c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

26 Maret 2025

12:39 WIB

Kinerja Industri Pengolahan Melambat, IKI Maret 2025 Turun Ke Angka 52,98

Kinerja industri pengolahan pada Maret 2025 masih ekspansi, tapi mengalami penurunan ke angka 52,98.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Kinerja Industri Pengolahan Melambat, IKI Maret 2025 Turun Ke Angka 52,98</p>
<p id="isPasted">Kinerja Industri Pengolahan Melambat, IKI Maret 2025 Turun Ke Angka 52,98</p>

Pekerja mengawasi proses produksi di Pabrik PT Heinz ABC Indonesia, Karawang, Jawa Barat, Senin (28/11/2022). Antara Foto/Rivan Awal Lingga

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan, kinerja industri pengolahan pada Maret 2025 sedikit melambat. Ini tecermin dari nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang turun menjadi 52,98.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menyebutkan, IKI Maret 2025 lebih rendah 0,17 poin ketimbang IKI Februari 2025 yang sebesar 53,10. Meski mengalami penurunan, kinerja industri pengolahan tetap mengalami ekspansi.

"IKI pada Maret 2025 sebesar 52,98, ekspansi, meski sedikit melambat 0,17 poin dibandingkan Februari 2025," ujarnya dalam Konpers IKI Maret 2025, Rabu (26/3).

Adapun IKI merepresentasikan kinerja dari 23 subsektor industri pengolahan di Indonesia. Dari jumlah tersebut, ada 21 subsektor yang mengalami ekspansi.

Baca Juga: Kinerja Industri Manufaktur Naik, IKI Februari 2025 Tercatat 53,15 Poin

Jubir Kemenperin menjelaskan, kontribusi 21 subsektor industri itu terhadap produk domestik bruto (PDB) Industri Manufaktur Nonmigas pada Triwulan IV/2024 mencapai 96,5%.

"Dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah industri pencetakan dan reproduksi media rekaman dan industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional," paparnya.

Sementara itu, ada dua subsektor yang mengalami kontraksi. Itu meliputi industri furnitur dan industri karet, barang dari karet dan plastik.

Lebih lanjut, Febri menjelaskan, tingkat kepercayaan industri atau IKI diukur berdasarkan tiga jenis variabel. Itu meliputi variabel pesanan baru, produksi, dan persediaan produk.

Dia menyampaikan, variabel pesanan baru pada Maret 2025 mengalami ekspansi, tapi kinerjanya melambat 0,88 poin menjadi 53,69. Sementara itu, dua variabel lainnya mengalami percepatan ekspansi.

"Percepatan ekspansi juga terjadi pada nilai IKI variabel produksi sebesar 0,66 poin menjadi 51,21 ini, persediaan produk (meningkat) sebesar 0,34 poin menjadi 53,86 ini pun juga di atas 50 artinya ekspansif," jelas Febri.

Ramadan
Selanjutnya, Febri menjelaskan alasan IKI Maret 2025 menurun meski berbarengan dengan momentum Ramadan. Pasalnya, ketika Ramadan permintaan berbagai jenis produk meningkat, sehingga pabrik menggenjot produksinya.

Dia menjelaskan, peak season Ramadan sudah dimulai sejak dua bulan lalu, tepatnya awal 2025. Oleh karena itu, menjelang Idulfitri industri fokus pada penjualan, bukan lagi produksi.

Baca Juga: Kinerja Industri Manufaktur Naik, IKI Januari 2025 di Level 53,10

Contohnya, industri makanan dan minuman atau mamin. Febri menuturkan, biasanya industri tersebut mendapatkan banyak permintaan sebelum libur Idulfitri. Ditambah lagi, kontribusi sektor ini terhadap PDB pun cukup signifikan, sehingga ketika kinerjanya turun, IKI dapat terkena imbasnya sehingga ikut menurun.

"Jadi mungkin barangkali untuk industri makanan minuman itu mereka agak sedikit menurunkan produksinya, dan kita tahu industri makanan minuman set PDB-nya itu cukup besar di dalam PDB industri manufaktur atau industri pengolahan nonmigas, ya itu juga menyebabkan turunnya IKI," katanya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar