c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

09 Desember 2024

17:14 WIB

Menko Airlangga Dorong BRI dan BSI Jadi Pengelola Bank Emas RI

Menko Ekonomi meminta BRI dan BSI agar dapat berperan sebagai pengelola bank emas di Indonesia. Indonesia memproduksi emas batangan seberat 60 juta ton/tahun dan stok emas PT Pegadaian seberat 70 ton.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">Menko Airlangga Dorong BRI dan BSI Jadi Pengelola Bank Emas RI</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Menko Airlangga Dorong BRI dan BSI Jadi Pengelola Bank Emas RI</p>

Ilustrasi bullion bank. Shutterstock/Denis---S

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta secara khusus agar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dapat berperan sebagai pengelola bank emas (bullion bank) di Indonesia.

Adapun usulan kedua perbankan tersebut Menko Ekonomi dorong sebagai rancangan awal pengadaan bullion bank di tanah air. Pernyataan itu menanggapi kabar Indonesia melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tengah mengembangkan Bullion Bank, bank yang bisa menilai stok emas.

"Saya mengusulkan kepada OJK, minimal BRI yang merupakan holding (perusahaan induk) Pegadaian, dan juga BSI agar dapat menjadi tuan rumah sebagai bank emas batangan di Indonesia," katanya dalam acara Indonesia SEZ Business Forum 2024 di Jakarta, Senin (9/12).

Baca Juga: BUMN Dorong MIND ID Gandeng Industri Keuangan Pelat Merah Bentuk Bank Emas

Lebih lanjut, dia menjelaskan, dahulu stok emas Indonesia hanya disimpan di gudang dan hanya dicatat tonasenya, bukan nilainya. Padahal, bank-bank lain termasuk di Singapura, banyak bank yang memasukkan emasnya ke dalam neraca.

"Itulah sebabnya, dulu biasanya industri perhiasan hanya mendapat biaya produksi, CMT (Cut, Make, Trim), tolling, emas di Singapura. Mereka tolling (distribusi emas) di Surabaya dan mengirimkannya kembali ke Singapura. Jadi, kita tidak mendapatkan nilai penuh dari emas yang dihasilkan di industri manufaktur Indonesia," ujarnya.

Menurut Airlangga, Indonesia sudah seharusnya memiliki bullion bank atau bank emas sendiri. Lantaran, Indonesia telah mampu memproduksi emas batangan seberat 60 juta ton per tahun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik.

Hal itu tercapai, setelah sejak 1967, Indonesia hanya bisa mengekspor tembaga 30 juta ton ke Spanyol dan Jepang untuk diolah menjadi emas batangan.

"Bayangkan saja dari 1967-2024, dari Freeport, kita hampir tidak menghasilkan emas. Jadi, kalau produksi tembaga bisa menghasilkan 30 ton, maka 30 ton itu dibagi antara Spanyol dan Jepang. Jadi, kali ini untuk pertama kalinya, 60 ton emas bisa diproduksi di Gresik. Dan stok emas PT Pegadaian seluruhnya 70 ton," ungkapnya.

Dengan kemampuan produksi emas batangan seberat 60 juta ton per tahun, dan ditambah keberadaan stok emas di PT Pegadaian seberat 70 ton. Karenanya, tak ada alasan Indonesia tidak mau membuat bullion bank sendiri. 

Pemerintah juga meyakini, keberadaan bank emas juga akan berguna bagi industri perhiasan di dalam negeri. Di sisi lain, emas menjadi komoditas utama incaran investasi saat krisis, karena dianggap sebagai aset yang aman (safe haven).

Oleh karena itu, dia mendorong, agar Indonesia harus bisa mengelola secara mandiri aset-aset emasnya di bullion bank.

"Kita tahu bahwa emas merupakan bagian dari investasi safe haven di saat krisis. Dan dalam lima tahun terakhir ini, kita mengalami begitu banyak krisis. Saya kira tidak bijaksana, jika kita tidak memanfaatkan kekuatan kita sendiri," paparnya.

Baca Juga: Jaga Peredaran Emas, OJK Rilis POJK Usaha Bulion

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mendorong Holding BUMN Pertambangan MIND ID agar menjalin sinergi dengan industri keuangan pelat merah seperti Pegadaian, Bank Syariah Indonesia (BSI), serta Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk membentuk bullion bank atau bank emas.

Menurutnya, pembentukan bullion bank merupakan salah satu bagian dari hilirisasi sumber daya mineral di Indonesia. Lewat pembentukan bank emas, pasar logam dalam negeri dijelaskannya masuk ke dalam agenda hilirisasi.

Pemerintah pun mendorong proyek-proyek hilirisasi yang dijalankan Anggota MIND ID, khususnya PT Freeport Indonesia, harus bisa diperluas dengan membentuk bank emas.

Mengingat saat ini PTFI punya fasilitas Pemurnian Logam Mulia (Precious Metal Refinery/PMR) di Manyar, Gresik, Jawa Timur yang mampu memproduksi setidaknya 50 ton emas per tahun.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar