10 Juli 2024
16:42 WIB
Mendag: Kakao Dan Kelapa Akan Dikelola Oleh BPDPKS
Pengelolaan komoditas kakao dan kelapa oleh BPDPKS lantaran produksi oleh perkebunan rakyat yang terus susut.
Editor: Fin Harini
Pekerja menjemur biji kakao di Dusun Kakao Glenmore, Perkebunan Kendeng Lembu, PTPN XII, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (9/6/2021). ANTARAFOTO/Budi Candra Setya
JAKARTA - Pemerintah akan menyerahkan pengelolaan komoditas kakao dan kelapa kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Kebijakan itu diputuskan dalam rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (10/7). Langkah ini untuk merespons penurunan produksi kakao dan kelapa, yang selama ini dihasilkan dari perkebunan rakyat.
“(Awalnya) diusulkan untuk membuat badan (baru), tetapi tadi akhirnya diputuskan badannya digabung dengan BPDPKS. Digabung di situ, ditambah satu divisi yaitu kakao dan kelapa,” kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan usai mengikuti rapat, dilansir dari Antara.
Mendag menuturkan pembentukan divisi khusus kakao dan kelapa di BPDPKS ditujukan untuk membantu pelaksanaan pembibitan serta riset dalam pengembangan kedua komoditas pertanian tersebut.
Baca Juga: Harga Kakao Non Fermentasi Naik Jadi Rp125.000/Kg
“Jadi (diharapkan) ada subsidi silang untuk pembibitan, riset, dan segala macam hal mengenai kelapa dan kakao. Ini nanti digabungkan ke BPDPKS,” kata dia.
Dengan bergabungnya pengelolaan kakao dan kelapa ke BPDPKS, ujar Zulhas, eksportir kedua produk tersebut dipastikan tidak perlu membayar iuran tambahan.
“Jadi kakao (kalau dibentuk) badan sendiri, dipunguti lagi kan nggak mungkin. Berat kan. Kalau di BPDPKS kan dananya (ada) Rp50 triliun lebih. Ya tadi saya bilang, saya usulkan tidak boleh ditambah lagi (iurannya),” kata Zulhas.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi biji kakao Indonesia yaitu 641,7 ribu ton sepanjang 2023. Volume ini turun 1,36% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Kakao Indonesia paling banyak dihasilkan oleh provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi dan Sumatra.
Sementara, di 2022, produksi mencapai 650,6 ribu ton atau turun 5,46% dibandingkan 2021.
Pada 2020, Indonesia memperoleh predikat sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia, setelah Pantai Gading dan Ghana. Namun, data International Cocoa Organization (ICCO), posisi Indonesia melorot pada peringkat ke-7 negara produsen kakao terbesar dunia pada periode 2021/2022.
Mayoritas kakao dihasilkan oleh Perkebunan rakyat. Jumlahnya mencapai 649,39 ribu ton atau 99,81% dari total produksi di 2022. Sisanya sebanyak 1,16 ribu ton atau 0,17% diproduksi oleh perusahan besar swasta.
Baca Juga: Harga Kakao RI Naik 25% Di Maret Ini
Penurunan produksi disebabkan luas areal Perkebunan yang terus mengalami penyusutan. Pada 2018, BPS mencatat luas areal Perkebunan kakao mencapai 1,61 juta hektare. Lantas, pada 2022, luas lahan susut 11,79% menjadi 1,42 juta hektare.
Penyusutan ini salah satunya disebabkan alih fungsi lahan ke komoditas lain yang dianggap memberikan keuntungan yang lebih besar.
Sementara, pada 2023, produksi kelapa Indonesia mencapai 2,89 juta ton. Produksi cenderung meningkat. Berturut-turut produksi kelapa di periode 2020-2022 adalah 2,81 juta ton, 2,85 juta ton dan 2,86 juta ton.