan baru.

Meski tergolong kecil, peningkatan jumlah pekerjaan ini merupakan yang pertama dalam tiga bulan. Meski pesanan baru tumbuh, perusahaan tetap mampu mengendalikan beban kerja, terlihat dari keberlanjutan dan penurunan penumpukan pekerjaan pada tingkat sedang selama lima bulan berturut-turut.

“Sebagai respons, perusahaan meningkatkan jumlah tenaga kerja dan pembelian untuk menyesuaikan permintaan dan kebutuhan produksi, sekaligus memanfaatkan stok barang jadi yang ada untuk menyelesaikan pesanan,” papar Bhatti.

Aktivitas pembelian juga meningkat sebagai respons terhadap kondisi pasar yang lebih baik, dengan ekspansi sedang pada pembelian input yang berkontribusi pada peningkatan stok input.

Di sisi lain, stok barang jadi kembali menurun karena produsen menggunakan inventaris untuk memenuhi pesanan baru. Ketersediaan bahan baku yang melimpah membuat sebagian perusahaan dapat memperoleh input lebih cepat dibandingkan pada bulan Juli. 

Namun, responden lain masih mencatat keterlambatan pengiriman, sehingga secara keseluruhan waktu pengiriman pemasok tidak berubah dari bulan sebelumnya.

Permintaan pasar dilaporkan lebih kuat baik di pasar domestik maupun internasional. Bahkan, volume pesanan ekspor baru meningkat pada laju tercepat sejak bulan September 2023.

"Perusahaan mencatat pertumbuhan baru pada output dan pesanan baru, dengan pesanan ekspor mencatat kenaikan tercepat dalam hampir dua tahun,” imbuhnya.

Dari segi harga, inflasi biaya input pada bulan Agustus tergolong solid, namun masih di bawah rata-rata jangka panjang dan menjadi yang terendah kedua dalam hampir lima tahun (setelah Juni). 

Menurut bukti anekdotal, kenaikan nilai dolar AS menyebabkan harga bahan baku impor juga naik. Perusahaan merespons kenaikan biaya input dengan menaikkan harga output pada laju lebih tinggi, yaitu yang tercepat sejak bulan Juli 2024.

"Inflasi biaya tetap solid pada bulan Agustus, meskipun turun pada tingkat terendah dalam lima tahun terakhir. Namun demikian, perusahaan memilih untuk meneruskan kenaikan beban biaya kepada klien guna melindungi margin, dengan harga output naik pada laju tertinggi sejak bulan Juli 2024."

Baca Juga: Meski Membaik, S&P Soroti Permintaan dan Proyeksi Lemah PMI Manufaktur RI!

Ke depan, bisnis di sektor manufaktur Indonesia masih optimis bahwa volume produksi akan naik pada tahun mendatang. Tingkat optimisme tergolong kuat dan meningkat dibanding bulan Juli, meskipun masih di bawah rata-rata jangka panjang.

Sentimen positif didukung oleh harapan bahwa kondisi ekonomi akan membaik, mendorong peluncuran produk baru. Harapan bahwa daya beli pelanggan akan meningkat sehingga mendorong pertumbuhan output.

“Perusahaan juga berharap pertumbuhan output dapat berlanjut dalam waktu dekat, seiring menguatnya optimisme terhadap prospek tahun mendatang,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar