06 Desember 2024
17:36 WIB
Mendag Inginkan Peran Indonesia Makin Kuat dalam Kerja Sama ASEAN-AS
Mendag Budi Santoso bertemu dengan President & CEO US-ASEAN Business Council (US-ABC) Ted Osius dan Dubes AS untuk Indonesia Kamala Lakhdir. Bahas penguatan peran Indonesia dalam kerja sama ASEAN-AS.
Penulis: Erlinda Puspita
Editor: Khairul Kahfi
Mendag Budi Santoso (kanan) baru saja melakukan pertemuan dengan President & CEO US-ABC Ted Osius (kiri) membahas perkembangan dan peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN dan AS di bawah payung US-ABC, Jakarta, Kamis (5/12). Dok Humas Kemendag
JAKARTA - Menteri Perdagangan Budi Santoso baru saja melakukan pertemuan dengan President & CEO US-ASEAN Business Council (US-ABC) Ted Osius dan Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala Lakhdir di Jakarta pada Kamis (5/12).
Pada pertemuan tersebut, kedua pihak membahas perkembangan dan peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN dan Amerika Serikat (AS) di bawah payung US-ABC, khususnya di bidang keberlanjutan, konektivitas, dan Digital Economy Framework Agreement (DEFA).
Mendag Budi mengatakan, kerja sama ASEAN dengan AS melalui US-ABC bermanfaat untuk menciptakan peluang bisnis bagi pelaku usaha kedua belah pihak. Ia juga menekankan, Indonesia menyambut baik berbagai diskusi untuk membuka peluang-peluang bisnis di bawah bendera US-ABC.
“Keterkaitan antara Indonesia dan US-ABC merupakan sebuah platform penting untuk mendorong dialog pemerintah-swasta mengenai berbagai isu digital, termasuk best practices dan peluang terkait keamanan siber, kecerdasan buatan, dan tata kelola data,” jelas Budi dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (6/12).
Pemerintah menyampaikan, kemitraan pemerintah dan swasta sangat penting seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital yang signifikan di Indonesia. Budi mengaku, Indonesia menghargai adanya diskusi terbuka berbagai perusahaan swasta di ASEAN dan AS.
Baca Juga: Oktober 2024, Surplus Neraca Dagang Indonesia Turun Jadi Hanya US$2,48 miliar
Adanya diskusi terbuka tersebut, diharap akan ada kolaborasi dengan US-ABC yang bisa menciptakan peluang bisnis baru dan mengupayakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan ASEAN.
Terkait keberlanjutan, Budi menekankan, perlunya strategi regional untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di ASEAN.
Tak hanya itu, ASEAN Power Grid (APG) berperan sentral dalam agenda keberlanjutan ASEAN. Hal ini karena pentingnya peran energi hijau dan terbarukan dalam mendorong masa depan berkelanjutan di kawasan.
“Kolaborasi penting dalam penerapan Kerangka Ekonomi Sirkular ASEAN dan Strategi Netralitas Karbon. Upaya ini untuk memastikan keberlanjutan tetap menjadi yang utama dalam strategi ekonomi ASEAN,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Budi menyampaikan, mengenai komitmen ASEAN dalam meningkatkan inovasi, daya saing, dan ketahanan rantai pasok di kawasan. Ia pun mendorong ASEAN dan AS untuk berkolaborasi dalam aspek rantai pasok di berbagai industri.
“Hal ini untuk memastikan inisiatif konektivitas terkait rantai pasok yang akan memberikan hasil berarti bagi dunia usaha dan masyarakat,” tegasnya.
Terkait isu DEFA, Mendag Budi mengapresiasi US-ABC atas penyelenggaraan lokakarya perlakuan nondiskriminatif terhadap produk digital untuk para negosiator di sela-sela Perundingan DEFA ke-7.
“Lokakarya ini akan memperkuat komitmen ASEAN terhadap pasar digital terpadu, menetapkan kebijakan perdagangan yang adil dan kompetitif, serta mendorong inovasi dan inklusivitas di seluruh kawasan,” lanjutnya.
Budi turut menyampaikan, tiga program prioritas Kemendag dalam memperkuat kinerja perdagangan Indonesia. Yakni, Penguatan Pasar Dalam Negeri; Perluasan Pasar Ekspor; dan Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM Bisa Ekspor).
Baca Juga: IMF: Perdagangan Terbuka AS Punya Manfaat Ekonomi Besar
Pada 2023, total perdagangan ASEAN dan AS tercatat sebesar US$395,9 miliar. Nilai ini menjadikan AS sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi ASEAN.
Ekspor utama ASEAN ke AS di antaranya adalah perangkat telepon dengan nilai mencapai US$32,2 miliar, mesin pengolah data otomatis dan unitnya (US$16,2 miliar), sirkuit terpadu elektronik (US$16,01 miliar), alat semikonduktor (US$15,6 miliar), serta perabot lain dan bagiannya (US$9,14 miliar).
Sementara itu, impor utama ASEAN dari AS di antaranya turbojet, propeler turbo, dan turbin gas lainnya senilai US$13,2 miliar; minyak petroleum (US$13,04 miliar); sirkuit terpadu elektronik (US$9,3 miliar); perangkat pesawat terbang dan ruang angkasa (US$5,8 miliar); serta pesawat terbang dan helikopter (US$5,4 miliar).