c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

25 Maret 2025

17:06 WIB

Kementerian ESDM Klaim Dekarbonisasi Sektor Energi Sudah Lampaui Target

Realisasi dekarbonisasi tahun 2024 mencapai 147,61 juta ton CO2. Capaian ini lebih tinggi 5,61 juta ton dari target penurunan emisi karbon sektor energi sebesar 142 juta ton CO2

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Kementerian ESDM Klaim Dekarbonisasi Sektor Energi Sudah Lampaui Target</p>
<p id="isPasted">Kementerian ESDM Klaim Dekarbonisasi Sektor Energi Sudah Lampaui Target</p>

Petugas membersihkan panel surya yang menyuplai energi listrik ramah lingkungan di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa (22/10/2024). Antara/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, penurunan emisi karbon atau dekarbonisasi di sektor energi sudah melebihi target yang ditetapkan secara tahunan, guna mewujudkan visi karbon bersih (Net Zero Emissions/NZE) pada tahun 2060.

Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM Andriah Feby Misna menyampaikan, realisasi dekarbonisasi tahun 2024 mencapai 147,61 juta ton CO2 atau lebih tinggi 5,61 juta ton dari target. Adapun capaian ini telah melampaui target penurunan emisi karbon sektor energi di waktu yang sama sebesar 142 juta ton CO2.

"Kita mampu mencapai penurunan emisi sebesar 147,61 juta ton, melampaui target tahunan yang sudah ditetapkan. Harapan kita juga hingga tahun 2030 nanti kita bisa tetap konsisten capaiannya," ujarnya melansir Antara, Jakarta, Selasa (25/3).

Baca Juga: Kemenko Perekonomian Dorong Implementasi CCS Jadi Daya Tarik Investasi

Dia merinci, realisasi dekarbonisasi sektor energi pada 2024 berasal dari efisiensi energi sebesar 30,25 juta ton, penggunaan bahan bakar rendah karbon yang menurunkan emisi 15,18 juta ton, energi baru terbarukan menurunkan emisi karbon 74,73 juta ton, serta penggunaan teknologi terbaru yang rendah emisi sebanyak 15,16 juta ton CO2.

Untuk tahun 2030, dia menyampaikan, pemerintah menargetkan untuk melakukan dekarbonisasi sektor energi hingga 358 juta ton.

Lebih lanjut, dia mengatakan, pihaknya juga siap menerapkan berbagai strategi guna mengoptimalkan terwujudnya visi karbon bersih yang sesuai dengan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC).

Strategi tersebut antara lain, penguatan elektrifikasi di sektor transportasi, pertanian, serta kompor induksi. Selanjutnya, pengembangan EBT, penerapan moratorium Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan pensiun dini PLTU, serta penerapan efisiensi energi.

Selain itu, pihaknya juga telah menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), dengan mengedepankan elektrifikasi dari sumber energi baru dan terbarukan yang dimiliki Indonesia, yakni lebih dari 3.600 gigawatt (GW).

Adapun E-NDC merupakan target pengurangan emisi Indonesia secara total dari 29% atau 835 juta ton CO2 menjadi 32% atau 912 juta ton CO2 pada 2030.

Pembentukan Satgas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau
Sementara itu, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan, pembentukan Satuan Tugas Transisi Energi dan Ekonomi Hijau (Satgas TEH) merupakan sinyal positif bahwa pemerintah memprioritaskan transisi energi Indonesia. 

Satgas TEH yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 141 Tahun 2025 ini dinilai menunjukkan komitmen pemerintahan Presiden Prabowo dalam melanjutkan agenda transisi energi yang telah dirancang oleh pemerintahan sebelumnya.

Baca Juga: Ekonom: Upaya Dekarbonisasi Industri Otomotif Tak Cuma Elektrifikasi

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa berharap Satgas ini dapat mempercepat transisi energi sesuai dengan tujuan Persetujuan Paris serta mengimplementasikan Bali Energy Transitions Roadmap dan Bali Compact, yang disepakati dalam G20 di bawah kepemimpinan Indonesia.

IESR menyoroti kesulitan pemerintah mencapai target investasi energi terbarukan yang kerap meleset dari target. Pada 2024, investasi energi terbarukan hanya mencapai US$1,8 miliar, jauh di bawah target US$2,6 miliar.

Rendahnya minat investasi di energi terbarukan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan iklim investasi yang tidak mendukung.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar