12 Juli 2025
11:55 WIB
Balik Arah, Investor Asing Jual Instumen Domestik Rp7,9 T di Pekan Kedua Juli
Investor asing melepas kepemilikan instrumen investasi di Indonesia sebesar Rp7,9 triliun sepanjang pekan ini. Keluarnya modal asing dipengaruhi oleh penjualan cukup besar di pasar saham dan SRBI.
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Petugas menunjukkan sejumlah lembaran US$100 dolar di Dolarasia Money Changer Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/1/2024). Antara Foto/Mecca Yumna
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso melaporkan, investor asing terpantau melepas kepemilikan instrumen investasi di Indonesia sebesar Rp7,9 triliun pada perdagangan di pekan kedua Juli 2025.
Catatan tersebut mengembalikan tren negatif aliran portofolio Indonesia. Padahal, pekan sebelumnya asing tercatat memborong instrumen investasi lokal sehingga menyebabkan aliran modal masuk yang cukup deras sebesar Rp10,79 triliun.
Adapun aliran modal keluar pekan ini disebabkan oleh penjualan instrumen di pasar saham dan SRBI, meski terdapat pembelian tipis di pasar SBN.
"Berdasarkan data transaksi 7 s.d 10 Juli 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,90 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp5,41 triliun SRBI, Rp2,34 triliun di pasar saham dan Rp0,16 triliun di pasar SBN," ungkap Ramdan dalam keterangan resmi, Jakarta, dikutip Sabtu (12/7).
Baca Juga: Aliran Modal Asing ke RI Melejit Rp10,79 Triliun Sepekan Pertama Juli
Selain itu, BI mencatat berdasarkan data setelmen sepanjang tahun berjalan hingga 10 Juli 2025 (year-to-date/ytd), nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp56,24 triliun di pasar saham, Rp35,08 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp59,27 triliun di SBN.
"Premi CDS Indonesia 5 tahun per 10 Juli 2025 sebesar 73,03 bps, relatif stabil dibandingkan dengan 4 Juli 2025 sebesar 73,74 bps," tambah Ramdan.
Sementara itu, imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berada di level 6,56% pada Jumat (11/7) pagi, menunjukkan posisi stabil dengan posisi sehari sebelumnya.
Per akhir Kamis (10/7), hasil pantauan BI, indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat ke level 97,65 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya, yakni euro Eropa, yen Jepang, poundsterling Britania Raya, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Meski demikian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau stabil jelang akhir pekan ini. Detailnya, rupiah berada pada level bid Rp16.215 per dolar AS pada akhir Kamis (10/7), begitu pun dengan keesokan harinya.
Baca Juga: Tarif Trump Hantui Rupiah, Sentimen Negatif Dorong Tekanan Pelemahan
Selanjutnya, Ramdan juga menginformasikan, yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun terpantau naik per Kamis (10/7).
“Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke 4,350%,” ungkapnya.
Ramdan menuturkan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia ke depan.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," pungkasnya.