18 Desember 2024
14:40 WIB
Laporan SEEK: Tren Kerja Jarak Jauh International Makin Populer Di Indonesia
Laporan SEEK menunjukkan, tren bekerja jarak jauh Asia Tenggara sebesar 71% melebihi rata-rata global yang sebesar 66%. Terjadi pergeseran persepsi peluang kerja internasional di kawasan ini.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi pekerja jarak jauh. Dok SEEK
JAKARTA - Tren kerja jarak jauh atau remote work semakin populer di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Fenomena ini disebut dapat membuka peluang bagi para pekerja untuk mengejar karier internasional tanpa harus pindah secara fisik.
Laporan SEEK terbaru berjudul "Menguraikan Bakat Global: Tren Mobilitas 2024 (Edisi Asia Tenggara)" menunjukkan, secara umum, tren untuk bekerja jarak jauh meningkat dari 62% pada 2020 menjadi 71% pada 2023.
Secara khusus, SEEK menekankan, angka tren bekerja jarak jauh Asia Tenggara melebihi rata-rata global yang sebesar 66%. Situasi ini juga memperlihatkan, adanya pergeseran signifikan dalam persepsi terhadap peluang kerja internasional di kawasan ini.
“Bahkan, lebih banyak orang (71%) terbuka untuk bekerja jarak jauh, dibandingkan mereka yang bersedia pindah ke luar negeri (68%),” tulis laporan tersebut yang diterima di Jakarta, dikutip Rabu (18/12).
Lebih lanjut, tren peningkatan pekerjaan jarak jauh internasional memberikan keuntungan signifikan bagi para pekerja, karena bisa mengakses peluang kerja dengan gaji lebih tinggi tanpa perlu pindah tempat tinggal.
Baca Juga: Faktor Pemengaruh Tren Pekerjaan Di Masa Depan
Setidaknya, sebanyak 55% pekerja di Hong Kong dan Asia Tenggara menyatakan kesulitan untuk pindah bersama keluarga, sebagai hambatan utama bekerja di luar negeri. Hal ini terutama terlihat di Hong Kong (68%), Singapura (66%), dan Malaysia (66%), di mana keharmonisan keluarga sangat dihargai.
Selain itu, biaya relokasi menjadi hambatan utama bagi 41% responden di Asia Tenggara dan Hong Kong, jauh lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 30%. Indonesia mencatatkan angka paling tinggi (44%), diikuti dengan Filipina (42%), dan Thailand (41%).
“Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya tinggi untuk pindah ke luar negeri membuat banyak (pekerja) profesional Indonesia lebih tertarik pada peluang kerja jarak jauh,” sebut laporan yang sama.
Laporan juga menyampaikan hambatan lain pekerja enggan pindah negara, termasuk kurangnya pengetahuan tentang bekerja di luar negeri (35%), serta kekhawatiran tentang keselamatan dan keamanan pribadi (31%).
"(Karena itu), bagi perusahaan, pergeseran ke arah kerja jarak jauh dapat menjadi solusi menarik, terutama ketika menghadapi kesulitan dalam mengisi posisi-posisi tertentu," jelasnya.
Pekerja Indonesia Gencar Cari Peluang Kerja International
Laporan juga menyatakan, pekerja terutama dari Indonesia, semakin mencari pengalaman internasional untuk mengatasi keterbatasan pasar domestik. Kualitas hidup yang lebih baik juga menjadi pertimbangan utama bagi 53% responden di Asia Tenggara dan Hong Kong.
Adapun Singapura, khususnya, menjadi tujuan utama. Dengan 30% pekerja Malaysia lebih memilih bekerja di Singapura, terdorong oleh reputasi Negeri Singa Merlion sebagai pusat bisnis multikultural.
Baca Juga: Jobstreet: Tren Permintaan Pekerja Masih Terus Naik
Secara global, Singapura juga menempati peringkat ke-8 sebagai tujuan paling diminati oleh talenta internasional.
Malaysia juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam peringkat global, dari urutan ke-33 pada 2018 menjadi ke-21 pada 2023, menggambarkan daya tarik yang semakin meningkat sebagai tujuan bagi para pekerja.
"Bagi pekerja di Asia Tenggara dan Hong Kong, keinginan untuk mendapatkan peluang lebih baik di luar negeri didorong oleh inflasi yang meningkat, upah yang lebih rendah, dan terbatasnya prospek karier di negara asal mereka," urainya.
Ketika pekerja ingin relokasi, mereka mengharapkan dukungan signifikan dari perusahaan untuk memudahkan transisi. Lebih dari 80% pekerja dari Singapura dan Malaysia mengharapkan bantuan relokasi, termasuk visa, izin kerja, dan pengaturan perumahan.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata regional 74% dan global 69%. Lebih khusus lagi, sekitar 79% talenta dari Asia Tenggara dan Hong Kong mengharapkan bantuan visa dan izin kerja, sejalan dengan rata-rata global.
Selain itu, 74% talenta mengharapkan bantuan perumahan, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 69%. Dengan Malaysia (86%), Filipina (85%), dan Singapura (84%) memimpin permintaan ini.