c

Selamat

Selasa, 11 November 2025

EKONOMI

12 Juni 2025

10:36 WIB

Konservatif, PIER Ramal Pertumbuhan Kredit Perbankan 2025 Mentok 8,88%

Ekonom menilai proyeksi pertumbuhan kredit 8,88% di tahun ini sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi 4,80% dan inflasi 2,33%. Perlu sinergi fiskal, moneter, dan reformasi struktural.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p>Konservatif, PIER Ramal Pertumbuhan Kredit Perbankan 2025 Mentok 8,88%</p>
<p>Konservatif, PIER Ramal Pertumbuhan Kredit Perbankan 2025 Mentok 8,88%</p>

Ilustrasi - Teller sedang memberikan layanan perbankan kepada nasabah. Dok Bank BTN

JAKARTA - Permata Institute for Economic Research (PIER) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 berkisar 8,88% secara tahunan (year-on-year/yoy). Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengatakan, proyeksi tersebut cenderung konservatif dan sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi 4,80% dan inflasi 2,33%.

"Hal ini (pertumbuhan kredit) mencerminkan ekspektasi pemulihan bertahap, namun belum cukup kuat untuk kembali ke zona dua digit, kecuali ada akselerasi permintaan investasi dan keberhasilan stimulus fiskal kuartal II/2025," kata Josua kepada Validnews, Jakarta, Rabu (11/6).

Baca Juga: OJK: Penyaluran Kredit Perbankan April 2025 Loyo, Hanya Tumbuh 8,88%

Menurut Josua, penting untuk menyinergikan antara kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi struktural untuk mengembalikan pertumbuhan kredit ke level dua digit. Sambil juga mengupayakan penciptaan kredit untuk sektor-sektor prospektif.

"Pemerintah perlu lebih proaktif dalam menciptakan permintaan kredit melalui proyek infrastruktur dan insentif UMKM," tegas dia.

Di sisi lain, perbankan juga harus mendorong inovasi produk dan perluasan basis nasabah. Sedangkan, regulator perlu memberikan ruang stimulus makroprudensial yang akomodatif, dengan catatan tetap diberikan secara hati-hati.

"Dengan koordinasi yang efektif, target pertumbuhan kredit di atas 10% masih terbuka pada semester II/2025 hingga 2026," ungkap Josua. 

Baca Juga: Meski Tumbuh, Kredit Perbankan Pada April 2025 Turun Dari Maret

Sebelumnya, OJK melaporkan, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan pada April 2025 masih belum melanjutkan double digit growth. Pasalnya, kredit perbankan April 2025 tercatat tumbuh melambat sebesar 8,88% (yoy) atau menjadi Rp7.960 triliun.

Padahal, kredit perbankan Maret 2025 masih tumbuh lebih tinggi sebesar 9,16% (yoy) atau menjadi Rp7.908,4 triliun. Bahkan pada Februari dan Januari 2025 masih tumbuh double digit, yakni masing-masing di 10,30% (yoy) atau sekitar Rp7.825 triliun dan di 10,27% (yoy) atau sekitar Rp7.782 triliun.

Bank Parkir Likuiditas di SRBI dan SBN
Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae membeberkan sejumlah kondisi yang melatarbelakangi lesunya pertumbuhan kredit saat ini. Salah satunya, perbankan diduga lebih memilih memarkirkan likuiditasnya di instrumen lain seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN).

Kendati demikian, dia mengingatkan, dinamika pertumbuhan kredit perbankan harus dilihat dalam konteks yang lebih luas. Di samping itu, dia mencontohkan, return yang ditawarkan oleh SRBI masih kalah kompetitif ketimbang pemberian jalur kredit konvesional.

“SRBI sekarang cuma kasih imbal hasil sekitar 6,5-7%. Padahal kalau kasih kredit, bisa dapat return lebih tinggi. Jadi logikanya, kredit tetap menjadi tujuan utama bank, karena lebih menguntungkan dalam jangka panjang,” ujar Dian, Selasa (3/6).

Baca Juga: Lesu, Ekonom Ungkap Cara Genjot Kredit Bank

Kemudian, Dian juga menjelaskan, dinamika ekonomi memegang peran krusial pada pergerakan permintaan kredit. Mudahnya, bila sektor riil masih belum ekspansif, maka sejauh itu pula permintaan kredit juga tidak akan besar. 

Namun, pembicaraan regulator dengan direktur bisnis perbankan nasional, kondisi tersebut hanya musiman. Harapannya, perbaikan permintaan kredit bisa berlangsung hingga pertengahan tahun.

“(Permintaan kredit) awal tahun biasanya melambat. Tapi akan bounce back di kuartal II dan III. Terlebih, sekarang kondisi makro kita makin stabil,” imbuhnya.

Hal itu, Dian bisa buktikan dengan pergerakan kurs rupiah yang mulai stabil dan keberanian BI yang sudah menurunkan suku bunganya dua kali hingga ke level 5,5% saat ini. Kebijakan ini pun diikuti oleh LPS yang ikut menurunkan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) simpanan bank. 

“Ini semua memberi ruang untuk pertumbuhan kredit. Dari sisi likuiditas juga tidak ada masalah. LDR (Loan to Deposit Ratio) kita masih sekitar 80%. Artinya, masih ada ruang besar untuk ekspansi kredit,” ungkap Dian.

Baca Juga: BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,6-5,4% Pada 2025

Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia kini perlu fokus mencari cara mendorong sektor-sektor ekonomi prioritas agar bisa menaikkan permintaan kredit. 

“Pemerintah juga sedang dorong perumahan rakyat, hilirisasi industri, dan UMKM. Itu semua bisa mendongkrak penyaluran kredit dalam waktu dekat,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar