16 September 2025
14:30 WIB
Kemenperin Dorong Hilirisasi Kemenyan, Naikkan Nilai Produk 18 Kali Lipat
Kemenperin mengembangkan minyak atsiri kemenyan untuk memperkuat program hilirisasi. Nilai jual ekspor hilirisasi minyak atsiri 2024 jual lebih tinggi 18 kali lipat dibanding produk mentah kemenyan.
Penulis: Ahmad Farhan Faris
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Petani memperlihatkan minyak atsiri serai wangi yang telah diolah di Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat, Rabu(1/2/2023). Antara Foto/Muhammad Arif Pribadi/rwa
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan pengembangan minyak atsiri dari bahan baku kemenyan sebagai langkah memperkuat program hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah bahan baku di Indonesia. Selain memiliki nilai budaya tinggi, minyak atsiri juga menyimpan potensi besar dari sisi ekonomi dan industri.
Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menegaskan, pihaknya terus mendorong pengembangan minyak atsiri sejalan dengan agenda hilirisasi sumber daya alam yang digagas pemerintah saat ini.
“Hilirisasi kemenyan memberikan nilai tambah lebih tinggi sekaligus memperkuat daya saing IKM di daerah penghasil,” kata Reni melalui keterangannya, Jakarta, dikutip Selasa (16/9).
Baca Juga: DEN Targetkan Hilirisasi Kemenyan Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Awalnya, dia menyampaikan, getah kemenyan dikenal sebagai bahan ritual dan wewangian tradisional. Namun, saat ini pemanfaatannya semakin luas di tengah perkembangan dan kemajuan teknologi serta pasar global.
Menurut Reni, resin dan minyak atsiri berbasis kemenyan biasanya digunakan sebagai bahan produk wewangian seperti parfum, aromaterapi, pengharum ruangan, hingga kosmetik dan insektisida alami.
“Selain aromanya yang khas, kemenyan juga dikenal di industri parfum sebagai fixative alami yang efektif. Fungsinya membuat aroma parfum lebih tahan lama sekaligus memperhalus transisi lapisan aroma,” imbuhnya.
Petugas lab menuangkan minyak atsiri hasil dari tanaman nilam (Pogostemon cablin) produksi petani untuk dilakukan pengujian standar mutu di Laborarium Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh, Aceh, Jumat (4/8/2023). Antara Foto/AmpelsaReni menyebut, hilirisasi kemenyan perlu melibatkan pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang punya akses lebih dekat terhadap bahan baku, serta menjaga kualitas resin yang disadap dengan teknik tradisional.
“Kemenyan Indonesia dikenal berkualitas tinggi dan diminati pasar global, khususnya di India, Vietnam, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Prancis,” ujarnya.
Nilai Ekspor Kemenyan RI 2024
Berdasarkan data Trademap, ekspor produk getah alam, resin, dan oleoresin Indonesia, termasuk kemenyan di 2024 mencapai US$55,5 juta dengan volume 43.685 ton, atau setara US$1.270,45 per ton.
Sementara itu, ekspor produk hilirisasi berupa minyak atsiri dan turunannya tercatat US$42,3 juta dengan volume sekitar 1.776 ton atau bernilai US$23.817,56 per ton.
Baca Juga: Hilirisasi Kemenyan Akan Dilakukan Di Sumut
Hitungan Validnews, nilai ekspor hilirisasi minyak atsiri memiliki nilai jual lebih tinggi 18 kali lipat per ton, dibanding produk mentah kemenyan di 2024. Kondisi tersebut menunjukkan besarnya potensi ekonomi pada pengolahan produk mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi
“Angka ini menunjukkan bahwa nilai per ton produk hilirisasi jauh lebih tinggi dibandingkan bahan mentah. Artinya, hilirisasi kemenyan mampu memberikan nilai tambah signifikan dan memperkuat posisi Indonesia di pasar global,” ungkap Reni.
Tingkatkan Koordinasi Pengolahan Kemenyan
Sebagai langkah awal, Direktorat Industri Kimia, Sandang, dan Kerajinan (IKM KSK) Kemenperin berkoordinasi dengan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (IHHP) serta dinas terkait di Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan.
Baca Juga: Potensi Besar Kemenyan Indonesia Jadi Parfum Tropis Premium Dunia
Direktur IKM KSK Budi Setiawan mengatakan, koordinasi bertujuan untuk mengidentifikasi aspek yang perlu diperkuat melalui program pembinaan Kemenperin. Seperti memetakan jenis tanaman, proses penyulingan, rantai pasok, hingga pembinaan yang telah berjalan.
“Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi IKM, pengolahan minyak atsiri dari kemenyan akan menjadi penggerak baru hilirisasi berbasis nilai tambah lokal yang siap menembus pasar global,” kata Budi.
Untuk diketahui, dua wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan merupakan penghasil utama yang menyumbang sekitar 80% produksi kemenyan dunia. Kemenyan Tapanuli Utara pada 2025 telah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum.