c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

15 November 2024

11:15 WIB

Oktober 2024, Surplus Neraca Dagang Indonesia Turun Jadi Hanya US$2,48 miliar

BPS melaporkan terjadi penurunan surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2024 menjadi US2,48 miliar.

Penulis: Erlinda Puspita

<p>Oktober 2024, Surplus Neraca Dagang Indonesia Turun Jadi Hanya US$2,48 miliar</p>
<p>Oktober 2024, Surplus Neraca Dagang Indonesia Turun Jadi Hanya US$2,48 miliar</p>

Sejumlah truk melintas saat proses bongkar muat peti kemas berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (13/2/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan barang Indonesia surplus US$2,48 miliar pada Oktober 2024. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Januari-Oktober 2024 mencapai US$24,43 miliar. 

Surplus neraca dagang mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, September 2024 yang tercatat sebesar US$3,26 miliar, dan Oktober 2023 yang mencapai US$3,48 miliar. Begitupun dibandingkan kumulatif tahun lalu, Januari-Oktober 2023 yang mencapai US31,19 miliar atau anjlok US$6,76 miliar.

“Surplus Oktober 2024 lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada bulan lalu dan bulan yang sama tahun 2023. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 54 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti  dalam konferensi pers rilis BPS, Jumat (15/11).

Penurunan surplus tersebut didorong dari penurunan surplus nonmigas Januari-Oktober 2024 yang hanya sebesar US$41,82 miliar, atau turun dari Januari-Oktober 2023 yang mencapai US$47 miliar. Ini artinya ada penurunan surplus non-migas sebanyak US$5,19 miliar.

Baca Juga: Apa itu Neraca Perdagangan?

Sementara pada neraca perdagangan migas, tercatat defisit semakin dalam yaitu pada Januari-Oktober 2024 defisit sebesar US$17,39 miliar atau anjlok US$1,58 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$15,81 miliar.

Amalia menyampaikan, defisit terbesar untuk neraca perdagangan nonmigas sepanjang 2024 diperoleh dari membesarnya defisit perdagangan dengan Tiongkok. Defisit Tiongkok dibukukan pada tahun lalu surplus US$0,13 miliar, di tahun ini menurun tajam menjadi defisit US$9,62 miliar.

Lebih rinci, Amalia menyebutkan untuk surplus terbanyak Indonesia selama 2024 disumbang oleh tiga negara, yaitu Amerika Serikat (AS) sebesar US$13.552 juta dengan komoditas penyumbang surplus terbesar adalah Mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS85) senilai US$3.057,2 juta, Pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS61) senilai US$2.031,3 juta, dan Alas Kaki (HS64) senilai US$1.897,4 juta.

Berikutnya negara penyumbang surplus terbesar kedua adalah India dengan surplus sebesar US$13.242 juta yang berasal dari ekspor komoditas Bahan bakar mineral  (HS27) senilai US$6.008,9 juta, Lemak dan minyak hewani/nabati (HS15) senilai US$3.431,9 juta, dan Besi serta baja (HS72) senilai US$1.339,3 juta.

Baca Juga: Neraca Dagang September Surplus US$3,42 M, Surplus 41 Bulan Beruntun

Selanjutnya ketiga adalah surplus yang disumbang dari perdagangan dengan Filipina dengan nilai US$7.438,3 juta dari Bahan bakar mineral (HS27) senilai US$2.354,3 juta, Kendaraan dan bagiannya (HS87) senilai US$2.305,3, dan Berbagai makanan olahan (HS21) senilai US$447,7 juta.

Di sisi lain Amalia juga menyampaikan 3 negara penyumbang defisit Indonesia terdalam, pertama disumbang dari Tiongkok dengan nilai defisit sebesar US$9.621,0 juta dari komoditas Mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) US$13.537,3 juta, Mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (H85) sebesar US$11.602,4 juta, dan Plastik dan barang dari plastik (HS39) US$2.604,5 juta.

Defisit berikutnya berasal dari Australia sebesar –US$3.947 juta dari Bahan Bakar mineral US$1.514,3 juta, Logam mulia dan perhiasan/permata (HS71) US$1.356,5 juta, dan Bijih logam, terak, dan abu (HS26) US$973,0 juta.

Ketiga defisit berasal dari Thailand sebesar US$3.466,6 juta yang berasal dari Plastik dan barang dari plastik (HS39) US$892,5 juta, Mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS84) US$770,8 juta, dan Serealia (HS10)–US$755,5 juta.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar