11 Juni 2024
08:29 WIB
Luhut Minta Pengusaha Lirik Potensi Hilirisasi Rumput Laut RI
Menko Marves kembali menyuarakan pentingnya mendorong hilirisasi rumput laut Indonesia, mengingat potensi besar komoditas tersebut. Ia juga meminta para pengusaha mulai melirik bisnis rumput laut.
Penulis: Aurora K MÂ Simanjuntak
Editor: Fin Harini
Petambak memanen rumput laut Glacilaria Sp di areal tambak di desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat. ANTARAFOTO/Dedhez Anggara
JAKARTA - Tidak hanya memacu hilirisasi untuk komoditas pertambangan, pemerintah Indonesia juga menilai penting menggalakkan upaya hilirisasi dan budidaya rumput laut (seaweed).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menganggap rumput laut merupakan komoditas kedua terbesar milik Indonesia setelah nickel ore (bijih nikel). Ia pun mendorong para pengusaha mulai berbisnis dan menggali potensi rumput laut RI.
"Seaweed ini, kita negara terbesar dunia, sama seperti nikel. Seaweed ini kalau Anda (pengusaha) masuk ke bisnisnya, saya usulkan, anak-anak muda, kalian pertimbangankan (menggarap bisnis rumput laut)," ujarnya dalam acara HUT ke-52 Hipmi, di Jakarta, Senin (10/6).
Luhut juga menyampaikan rumput laut merupakan komoditas yang mampu menghasilkan produk ramah lingkungan. Beberapa diantaranya, yaitu bioetanol, plastik yang mudah terurai (biodegradable plastic), serta pupuk organik.
Baca Juga: Rumput Laut Penting Untuk Konservasi dan Ekonomi
Ada pula nilai plusnya, rumput laut jumlahnya melimpah di Indonesia. Menko Marves menuturkan budidaya dan hilirisasi rumput laut ini akan menjadi program pemerintah ke depannya.
"Tanya deputi saya, berapa maju kita dalam studi mengenai seaweed. Seaweed ini ramah lingkungan, bisa menjadi bioetanol, degradable plastic, pupuk organik dan sekarang menjadi program pemerintah ke depan," tutur Luhut.
Sebagai tambahan informasi, Kemenko Marves melaporkan Indonesia memiliki keunggulan alami sebagai produsen rumput laut karena berada di daerah khatulistiwa. Artinya, matahari bersinar sepanjang tahun, sehingga budidaya rumput laut dapat dilakukan sepanjang tahun.
Selain itu, laut Indonesia juga relatif tenang dan tidak ada topan atau tornado yang dapat merusak budidaya rumput laut. Kemudian, lebih dari 70% luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta hektare (ha) dialokasikan untuk budidaya.
Meski memiliki keunggulan, produksi rumput laut RI belum optimal. Menko Marves mencatat, budidaya rumput laut baru mencapai 102.000 ha atau sebesar 0,8% saja. Sementara lebih dari 60% rumput laut masih diekspor dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas.
Luhut menyampaikan untuk bisa melakukan hilirisasi, salah satu kunci yang harus dilakukan adalah perbaikan di sisi hulu. Sama halnya dengan pertanian di darat, produktivitas dan efisiensi budidaya rumput laut harus terus ditingkatkan.
Baca Juga: Indonesia Luncurkan Pusat Penelitian Rumput Laut Internasional
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana mengembangkan modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao dan Maluku Tenggara tahun ini. Adapun pengembangan itu bertujuan menggenjot industri hilir rumput laut nasional.
KKP telah membangun modeling atau percontohan untuk komoditas rumput laut ramah lingkungan seluas 50 ha di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Untuk tahun ini, KKP menargetkan ada tambahan 100 ha modeling rumput laut di Indonesia.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Trenggono menyampaikan strategi pemodelan budidaya rumput laut ini berguna untuk meningkatkan produktivitas, serta pendapatan petani rumput laut, kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi daerah.
"Tahun ini kami berencana mengembangkan pemodelan lagi di dua lokasi tambahan Rote Ndao dan Maluku Tenggara, masing-masing seluas 50 ha, dengan target produksi di setiap lokasi sebesar 2.187 ton rumput laut basah per tahun," ujar Menteri KP, Rabu (22/5).