19 Agustus 2025
10:17 WIB
Menghitung Kelayakan Impor LNG Untuk Atasi Penurunan Pasokan Gas RI
LNG digadang-gadang dapat menjadi solusi atas masalah pasokan gas pipa yang mengganggu operasional industri.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Ilustrasi - Fasilitas LNG PT PGN Tbk. ANTARA/HO-PT PGN Tbk
JAKARTA - Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan komoditas Liquified Natural Gas (LNG) bisa menjadi solusi sementara atas penurunan pasokan gas pipa yang terjadi belakangan ini dan mengganggu operasional industri.
Impor LNG, sambung Pri, bisa mengatasi masalah pasokan gas domestik, setidaknya sampai produksi membaik dan infrastruktur gas domestik bisa memenuhi kebutuhan pada seluruh wilayah di Indonesia.
Dia juga mengatakan harga LNG impor cenderung kompetitif dari harga LNG domestik. Misalnya dari Amerika Serikat dan Qatar yang dipatok US$7 per MMBTU, Malaysia US$9 per MMBTU, serta Rusia di angka US$11 per MMBTU.
Sementara untuk harga sampai titik serah pasar Asia pada 2024 lalu, LNG dari Amerika Serikat dipatok sebesar US$10,5 per MMBTU, Qatar dan Malaysia masing-masing US$11,5 per MMBTU, dan LNG dari Rusia sebesar US$12,5 per MMBTU.
Baca Juga: SKK Migas: Cadangan Gas Besar RI Terkendala Infrastruktur
"Berdasarkan data, harga LNG impor dari AS, Qatar, Malaysia, dan Rusia yang diperdagangkan di pasar Asia relatif kompetitif dengan harga LNG domestik," kata Pri saat dihubungi Validnews, Senin (18/8).
Di lain sisi, harga LNG domestik jika mengacu pada formula 17,4% dari ICP ialah sebesar US$13,59 per MMBTU. Pasalnya, rerata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada 2024 berada di angka US$78,14 per barel.
"Mengacu pada data tersebut, harga LNG impor dari Amerika Serikat, Qatar, Malaysia, dan Rusia dapat dikatakan relatif kompetitif dengan harga LNG domestik," ungkapnya.
Dari keempat negara itu, Pri menilai Amerika Serikat berpotensi memberi harga LNG yang lebih kompetitif. Berdasarkan catatannya, Negeri Paman Sam mematok rata-rata harga LNG Free on Board (FoB) pada Januari-April 2025 lalu sebesar US$7,73 per MMBTU.
Sedangkan untuk biaya pengangkutan, dipatok sebesar US$2,09-US$4,75 per MMBTU, bergantung pada kapasitas LNG yang diagkut dan armada yang digunakan. Artinya, total biaya LNG dari AS, termasuk biaya pengiriman, hanya sebesar US$9,82-US$12,48 per MMBTU.
"Harga tersebut relatif kompetitif dengan harga LNG domestik pada periode yang sama yang berada pada kisaran US$12,51 per MMBTU," kata Pri Agung.
Baca Juga: Pada 2030, Gas Diprediksi Gantikan Batubara Sebagai Sumber Energi
Meski begitu, angka tersebut masih belum mempertimbangkan biaya regasifikasi LNG pada fasilitas yang dikelola oleh PT PGN Tbk. Artinya, pelaku industri bakal tetap merogoh kocek lebih besar dibandingkan dengan ongkos yang mereka keluarkan jika masuk dalam kategori penerima Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
Pri Agung menegaskan, LNG hanya disarankan dalam kondisi darurat, ketika pasokan gas bumi sedang menurun seperti yang terjadi belakangan ini.
"Tentu saja harus diregasifikasi. Kalau namanya darurat, yang dipentingkan tentu keberadaannya terlebih dahulu. Pasti ada trade off dari setiap pilihan langkah untuk solusi," tegas Pri.