c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

30 Oktober 2024

11:16 WIB

Kementan Kejar 112 Perusahaan Yang Janjikan Investasi Impor Sapi Hidup

Kementan akui telah mengantongi 112 perusahaan yang berencana mengimpor sapi hidup sebagai investasi peternakan lokal untuk sapi pedaging dan perah dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Penulis: Erlinda Puspita

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kementan Kejar 112 Perusahaan Yang Janjikan Investasi Impor Sapi Hidup </p>
<p>Kementan Kejar 112 Perusahaan Yang Janjikan Investasi Impor Sapi Hidup </p>

Pekerja memerah susu dari seekor sapi di J'rami Farm, Tanah Sereal, Bogor, Jawa Barat, Jumat (23/2/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Wamentan Sudaryono mengonfirmasi, hingga saat ini sudah ada sekitar 112 perusahaan yang berniat mendatangkan sapi impor perah dan pedaging untuk memenuhi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sejumlah perusahaan calon investor tersebut berasal dari dalam maupun luar negeri.

Sudaryono membeberkan, dari sebanyak 112 perusahaan yang telah berkomitmen akan mendatangkan sapi impor, sebanyak 55 perusahaan akan mengimpor sapi perah dan 57 perusahaan sisanya sapi pedaging.

Adapun jumlah sapi yang diimpor untuk kebutuhan sapi perah dan pedaging, masing-masing sekitar 1,3 juta untuk sapi perah dan 700 ribu sapi pedaging.

"Kalau dari komitmen, totalnya hampir 2 juta ekor. (Sapi) perahnya 1,3 juta ekor, terus kalau enggak salah pedagingnya 700 ribu ekor," ungkap Sudaryono saat ditemui di Kantor Kementan, Jakarta, Selasa (29/10).

Sejauh ini, Sudaryono menyayangkan, seluruh perusahaan yang berkomitmen berinvestasi dan mengimpor sapi hidup ke Indonesia belum ada yang merealisasikannya. Untuk itu, pihaknya akan terus mengejar komitmen tersebut agar segera terealisasi.

Sementara untuk komitmen dari sejumlah perusahaan tersebut telah tercatat melalui Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).

"(MoU) ini kan orang janji. Nah kerjaan kita ini, sekarang nguber-nguber mereka. 'Eh lu kan udah janji, mesti realisasi (investasi)' gitu," tutur Sudaryono. 

Baca Juga: Pemerintah RI Ajak Jepang Ikut Perkuat Program Pertanian Indonesia

Meski tak memiliki tenggat waktu, ia berharap, realisasi investasi impor sapi hidup dapat terlaksana secepatnya. "Ikan sepat, ikan gabus. Makin cepat (realisasi impor sapi hidup) makin bagus," ucap dia. 

Sudaryono menjelaskan, jika hanya mengandalkan indukan sapi perah dan pedaging eksisting saat ini, Indonesia perlu waktu ratusan tahun untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging sapi di dalam negeri hingga swasembada. Meski begitu, upaya ini juga tidak menjamin kesuksesan pemenuhan produksi susu dan daging sapi lokal.

Lantaran, jumlah penduduk Indonesia juga akan terus membesar, sehingga kebutuhan produk yang sama juga ikut meningkat. Oleh karena itu, Indonesia masih memerlukan impor sapi indukan hidup untuk dibudidayakan sendiri.

"Kalau kita swasembada mengharapkan indukan (sapi) yang eksisting, mungkin butuh waktu ratusan tahun. Itu pun enggak akan tercapai, karena ratusan tahun ke depan penduduknya makin banyak. Sehingga harus didatangkan penduduk sapi baru, nanti setelah dengan tambahan sekitar 2-3 juta (ekor sapi), kita harapkan untuk kebutuhan MBG itu sudah bisa mencukupi daging dan susunya," imbuh Sudaryono. 

Baca Juga: China Segera Investasi 90 Ribu Ekor Sapi Di Indonesia Pada Oktober 2024

Sebelumnya,  Dirjen PKH Kementan Agung Suganda menyampaikan, salah satu perusahaan asal China, Hangzhou House of Chamber, berencana untuk berinvestasi peternakan sapi perah di Indonesia.

Rencana tersebut akan direalisasikan dengan mendatangkan 90 ribu ekor sapi, yang dibagikan masing-masing 30 ribu di tiga wilayah strategis untuk peternakan di Indonesia.

Tiga wilayah strategis yang dimaksud Agung antara lain Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan, karena dianggap memiliki lahan yang memadai. Selain itu, ketiga wilayah tersebut dinilai memiliki infrastruktur yang memungkinkan untuk aktivitas peternakan berskala besar.

Salah satu lahan yang ditawarkan adalah Hak Guna Usaha (HGU) seluas 2.600 hektare (ha) di Kalimantan Timur, yang dinilai sangat strategis untuk pengembangan peternakan sapi perah.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar