17 Mei 2024
10:31 WIB
IMF: Perdagangan Terbuka AS Punya Manfaat Ekonomi Besar
IMF mengingatkan perdagangan terbuka memiliki manfaat ekonomi yang lebih besar. AS dan China diminta mencari Solusi mengatasi konflik dagang.
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Logo Dana Moneter Internasional (IMF) terlihat di dalam kantor pusatnya pada akhir pertemuan tahunan IMF/Bank Dunia di Washington, AS, (9/10/2016). Antara/Reuters/Yuri Gripas
WASHINGTON - Direktur Komunikasi IMF Julie Kozack menekankan, kebijakan perdagangan terbuka yang diterapkan oleh Amerika Serikat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar. Hal ini menanggapi kebijakan penetapan bea masuk AS atas produk asal China sebesar 25-100% yang bakal diterapkan antara 2024-2026.
“Sehubungan dengan tarif (bea masuk), kami berpandangan bahwa AS akan mendapat manfaat lebih baik jika mempertahankan kebijakan perdagangan terbuka yang penting bagi kinerja perekonomiannya,” katanya dalam IMF Press Briefing yang dipantau secara daring, Jakarta, Jumat (17/5).
IMF juga mendorong baik AS dan Tiongkok untuk bekerja sama mencari solusi dalam mengatasi kekhawatiran perdagangan internasionalnya yang paling mendasar. Karena, berpotensi memperburuk ketegangan perdagangan antara kedua negara.
Baca Juga: Kemenkeu: Surplus Neraca Perdagangan April Masih Kuat Topang Ekonomi RI
“Secara lebih luas, kami mendesak semua negara untuk bekerja dalam kerangka multilateral untuk menyelesaikan perbedaan mereka,” ujarnya.
IMF juga mengidentifikasi peningkatan secara nyata aksi pembatasan perdagangan global dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019, IMF mendokumentasikan 1.000 pembatasan perdagangan di dunia, dan jumlah tersebut meningkat menjadi 3.000 pembatasan perdagangan pada 2023.
Julie menyampaikan, pembatasan semacam ini dapat mendistorsi secara langsung kegiatan perdagangan dan investasi dunia. Hal ini pun dapat memecah-belah perekonomian dan rantai pasokan global, serta memicu tindakan pembalasan.
“Fragmentasi seperti ini bisa sangat merugikan perekonomian global,” tegasnya.
Studi dan analisis IMF menunjukkan, fragmentasi perdagangan yang cukup besar memberikan kerugian signifikan bagi ekonomi global. Jumlah kerugiannya bisa berkisar antara 0,2% hingga 7% PDB global.
Secara konteks, kerugian 7% PDB global merupakan hitungan atas fragmentasi perdagangan global yang cukup parah. Sebagai gambaran, ukuran kerugian PDB ini setara gabungan ukuran perekonomian Jerman dan Jepang.
“Tentu saja, biaya fragmentasi akan lebih tinggi lagi, misalnya, jika ada fragmentasi teknologi,” sebutnya.
Julie kembali mengatakan, IMF mendukung sistem perdagangan yang terbuka dan berbasis aturan di tingkat global. Sistem perdagangan terbuka global sangat penting bagi pertumbuhan dan stabilitas ekonomi selama beberapa dekade terakhir.
Meski begitu, di saat yang sama, IMF mengakui bahwa tidak semua komunitas dan masyarakat mendapatkan manfaat yang sama dari ekonomi global yang terintegrasi.
“Perhatian lebih besar perlu diberikan untuk memastikan bahwa manfaat perdagangan dapat dibagi secara lebih adil ke seluruh masyarakat,” paparnya.
Revisi Kebijakan Bea Masuk AS Untuk China
Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS (USTR) Katherine Tai menyampaikan, rencana pemerintah AS untuk meninjau kebijakan bea masuk Pasal 301 atas UU Kebijakan dan Praktik China Terkait Transfer Teknologi, Kekayaan Intelektual, dan Inovasi.
“Presiden Biden mengarahkan saya untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna mendorong revisi kebijakan dan praktik tidak adil terkait transfer teknologi di China yang terus membebani perdagangan, merugikan pekerja, dan dunia usaha AS,” jelas Katherine dalam pernyataan resmi, Selasa (14/5)
Katherine mengusulkan modifikasi tarif bea masuk atas produk China berdasarkan Pasal 301, untuk menghadapi kebijakan dan praktik perdagangan China yang dinilai tidak adil.
Buat awam, UU Pasal 301 mengatur peninjauan empat tahun mencakup pertimbangan atas efektivitas tindakan tarif dalam mencapai tujuan penyelidikan; tindakan lain yang dapat diambil; dan dampak keseluruhan dari tindakan tarif terhadap perekonomian AS.
Adapun USTR membahas elemen hukum dari tinjauan tersebut, menyarankan modifikasi untuk memperkuat tindakan, dan membuat rekomendasi tertentu.
Saat ini, Katherine juga telah merekomendasikan agar produk-produk dari China yang saat ini dikenakan tarif Pasal 301 untuk tetap dipertahankan untuk mendorong penghapusan lebih lanjut tindakan, kebijakan, dan praktik terkait transfer teknologi dari China.
Baca Juga: Ramai Istilah Friendshoring Dan Technological Decoupling, Apa Itu?
Selain itu, mengingat peningkatan beban perdagangan AS, Presiden Biden juga telah mengarahkan Duta Besar Katherine untuk mengambil tindakan menambah atau menaikkan tarif untuk produk tertentu di sektor-sektor strategis.
Usulan perubahan tarif menjadi sebesar 25% untuk produk bagian baterai (baterai non-lithium-ion) di 2024; masker wajah di 2024; baterai kendaraan listrik lithium-ion di 2024; baterai kendaraan non-listrik lithium-ion di 2026; dan sarung tangan medis di 2026.
Kemudian, grafit alam di 2026; mineral penting lainnya di 2024; magnet permanen di 2026; kapal derek pantai di 2024; hingga produk baja dan aluminium di 2024.
Lalu, pemerintah AS juga berencana meningkatkan tarif bea masuk sebesar 50% untuk produk semikonduktor di 2025; sel surya yang dirakit menjadi modul maupun tidak di 2024; dan produk jarum suntik di 2024.
Adapun rencana meningkatkan tarif bea masuk yang paling mencolok sebesar 100% diberikan kepada produk kendaraan elektrik yang diterapkan di 2024.