17 Juli 2025
08:34 WIB
Mendag RI Makin Pede Ekspor Ke AS Bakal Meningkat
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso meyakini penurunan tarif resiprokal untuk produk Indonesia menjadi 19% akan meningkatkan ekspor ke AS.
Penulis: Erlinda Puspita
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso ditemui usai menghadiri Rapat Kerja Komisi VI DPR RI di Komplek Parlemen Jakarta, Rabu (16/7/2025). Antara/Maria Cicilia Galuh
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso optimis penurunan tarif resiprokal untuk produk Indonesia oleh Amerika Serikat (AS) menjadi 19%, akan meningkatkan pasar ekspor Indonesia ke negeri Paman Sam tersebut. Menurutnya, dengan tarif resiprokal Indonesia yang saat ini berada di bawah negara-negara Asean lainnya, maka memperbesar peluang Indonesia untuk mendominasi pasar AS.
“Sampai sekarang, kita memang masih bagus (untuk 10 produk unggulan ekspor ke AS). Kalau ini sampai tanggal 1 Agustus tarif kita masih bagus, berarti kesempatan buat kita untuk semakin besar masuk ke pasar AS,” ungkap Budi dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (16/7).
Peluang Indonesia ini menurutnya lebih besar dibandingkan sebelum adanya pengenaan tarif resiprokal bagi negara-negara mitra dagang AS lainnya di Asean. Seperti diketahui, sebelum menerapkan tarif resiprokal, AS menerapkan tarif Most Favored Nation (MFN), yaitu tarif bea masuk yang sama rata bagi semua anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Baca Juga: Tarif Resiprokal RI Jadi 19%, APINDO Ingatkan Pemerintah Tetap Waspada
Sejalan dengan penurunan tarif resiprokal dari 32% menjadi 19%, artinya tarif Indonesia berada di bawah negara-negara Asean lainnya yaitu Malaysia (25%), Thailand (36%), Kamboja (36%), Myanmar (40%), Laos (40%), Filipina (20%), dan Vietnam (20% dan 40% transshipment).
Sepuluh produk yang akses pasarnya telah dimitigasi selama negosiasi tarif resiprokal AS ini meliputi produk tekstil dan pakaian, alas kaki, furnitur, komponen kendaraan bermotor, elektronik, karet dan produk karet, kakao, hingga minyak sawit.
Lebih lanjut Budi mengungkapkan, selain semakin terbukanya akses pasar Indonesia ke AS usai penurunan tarif resiprokal, hasil negosiasi antara kedua negara turut menghasilkan rencana investasi AS ke Indonesia.
“Kedua, sebenarnya Amerika itu tidak semata-mata akses pasar yang kita tuntut. Tapi ternyata juga akan melakukan investasi. Jadi tadi ada kekhawatiran misalnya (impor) minyak, karena memang nanti juga (AS) akan investasi di Indonesia. Artinya ada beberapa komoditas yang akan dilakukan investasi di Indonesia,” tutur Budi.
Baca Juga: Tarif Resiprokal 19%, Prabowo: Puas Kalau 0%
Sementara Indonesia dalam negosiasi ini memberikan fasilitas bebas tarif bagi produk impor asal AS. Hal ini menurut Budi, justru akan meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Alasannya, mayoritas komoditas yang Indonesia impor dari AS merupakan komoditas yang tak bisa diproduksi di dalam negeri, seperti kedelai dan gandum, maupun komoditas sebagai barang modal.
Kondisi tersebut menurutnya tetap baik bagi Indonesia, mengingat selama ini produk yang diimpor memang sudah dikenakan tarif impor rendah bahkan 0%.
“Beberapa produk sebenarnya itu sekarang sudah ada yang 0% ya seperti impor gandum, kedelai. Kan kita tidak memproduksi, artinya memang kita membutuhkan produk itu. Jadi ini sebenarnya kesempatan buat kita untuk mendukung industri dalam negeri karena kebanyakan yang diimpor bahan baku dan juga barang modal,” tutup Budi.