c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

16 Juli 2024

17:30 WIB

Masih Melemah, Rupiah Ditutup Di Level Rp16.179

Pengamat mengatakan terdapat beberapa faktor baik eksternal maupun internal yang membuat rupiah melemah. Apa saja?

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p>Masih Melemah, Rupiah Ditutup Di Level Rp16.179</p>
<p>Masih Melemah, Rupiah Ditutup Di Level Rp16.179</p>

Petugas melayani penukaran uang rupiah di gerai penukaran uang Dolarasia Money Changer, Jalan Alternatif Cibubur, Bekasi, Jumat (15/12/2023). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Mata uang rupiah pada perdagangan Selasa (16/7) sore, ditutup melemah tipis 9 poin di level Rp16.179 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sebelumnya di level Rp16.170 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, terdapat beberapa faktor baik eksternal maupun internal yang membuat rupiah melemah.  

Untuk faktor eksternal, dia menyebut, meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada September, menyusul pembacaan inflasi yang lemah dan sinyal yang agak dovish dari bank sentral.

Ketua Fed Jerome Powell pada Senin mengatakan bahwa bank tersebut semakin yakin inflasi akan turun. Meskipun, dia tidak secara langsung mengirim pesan mengenai penurunan suku bunga, pasar menganggap komentarnya berarti bahwa penurunan suku bunga sudah dekat.

"Para pedagang terlihat sepenuhnya mengabaikan ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada September, dan kini memperkirakan peluang hampir 90% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, menurut CME Fedwatch," kata Ibrahim kepada media, Selasa (16/7). 

Kendati demikian, dolar didukung terutama oleh meningkatnya spekulasi bahwa Trump akan mendapatkan masa jabatan kedua. Hal ini terjadi ketika upaya pembunuhan yang gagal terhadap mantan presiden tersebut tampaknya telah meningkatkan popularitasnya secara signifikan, menempatkannya di depan Joe Biden dalam pemilihan presiden.

"Trump diperkirakan akan memberlakukan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis, yang berpotensi meningkatkan inflasi dan mendukung dolar," imbuhnya.

Baca Juga: Pengusaha Gusar Rupiah Masih Kisaran Rp16 Ribu Per Dolar AS

Selain itu, lanjut dia, data Produk Domestik Bruto (PDB) China yang lebih lemah dari perkiraan menimbulkan keraguan atas pemulihan ekonomi di negara tersebut, yang dapat menjadi pertanda buruk bagi permintaan komoditas negara tersebut.

Kepresidenan Trump juga dapat menimbulkan lebih banyak hambatan perdagangan bagi China, yang selanjutnya akan melemahkan perekonomian China.

Sedangkan untuk faktor internal, antara lain Bank Indonesia (BI) menyampaikan, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar US$407,3 miliar dolar, atau tumbuh 1,8% secara tahunan (year on year/yoy), setelah mengalami kontraksi pertumbuhan 1,5% (yoy) pada April 2024. BI menyebut angka ULN tersebut dalam kondisi masih terkendali.

Posisi ULN pemerintah pada Mei 2024 tercatat sebesar US$191,0 miliar, atau secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan 0,8% (yoy), setelah pada April 2024 terkontraksi 2,6% (yoy).

Pemerintah konsisten untuk tetap menjaga kredibilitas dengan memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN secara prudensial, terukur, oportunistik, dan fleksibel untuk mendapatkan pembiayaan yang paling efisien dan optimal.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.170, Ini Biang Keroknya 

Lebih lanjut, sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan prioritas, di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (21% dari total ULN pemerintah), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (18,7%), dan jasa pendidikan (16,8%). Lalu, sektor konstruksi (13,6%), serta jasa keuangan dan asuransi (9,5%).

Guna untuk menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Sedangkan untuk perdagangan Rabu (17/7), Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat direntang Rp16.130-Rp16.220," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar