09 Juli 2025
11:16 WIB
Laporan SGIE 2024/2025: Indonesia Kokoh Di Tiga Besar Ekonomi Halal Dunia
Indonesia menempati posisi ketiga pada The State Global Islamic Economy Indicator (SGIE) 2024/2025. Peringkat ekonomi halal Indonesia di mata dunia terus meningkat sejak 2020-2021.
Editor: Khairul Kahfi
Partner DinarStandard Reem El Shafaki saat memberikan dokumen The State Global Islamic Economy Indicator (SGIE) 2024/2025 kepada Menteri PPN/Bappenas Rachmat Pambudy di Jakarta, Selasa (8/7/2025). Antara/M. Baqir Idrus Alatas
JAKARTA - Indonesia menempati posisi ketiga pada The State Global Islamic Economy Indicator (SGIE) 2024/2025. Capaian ini terhitung bertahan dibanding tahun sebelumnya di posisi yang sama.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepada Indonesia karena berhasil mempertahankan posisi ketiga,” kata Partner DinarStandard Reem El Shafaki dalam agenda Global Launch The SGIE Report 2024/2025 di Jakarta, dikutip Rabu (9/7) melansir Antara.
Baca Juga: IHLC Klaim Tarif 32% AS Tak Gentarkan Industri Halal Indonesia
SGIE 2024/2025 menyoroti tujuh sektor utama ekonomi dan keuangan syariah global, mulai dari makanan halal, keuangan syariah, pariwisata ramah muslim, fesyen muslim, kosmetik halal, farmasi, hingga media dan rekreasi.
Indonesia sendiri konsisten berada di peringkat 10 dan 11 dunia, sejak pertama kali indikator tersebut meluncur pada 2014-2015 hingga 2019-2020.
Setelahnya, posisi tanah air terus meningkat urutan ke-5 memasuki tahun 2019-2020; lalu menempati peringkat ke-4 selama 2020-2021 dan 2021-2022. Adapun selama 2023-2024 dan 2024-2025, posisi Indonesia beranjak ke peringkat ke-3.
“Ini adalah sebuah prestasi, dan bukan hanya itu. Indonesia telah menempati posisi pertama dalam indikator busana muslim, peringkat kedua dalam wisata ramah muslim, dan peringkat kedua dalam farmasi dan kosmetik,” ujar Reem.
Lebih lanjut, Indonesia berada di peringkat keempat pada indikator makanan halal, keuangan Islam posisi keenam, serta media dan rekreasi posisi ketujuh.
Terkait indikator investasi, Indonesia memimpin semua negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) lainnya dalam sejumlah kesepakatan investasi.
Seorang pengunjung mengambil makanan di sebuah restoran di Jakarta yang sudah memasang label halal untuk produk yang dijajakannya. Validnews/Faisal Rachman
Selama 2023, Indonesia menyelesaikan 40 transaksi senilai US$1,6 miliar yang menjadikan negara ini sebagai pusat investasi ekonomi halal terkemuka. Investasi besar di sektor ekonomi Islam oleh pemerintah Indonesia meningkatkan produksi makanan halal lokal, mengurangi ketergantungan impor, dan memperkuat rantai pasokan.
“Jadi ini benar-benar sebuah prestasi, dan saya mengucapkan selamat kepada kalian (pemerintah Indonesia) atas semua upaya yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, kebijakan pemerintah, ekosistem yang kuat, ekosistem startup yang kuat, dan ini terlihat dari hasilnya,” ungkap dia.
Baca Juga: Kalah dari Thailand dan Korea, Kemenperin Akui Branding Produk Halal RI Masih Minim
Menurut Wakil Presiden ke-13 RI Ma'ruf Amin, progres signifikan dari posisi ke-10 ke peringkat tiga memberikan optimisme pada Indonesia yang mampu menempati urutan teratas dalam beberapa tahun mendatang, yakni pada 2028 atau 2029.
“Saya kira bukan sesuatu yang sulit (peringkat pertama ekonomi halal dunia),” ucap Ma’ruf.
Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy menegaskan ekonomi syariah berpeluang besar mewujudkan ekonomi Indonesia yang lebih inklusif. Menurutnya, ekonomi syariah merupakan sistem alternatif yang menggabungkan nilai etika, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan.
“Di tengah krisis global, ini menjadi peluang untuk membangun tata kelola ekonomi yang lebih inklusif,“ jelas Rachmat Pambudy.
Dia juga menekankan, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi ekonomi syariah di Indonesia.
“Kalau kita bersinergi, saling memperkuat, dan menyatukan potensi yang tersebar di berbagai sektor, ekonomi syariah Indonesia bukan hanya akan tumbuh, tetapi bisa menjadi kekuatan utama di tingkat global,” pungkas Rachmat.