14 Juli 2023
18:42 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) berkomitmen untuk menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan di kilang-kilang yang saat ini beroperasi. Salah satu inisiatifnya adalah pengembangan Green Refinery untuk mendukung pencapaian target net zero emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat.
Langkah pengembangan Green Refinery sudah dilakukan seperti di Kilang Cilacap lewat pengolahan green fuel berkapasitas 3 KBPD dari feedstock RBDPO atau minyak kelapa sawit yang telah dijernihkan menjadi produk green diesel 100%, yakni Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD).
Direktur Utama PT KPI Taufik Aditiyawarman menyebut produk Pertamina RD kini telah dipasarkan di market domestik dan punya peluang pemenuhan kebutuhan Renewable Power dari genset untuk kegiatan EWTG G20 dan Formula E World Championship.
"Selain domestik, Pertamina RD juga dipasarkan secara ekspor untuk pasar Eropa tahun 2022 lalu," imbuh Taufik lewat siaran pers di Jakarta, Jumat (14/7).
Produk green fuel lainnya yang diproduksi lewat Green Refinery ialah Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bahan bakar pesawat terbang (bioavtur).
Taufik mengatakan, SAF berhasil diujicobakan dengan sukses tahun 2022 silam dengan menggunakan CN235.
Baca Juga: Kinerja Kilang Pertamina Internasional Kuartal I/2023 Lampaui Target
"Kemudian dilanjutkan dengan uji terbang komersial dalam waktu dekat untuk pengujian bioavtur pada salah satu pesawat komersial dari maskapai BUMN terbesar di tanah air," kata dia.
Secara mendasar, pengembangan Green Refinery merupakan inisiatif dalam mencapai target bauran EBT nasional tahun 2025. Bahan baku yang diolah di kilang Pertamina ialah minyak kelapa sawit/refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) dan ke depannya akan menggunakan minyak jelantah/used cooking oil (UCO) menjadi biofuels.
Taufik pun mengatakan, pengembangan Green Refinery akan terus dikembangkan seperti Green Refinery Cilacap Fase 2 untuk meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 6 KBPD dengan varian feedstock yang lebih luas, yakni pengolahan hingga spesifikasi UCO.
Green Refinery Cilacap Fase 2 sendiri ditargetkan bisa onstream tahun 2026 untuk meningkatkan kualitas produk dan menurunkan emisi gas buang.
Baca Juga: Pertamina Raup US$3,1 Miliar Untuk Proyek RDMP Kilang Balikpapan
"Selain Cilacap, pengembangan Green Refinery Plaju dengan kapasitas pengolahan 20 KPBD juga dapat memproduksi Pertamina RD (HVO), Bioavtur (SAF), dan BioNaphta yang ditargetkan dapat selesai pada 2027," tambah Taufik.
Lebih lanjut, dia menegaskan pengembangan green fuels dari Green Refinery Pertamina menjadi komitmen KPI dalam mencapai tujuan SDGs Poin 7, yakni Energi Bersih dan Terjangkau, serta sejalan dengan komitmen perusahaan dalam menjaga ketahanan energi nasional.
"Green Refinery Pertamina merupakan komitmen Kilang Pertamina untuk memproduksi bahan bakar yang berkualitas dan ramah lingkungan," ucapnya.