c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

28 April 2025

20:10 WIB

Kalah dari Thailand dan Korea, Kemenperin Akui Branding Produk Halal RI Masih Minim

Wamenperin Faisol Riza mengakui branding produk halal Indonesia masih belum optimal, sehingga kalah dibandingkan Thailand, Korea Brazil, hingga China.

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Kalah dari Thailand dan Korea, Kemenperin Akui Branding Produk Halal RI Masih Minim</p>
<p id="isPasted">Kalah dari Thailand dan Korea, Kemenperin Akui Branding Produk Halal RI Masih Minim</p>

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza dalam Kick Off Halal Indonesia International Industry Expo 2025, Senin (28/4). ValidNewsID/ Erlinda PW

JAKARTA - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyatakan branding produk halal Indonesia masih belum optimal, padahal Indonesia telah lama menggadang-gadang industri halal menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Di saat yang sama, pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal secara global mengalami kenaikan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir, sejalan dengan pertumbuhan populasi muslim dan kesadaran terhadap produk halal.

"Branding halal global kita belum optimal. Negara lain seperti Thailand sudah memposisikan diri sebagai dapur halal global, Korea menjadi tujuan utama wisata halal, Brazil menargetkan pemasok unggas halal terbesar, demikian juga Australia yang menargetkan jadi penyedia sapi halal terbesar," ungkap Faisol dalam Kick Off Halal Indonesia International Industry Expo 2025, Senin (28/4).

Baca Juga: Sertifikasi Halal Disorot USTR, Indef: RI Tidak Perlu Melunak

Tak hanya itu, bahkan menurut Faisol, saat ini China pun telah mendapuk dirinya sebagai pemasok pakaian muslim terkemuka di dunia.

"Negara-negara ini sudah menetapkan brandingnya. Sementara kita masih dalam posisi berkembang... Hal ini juga akan menjadi tantangan bagi kita semua," tutur dia.

Untuk meningkatkan branding halal Indonesia di level global, maka Faisol menyatakan Indonesia perlu memperbaiki dan memperkuat eksosistem industri halal terlebih dahulu. Beberapa upaya yang telah dilakukan pihaknya antara lain pembangunan dan penguatan infrastruktur, kedua adalah pemulihan fasilitasi.

Kemudian ketiga adalah penguatan branding produk, keempat yakni peningkatan awareness, dan kelima adalah pemulihan penghargaan kepada pemangku kepentingan yang berpartisipasi.

Lebih lanjut, Faisol menilai industri halal Indonesia bisa menjadi industri prioritas ke depannya dengan mengunggulkan sektor makanan, minuman, industri tekstil, pakaian jadi, industri kimia, farmasi, obat tradisional, industri kulit dan barang dari kulit, hingga industri alas kaki.

Baca Juga: BPJPH Buka Diplomasi Halal Perluas Pengakuan Global Indonesia

Besarnya potensi industri halal Indonesia juga terlihat dari nilai ekspor produk halal sepanjang tahun 2024 mencapai US$64,11 miliar.

"Diharapkan ini bisa menjadi modal kita untuk mencapai target pertumbuhan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 8% di tahun 2029," kata Faisol.

Data Global Islamic Economy Indicator yang dirilis oleh State of the Global Islamic Economy (SGIE), menunjukkan peringkat Indonesia dari tahun 2023 ke 2024 naik satu peringkat menjadi posisi ke tiga setelah malaysia dan Arab Saudi. Namun, peringkat Indonesia untuk sektor farmasi dan kosmetik masih di bawah dari negara berpenduduk muslim lainnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar