10 Juni 2025
18:46 WIB
Konflik Dagang AS-China Kendor, Bitcoin Tembus Level US$110.000
Ketegangan AS–China seringkali menjadi pemicu volatilitas di pasar global dan setiap sinyal positif akan langsung disambut pelaku pasar dengan aksi akumulasi aset berisiko tinggi seperti Bitcoin.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi mata uang kripto. Antara/Shutterstock
JAKARTA - Bitcoin (BTC) kembali menembus level psikologis US$110.000 pada Selasa (10/6) pukul 04.00 WIB, level tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Financial Expert Ajaib, Panji Yudha mengatakan, optimisme pasar meningkat seiring perkembangan positif dalam pembicaraan dagang antara AS dan China, yang berpotensi meredakan ketegangan geopolitik dan membuka ruang untuk risk-on assets seperti aset kripto.
“BTC saat ini Selasa (10/6) pukul 08.00 WIB diperdagangkan di kisaran US$110.026, menguat sekitar 4,06% dalam 24 jam terakhir, dan sempat menyentuh US$110.600," ungkapnya dalam pernyataan resmi.
Data dari Coinglass menunjukkan dalam 4 jam terakhir, total posisi yang dilikuidasi mencapai lebih dari US$203 juta, dengan porsi besar berasal dari posisi short senilai US$197 juta.
"Ini menandakan bahwa reli ini ditopang oleh tekanan beli yang memaksa banyak trader berposisi melawan tren pasar keluar dari posisi mereka," ujarnya.
Dengan reli hampir 5% dalam tujuh hari terakhir sejak penurunan tajam ke bawah US$101.000 pada 5 Juni, Panji memprediksi jika Bitcoin dapat kembali menemukan momentumnya.
Baca Juga: Analis: Zona US$107.500 Jadi Titik Krusial BTC Tembus ATH Terbaru
Optimisme Makro & Sentimen Global
Retorika yang muncul dari Presiden Trump pascapanggilan telepon dengan Presiden Xi mengindikasikan potensi pelonggaran ekspor dan pembukaan jalur diplomatik baru antara dua ekonomi terbesar dunia.
Secara historis, ketegangan AS–China seringkali menjadi pemicu volatilitas di pasar global dan setiap sinyal positif akan langsung disambut pelaku pasar dengan aksi akumulasi aset berisiko tinggi seperti Bitcoin.
Sementara itu, Ethereum (ETH) turut reli ke atas US$2.640 atau naik 4,5% dan Solana (SOL) naik 3% ke level mendekati US$160, menunjukkan sentimen positif ini tidak terbatas pada BTC saja.
Berdasarkan data dari SoSoValue, ETF spot Bitcoin mencatat net outflow mingguan sebesar US$129 juta pada periode 2–6 Juni. Namun total NAV-nya tetap solid di angka US$125,58 miliar, setara dengan 6,05% dari total market cap BTC.
Di sisi lain, ETF spot Ethereum justru mencatat net inflow sebesar US$281 juta. Dalam periode yang sama tidak ada satupun dari 9 ETF ETH yang mengalami outflow.
"Fakta bahwa ETF ETH mengalami arus masuk saat BTC mengalami arus keluar bisa dibaca sebagai rotasi sementara antar aset, bukan pelemahan struktural terhadap narasi Bitcoin," imbuhnya.
Panji menyebut terdata beberapa data ekonomi AS yang menjadi katalis utama minggu ini. Minggu ini pasar akan terfokus pada rilis data inflasi AS yang dapat memengaruhi ekspektasi arah kebijakan moneter The Fed.
Data Consumer Price Index (CPI) akan diumumkan pada Rabu (11/6), dengan consensus CPI headline naik menjadi 2,5% (yoy), dari 2,3% bulan sebelumnya. Sementara, core CPI naik menjadi 2,9% dari 2,8%.
Sedangkan secara bulanan, masing-masing 0,2% dan 0,3
“Inflasi yang lebih tinggi bisa kembali memunculkan ketakutan terhadap pengetatan The Fed. Namun, jika hasil sejalan atau lebih rendah dari ekspektasi, BTC dan aset berisiko berpotensi menguat,” ujarnya.
Baca Juga: Bitcoin Cetak Rekor Baru! Sentimen Positif Bawa BTC Sentuh Rp1,73 M
Data lain yang akan dirilis adalah Producer Price Index (PPI) pada Kamis (12/6). Adapun konsensus pasar adalah PPI headline naik ke 2,6% yoy dari 2,4%. Sedangkan, core PPI diprediksi turun ke 3% dari 3,1%.
PPI sering menjadi indikator awal pergerakan CPI. Data PPI yang lebih lunak bisa memperkuat harapan bahwa tekanan inflasi mulai mereda.
“Dengan latar makro dan sentimen global yang cenderung mendukung, data pekerjaan yang stabil, hingga ekspektasi inflasi yang mulai melandai saya menilai peluang Bitcoin untuk kembali mencetak rekor all-time high di bulan Juni masih terbuka lebar,” ujar Panji.
Jika inflasi bergerak sesuai atau di bawah ekspektasi, dan diikuti tekanan makro mereda, dirinya mengatakan jika investor bisa melihat BTC potensi besar untuk mencetak rekor harga tertinggi di kisaran US$115.000–US$120.000.