04 Juni 2025
20:27 WIB
Menaker Soroti Tiga Tantangan Utama Ketenagakerjaan Sektor Energi RI
Setidaknya, ada tiga tantangan utama pekerja Indonesia di sektor energi. Tantangan mencakup kompetensi, mewujudkan hubungan industrial, serta menjunjung kultur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Editor: Khairul Kahfi
Menaker Yassierli menyorot tiga tantangan utama bagi pekerja Indonesia di sektor energi, Jakarta, Rabu (4/6/2025). Antara/Arnidhya Nur Zhafira
JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyoroti setidaknya tiga tantangan utama bagi Sumber Daya Manusia (SDM) atau pekerja Indonesia di sektor energi, utamanya transisi energi dan ekonomi hijau.
“Tantangan pertama, adalah terkait kompetensi. Dalam 10 tahun ke depan, lebih dari 50% kompetensi yang kita miliki saat ini tidak relevan, dengan salah satu transformasinya adalah terkait green economy,” kata Menaker melansir Antara, Jakarta, Rabu.
Baca Juga: Bahlil Tepis Anggapan Susah Cari Kerja, Sektor ESDM Sediakan 6,2 Juta Lapangan Kerja
Dalam paparannya, Yassierli mengatakan Indonesia memiliki target untuk menambah 69,5 GW kapasitas energi pada 2034. Sebanyak 76% sumber energi baru itu di antaranya berasal dari energi solar, geothermal, hingga bioenergy.
Namun, Indonesia masih belum memiliki banyak pekerja dengan kompetensi yang fokus di bidang energi terbarukan dan berkelanjutan.
Dia menilai, institusi pendidikan di Indonesia yang memegang peran penting terkait SDM, masih cukup terlambat dalam beradaptasi atau merespons transformasi teknologi dan tuntutan untuk beralih ke tujuan pengembangan berkelanjutan (SDGs) yang begitu cepat.
“Seiring dengan peralihan kita dari ekonomi berbasis fosil ke ekonomi berbasis energi terbarukan, SDM kita harus berkembang sesuai dengan perubahan tersebut untuk memastikan kesempatan kerja yang layak bagi semua orang,” ujarnya.
Tantangan kedua dan ketiga, lanjut Menaker, adalah mewujudkan hubungan industrial serta menjunjung kultur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang bersifat preventif.
“Keselamatan adalah tentang membangun kapasitas untuk bekerja dengan aman melalui kolaborasi, pembelajaran, dan kepemimpinan,” kata Menaker.
Baca Juga: RUPTL 2025-2034 Berpeluang Serap Lebih Dari 1,7 Juta Tenaga Kerja
“Selain itu, kita juga membutuhkan hubungan industrial yang levelnya tranformasional. Kami ingin membangun ekosistem industri energi di Indonesia, yang menjadi cita-cita bersama, agar lebih meaningful dan (memberikan) kontribusi bagi bangsa,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memproyeksi, sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bisa menyediakan lapangan kerja untuk 6,2 juta orang sampai 2030 mendatang.
Lapangan kerja itu secara spesifik ditujukan untuk membantu Indonesia meningkatkan lifting minyak, proyek hilirisasi di semua sektor, termasuk mineral dan batu bara, hingga agenda transisi energi.
Sementara itu, Human Capital Summit (HCS) 2025 yang diinisiasi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian ESDM ini diikuti oleh lebih dari 4.000 peserta dari dalam dan luar negeri.
Human Capital Summit 2025 bertujuan untuk merancang dan mengusulkan kerangka kebijakan yang komprehensif untuk mendukung percepatan transformasi tenaga kerja dalam menghadapi hilirisasi dan ketahanan energi, yang selaras dengan tujuan transisi energi Indonesia.