c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

21 Mei 2025

17:22 WIB

BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,6-5,4% Pada 2025

Proyeksi pertumbuhan ekonomi BI ini sedikit lebih rendah dari prakiraan sebelumnya yang berada pada kisaran 4,7 hingga 5,5%.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,6-5,4% Pada 2025</p>
<p id="isPasted">BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,6-5,4% Pada 2025</p>

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo  dalam konferensi pers secara daring, Rabu (21/5). ValidNewsID/ Fitriana Monica Sari

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi berada dalam kisaran 4,6% hingga 5,4% untuk tahun 2025.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kisaran proyeksi baru ini sedikit lebih rendah dari kisaran prakiraan sebelumnya yang berada pada kisaran 4,7% hingga 5,5%.

"Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada dalam kisaran 4,6–5,4%, sedikit lebih rendah dari kisaran prakiraan sebelumnya 4,7–5,5%," kata Perry dalam konferensi pers secara daring, Rabu (21/5).

Menurutnya, penyesuaian tersebut dilakukan melihat realisasi pertumbuhan ekonomi Kuartal I/2025 yang tercatat hanya tumbuh 4,87% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 tersebut lebih rendah jika dibandingkan kuartal IV/2024 yang sebesar 5,02% (yoy).

Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2025 terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga, sejalan aktivitas dan mobilitas masyarakat yang meningkat selama periode libur tahun baru dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.

Selain itu, investasi tumbuh sejalan dengan realisasi penanaman modal, sementara ekspor tumbuh ditopang oleh permintaan mitra dagang utama dan ekspor jasa.

Berdasarkan Lapangan Usaha (LU), LU Industri Pengolahan, Perdagangan, Transportasi dan Pergudangan, serta Pertanian mencatatkan kinerja yang baik.

Kemudian, faktor lain yang turut memengaruhi perubahan proyeksi adalah mempertimbangkan dinamika global, termasuk dampak kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu terus diperkuat, sehingga diharapkan dapat memitigasi dampak ketidakpastian global akibat kebijakan tarif resiprokal AS.

“Perkembangan terkini pada kuartal II/2025, menunjukkan perlunya terus memperkuat upaya-upaya untuk mendorong berbagai kegiatan ekonomi,” ujarnya.

Baca Juga: Menkeu Bidik Pertumbuhan Ekonomi RI 5,8% Di 2026

Meski demikian, Perry memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal membaik pada semester II/2025 mendatang.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan akan membaik pada semester II/2025, didorong peningkatan permintaan domestik, termasuk dari kenaikan belanja pemerintah," jelas dia.

Lebih lanjut, BI menekankan pentingnya memperkuat respons kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk penguatan permintaan domestik dan optimalisasi peluang peningkatan ekspor.

Dalam kaitan ini, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial Bank Indonesia yang didukung percepatan digitalisasi sistem pembayaran terus disinergikan dengan kebijakan stimulus fiskal pemerintah, termasuk dukungan terhadap implementasi program Asta Cita Pemerintah.

Pertumbuhan Kredit Perbankan
Terkait pertumbuhan kredit perbankan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2025 akan berada pada kisaran 8% hingga 11%.

Hal itu salah satunya mempertimbangkan perkembangan kredit sampai dengan April 2025, di mana kredit perbankan pada April 2025 tumbuh sebesar 8,88% secara tahunan (yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan.

Meski terpantau masih tumbuh, namun pertumbuhan kredit pada April 2025 lebih rendah jika dibandingkan bulan Maret 2025 yang sebesar 9,16% (yoy).

Jika ditilik lebih jauh, kredit perbankan pada Januari dan Februari 2025 tumbuh double digit, yakni masing-masing sebesar 10,27% dan 10,30% (yoy)

Baca Juga: BI Pede Pertumbuhan Ekonomi 2025 Bisa Capai 5,5%

Ke depan, Bank Indonesia mengatakan berbagai upaya perlu terus didorong untuk meningkatkan penyaluran kredit, baik dengan penurunan suku bunga dan perluasan sumber dana perbankan, maupun peningkatan permintaan dari sisi sektor riil, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan kredit yang lebih tinggi, termasuk mengoptimalkan instrumen Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN), Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM), dan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM)," tutup Perry.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar