c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

14 Juni 2023

17:22 WIB

Makin Banyak Orang Belanja di e-Commerce Pakai Paylater

Persentase pengguna layanan Paylater dalam e-commerce mengalami peningkatan signifikan, dari 28,2% pada tahun 2022 menjadi 45,9% pada tahun 2023.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Makin Banyak Orang Belanja di <i>e-Commerce</i> Pakai <i>Paylater</i>
Makin Banyak Orang Belanja di <i>e-Commerce</i> Pakai <i>Paylater</i>
Konferensi Pers peluncuran Laporan Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia: Pemulihan Ekonomi dan Tren Belanja Pascapandemi 2023. ValidNewsID/Nuzulia Rahma

JAKARTA - Laporan Perilaku Konsumen e-Commerce Indonesia: Pemulihan Ekonomi dan Tren Belanja Pascapandemi 2023 mencatat penggunaan paylater alias bayar nanti meningkat dan menjadi metode pembayaran harian.

Persentase pengguna layanan Paylater dalam e-commerce mengalami peningkatan signifikan, dari 28,2% pada tahun 2022 menjadi 45,9% pada tahun 2023.

SVP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, riset tahunan ini telah menjadi riset ikonis dari Kredivo. 

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, riset tahun ini berakar dari tren belanja masyarakat di e-commerce yang semakin bervariasi dan dinamis. 

Sebagai pelaku pembayaran kredit digital yang mendominasi wallet share di 9 dari 10 merchant e-commerce ternama di Indonesia dan memproses jutaan transaksi setiap harinya, Kredivo memiliki data primer yang sangat kaya akan informasi tentang preferensi konsumen. 

"Harapan kami dengan hadirnya riset ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tren dan perilaku masyarakat yang dalam berbelanja online sekaligus perkembangan penggunaan Paylater," kata Indina dalam Konferensi Pers, Rabu (14/6).

Baca Juga: Paylater, Utang Dengan Wajah Kekinian

Riset menyebut Paylater juga kini mampu mengungguli metode transfer bank, sebanyak 16,2% konsumen memilih Paylater sebagai metode pembayaran yang paling sering digunakan di e-commerce, sedangkan hanya 10,2% konsumen yang memilih metode pembayaran transfer bank/virtual account

Sementara itu, sebanyak 60,9% responden yang telah menggunakan Paylater menyebutkan bahwa Paylater merupakan kredit pertama yang mereka dapatkan, terutama bagi Socio-Economic Status (SES) C.

Sebagai informasi, nilai rata-rata transaksi e-commerce pada 2022 meningkat dibandingkan tahun 2021. Nilai transaksi e-commerce ini didominasi oleh kota-kota tier 1 (57%), terdapat peningkatan yang konsisten sejak 2020 pada kota-kota di tier yang lebih rendah, dari 33% (2020) menjadi 43% (2022).

Pengguna Semakin Teredukasi
Lebih lanjut, seiring dengan semakin konsistennya edukasi terkait Paylater di masyarakat, penggunaan Paylater pun mulai beralih menjadi metode pembayaran kebutuhan harian di antaranya untuk belanja barang (87,1%), tagihan bulanan (51,8%), serta pulsa & paket internet (48,9%). 

Selain itu, pola penggunaan Paylater telah berubah menjadi lebih banyak digunakan untuk berbelanja kebutuhan bulanan dengan cicilan tenor pendek (56,8%) alih-alih untuk kebutuhan mendadak (52,1%). 

Perubahan ini terjadi seiring semakin tingginya tingkat pengetahuan pengguna mengenai Paylater yang kini berada di angka 32,0 (level tinggi) dibanding tahun sebelumnya di angka 26,0 (level sedang).

Menanggapi hal tersebut, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) sekaligus Ekonom, Bhima Yudhistira mengatakan, kehadiran Paylater perlu diakui cukup memberikan manfaat bagi ketersediaan akses kredit di hampir seluruh lapisan masyarakat melalui layanan kredit yang aman, terjangkau dan mudah. 

"Saya melihat instrumen Paylater akan semakin dibutuhkan pascapandemi baik untuk transaksi online maupun pembelian di merchant secara offline," ujar Bhima.

Menurutnya, studi ini juga makin menguatkan bahwa Paylater tidak hanya digunakan untuk kebutuhan mendesak, tapi sebagai metode pembayaran yang efisien untuk bertransaksi sehari-hari. 

"Perkembangan Paylater yang pesat tentu menjadi sinyal positif bagi kemajuan industri keuangan dan ekosistem e-commerce secara luas," ucap Bhima.

Turun di Kuartal Akhir
Meskipun secara keseluruhan transaksi 2022 meningkat dibanding 2021, terdapat penurunan di kuartal IV/2022 akibat isu resesi dan gejolak ekonomi global, dengan nilai transaksi kuartal IV sebesar 38,6% menjadi 33,3% yoy.

Menanggapi hal itu, Bhima mengatakan, penurunan tersebut selain karena telah dimulainya aktivitas normal juga disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya masih adanya dampak kenaikan BBM serta isu resesi dan gejolak ekonomi global.

"Selain itu, isu resesi juga mengalami kenaikan. Jadi kelihatan kota pada tier 1 itu begitu sensitif dengan isu-isu makro. Dengan demikian, mereka memiliki kecenderungan untuk mengurangi pembelian," ucap dia

Dia mengatakan penurunan juga bisa disebabkan faktor pandemi covid-19 dan inflasi yang mana masih begitu terasa dampaknya.

Sementara itu, Bhima menyebut jika di daerah lain terdapat pertimbangan permintaan barang naik sehingga terdapat penyesuaian harga dan ongkos kirim, lalu menyebabkan sebagian e-commerce platform mulai selektif memberikan diskon produk.

Hal itu sesuai dengan hasil survei, yang mana masyarakat yang berada di tier 2 dan 3 itu akan mengesampingkan faktor makro dan lebih memilih faktor pengalaman atau mencoba menggunakan paylater terlebih dahulu.

"Jadi, saya memang melihat ada tekanan pada kuartal IV-2023 dan itu harus diakui, tetapi kalau melihat confident levelnya masyarakat perlahan mulai naik lagi," katanya.

Baca Juga: Timbang-timbang Akibat Bayar Nanti

Di sisi lain, Bhima menyebut kejenuhan masyarakat terhadap hari belanja online nasional yang terus terjadi setiap tahun bisa menyebabkan penurunan minat belanja. Menurutnya, hal itu tak berlaku bagi masyarakat di tier 2 dan 3 yang mana mereka akan cenderung penasaran.

Masih dalam riset yang sama, berdasarkan domisilinya, konsumen Paylater paling banyak tersebar di Pulau Jawa. Posisi 10 besar provinsi dengan konsumen terbanyak masih sama seperti tahun sebelumnya. Terjadi peningkatan pada provinsi Jawa Timur sebesar 2,1% dari 9,0% pada 2021 menjadi 11,1% pada 2022.

Pada level kota/kabupaten, konsumen terbagi menjadi 3 kelompok/tingkatan yang selanjutnya disebut sebagai tier berdasarkan jumlah populasi, dengan definisi tiap tier adalah kota/kabupaten dengan penduduk banyak sebagai tier 1, kota/kabupaten dengan penduduk sedang sebagai tier 2, dan kota/kabupaten dengan penduduk sedikit sebagai tier 3.

Berdasarkan pengelompokan tier kota/kabupaten, mayoritas konsumen berasal dari tier 1, yang terdiri dari DKI Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung.

Sementara itu, konsumen di tier 2 dan 3 konsisten mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Tier 2 seperti Malang, Sukabumi, Surabaya mengalami peningkatan dari 32,1% di tahun 2020 menjadi 39,0% di tahun 2022. Konsumen yang berasal dari tier 3 juga naik dari 7,4% pada 2020 menjadi 11,8% pada 2022.

Semakin banyaknya konsumen di tier 2 dan tier 3 juga didukung oleh meningkatnya literasi digital Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui indeks literasi digital Indonesia yang meningkat menjadi 3,54 pada 2022 dari sebelumnya 3,49 pada 2021.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar