c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

15 Juli 2024

17:24 WIB

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.170, Ini Biang Keroknya

Rupiah ditutup melemah 33 poin di level Rp16.170 per dolar. Berikut faktor eksternal dan internalnya.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p>Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.170, Ini Biang Keroknya</p>
<p>Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.170, Ini Biang Keroknya</p>

Karyawan memegang uang di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Antara Foto/Aprillio Akbar

JAKARTA - Mata uang rupiah pada perdagangan awal pekan, Senin (15/7) sore, ditutup melemah 33 poin di level Rp16.170 per dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sebelumnya di level Rp16.136 per dolar AS. 

"Ada perubahan (dari proyeksi sebelumnya). Rupiah melemah di level Rp16.150-Rp16.200," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada Validnews, Senin (15/7).

Sebelumnya, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah pada perdagangan Senin (15/7) fluktuatif, namun ditutup menguat.  

"Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp16.080-Rp16.150," ujar Ibrahim kepada media, Jumat (12/7). 

Ibrahim mengungkapkan, terdapat beberapa faktor baik eksternal maupun internal yang mendorong indeks dolar menguat dan membuat rupiah melemah.

Baca Juga: Mengenal Hari Oeang Republik Indonesia

Untuk faktor eksternal, dia menyebut, greenback mendapat beberapa tawaran beli setelah terjadi penembakan pada rapat umum Trump di Pennsylvania, di mana mantan Presiden tersebut tertembak tepat di telinganya. 

Trump akan hadir di konvensi Partai Republik tahun 2024 akhir pekan ini, dan kemungkinan besar akan dicalonkan sebagai kandidat terdepan partai tersebut untuk pemilihan presiden.  

"Para analis mengatakan bahwa penembakan tersebut meningkatkan peluangnya untuk menang atas Joe Biden, sebuah skenario yang pada akhirnya dapat menguntungkan dolar, mengingat Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk memberlakukan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis," ungkap Ibrahim. 

Selain itu, lanjut dia, dolar juga akan mengambil lebih banyak isyarat dari pidato Ketua Fed Jerome Powell akhir pekan ini. 

Di Asia, Perekonomian China tumbuh kurang dari yang diperkirakan sebesar 4,7% pada kuartal II, menurut data produk domestik bruto, di tengah meningkatnya hambatan akibat lemahnya belanja konsumen. 

Angka tersebut meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut, terutama ketika negara tersebut bergulat dengan melambatnya belanja konsumen. 

Selain itu, Yen telah menguat tajam terhadap dolar akhir pekan lalu, memicu spekulasi mengenai apakah tindakan tersebut disebabkan oleh intervensi pemerintah atau karena berkurangnya taruhan terhadap yen. 

Yen juga pulih dari level terlemahnya dalam 38 tahun. Meskipun terjadi pemulihan baru-baru ini, yen masih mengalami penurunan tajam terhadap dolar selama dua tahun terakhir. 

Faktor Internal 
Sedangkan untuk faktor internal, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus pada Juni 2024. 

Surplus neraca perdagangan barang pada Juni 2024 mencapai US$2,39 miliar, atau turun US$540 juta bila dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$2,92 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Adapun, surplus neraca perdagangan Juni 2024 ditopang oleh komoditas nonminyak dan gas (migas), yakni sebesar US$4,43 miliar. Komoditas yang memberikan sumbangan surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), besi dan baja (HS 72) dan beberapa komoditas lainnya. 

Baca Juga: Rupiah Pekan Ini Ditutup Menguat ke Level Rp16.136

Sementara itu, surplus neraca perdagangan non migas Juni 2024 sebesar US$4,43 miliar lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$4,25 miliar, maupun bulan yang sama tahun lalu yang sebesar US$4,41 miliar. 

Pada saat yang sama, neraca perdagangan dari komoditas migas tercatat defisit US$2,04 miliar. Komoditas penyumbang defisit berasal dari hasil minyak dan minyak mentah. 

Defisit neraca perdagangan migas bulan Juni 2024 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni sebesar US$1,33 miliar, maupun dibandingkan dengan bulan sama tahun lalu sebesar US$960 juta. 

Lebih lanjut, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 masih surplus karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor. Nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$20,84 miliar, atau turun 6,65% secara bulanan. 

Sedangkan, nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$18,45 miliar, atau turun 4,89% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar