19 Juli 2025
09:46 WIB
Masih Negatif, Modal Asing Keluar Capai Rp10,49 T Di Pekan Ketiga Juli
Keluarnya modal asing dipengaruhi oleh penjualan cukup besar di pasar SRBI.
Penulis: Siti Nur Arifa
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). AntaraFoto/Fathul Habib Sholeh
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, investor asing terpantau melepas kepemilikan instrumen investasi di Indonesia sebesar Rp10,49 triliun pada perdagangan di pekan ketiga Juli 2025.
Catatan tersebut masih menunjukkan tren negatif aliran portofolio Indonesia, di mana pekan sebelumnya asing juga tercatat melepas instrumen investasi lokal sehingga menyebabkan aliran modal keluar yang cukup besar senilai Rp7,9 triliun.
Adapun aliran modal keluar pekan ini disebabkan oleh penjualan instrumen di pasar saham dan SRBI, meski terdapat pembelian tipis di pasar SBN.
“Berdasarkan data transaksi 14 hingga 17 Juli 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp10,49 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp1,91 triliun di pasar saham dan Rp8,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta beli neto sebesar Rp0,38 triliun di pasar SBN,” ungkap Ramdan dalam keterangan resmi, Jakarta, dikutip Sabtu (19/7).
Baca Juga: Aliran Modal Asing ke RI Melejit Rp10,79 Triliun Sepekan Pertama Juli
Selain itu, BI mencatat berdasarkan data setelmen sepanjang tahun berjalan hingga 17 Juli 2025 (year-to-date/ytd), nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp58,01 triliun di pasar saham dan Rp48,07 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp59,97 triliun di pasar SBN.
“Premi CDS Indonesia 5 tahun per 17 Juli 2025 sebesar 73,49 bps, turun dibanding dengan 11 Juli 2025 sebesar 74,23 bps,” tambah Ramdan.
Sementara itu, imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berada di level 6,56% pada Jumat (18/7) pagi, meneruskan tren negatif di mana sehari sebelumnya juga mengalami penurunan ke level 6,57%.
Per akhir Kamis (17/7), hasil pantauan BI, indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat ke level 98,73 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro Eropa, yen Jepang, poundsterling Britania Raya, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Meski demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau menguat jelang akhir pekan ini. Detailnya, rupiah berada pada level bid Rp16.325 per dolar AS pada akhir Kamis (17/7), dan dibuka level bid Rp16.320 per dolar AS pada Jumat pagi.
Baca Juga: Balik Arah, Investor Asing Jual Instumen Domestik Rp7,9 T di Pekan Kedua Juli
Selanjutnya, Ramdan juga menginformasikan, yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun terpantau naik per Kamis (18/7).
“Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke 4,451%,” ungkapnya.
Ramdan menuturkan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia ke depan.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," pungkasnya.