c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

26 Mei 2025

15:19 WIB

HIlirisasi Kemenyan Akan Dilakukan Di Sumut

Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mendorong hilirisasi kemenyan untuk memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani di Sumut. Kemenyan bisa untuk obat,rokok, dan lainnya.

Editor: Rikando Somba

<p>HIlirisasi Kemenyan Akan Dilakukan Di Sumut</p>
<p>HIlirisasi Kemenyan Akan Dilakukan Di Sumut</p>

Kemenyan yang diolah menjadi minyak esensial. Shutterstock/Madeleine Steinbach

JAKARTA- Kemenyan merupakan komoditas yang sering terabaikan meskipun memiliki nilai besar dan dampak yang nyata bagi masyarakat, khususnya di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Karenanya, Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mendorong hilirisasi kemenyan untuk memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan petani di Sumatra Utara (Sumut.   DEN berencana mulai mengembangkan hilirisasi kemenyan berbasis komunitas.

HIlirisasi kemenyan bisa menjadi aromaterapi, parfum, makanan, hingga materi obat di industri farmasi. 

“Resin dari pohon Styrax benzoin ini dibutuhkan di berbagai industri, seperti parfum, aromaterapi, makanan, hingga farmasi. Namun, harga yang diterima petani masih sangat rendah, padahal ekspor kemenyan kita pada 2024 mencapai 43 ribu ton dengan nilai lebih dari 52 juta dolar AS,” ujar kata Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Senin (26/5).

Dia menguraikan, hilirisasi bukan hanya soal menciptakan nilai tambah dari kekayaan alam, tetapi juga bagaimana manfaat ekonominya bisa mengalir hingga ke desa-desa tempat sumber daya tersebut berasal. 

Di sisi lain,  kemenyan alami dari Sumatera Utara adalah yang terbaik di dunia dan sudah diekspor ke banyak negara di Asia dan Eropa.

Ketua DEN juga menekankan pentingnya hilirisasi berbasis komunitas. Dengan menggunakan teknologi sederhana seperti distilasi uap, petani dapat menghasilkan minyak kemenyan, resin terstandar, hingga bioaktif siap ekspor.

“Minat dari pelaku usaha dan mitra potensial sudah mulai terbentuk. Namun, yang terpenting adalah kerja sama yang terintegrasi antara lintas kementerian, pemerintah daerah, dan pelaku usaha agar hilirisasi kemenyan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat,” jelasnmya.


Luhut juga telah mendiskusikan digital sebaran lahan dan pohon kemenyan bersama Kementerian Kehutanan, Badan Pengelola Kawasan Hutan, Bupati Tapanuli Utara, Bupati Humbang Hasundutan, serta Forkompimda setempat.

Baca juga:  Asal-Usul Kapur Barus

                    Masyarakat Adat Ingin Pertahankan Hutan Kemenyan

Terkenal Di Dunia
Kemenyan dikenal dunia sebagaiu hasil alam Sumatra.  Getah kemenyan yang berkomposisi asam sinamat dan turunanya,  merupakan hasil hutan non kayu terbesar dari Sumatera Utara. Biasanya, getah kemenyan disadap dari pohon berumur 10 tahun dengan diameter pohon antara 9 - 35 cm. 

Getah kemenyan berdasar catatan sejarah, telah diperdagangkan sejak 5.000 tahun yang lalu di Semenanjung Arab dan Afrika Utara selama lebih dari 5.000 tahun. Ada mural yang menggambarkan karung kemenyan diperdagangkan dari Tanah Punt menghiasi dinding kuil Mesir kuno Ratu Hatshepsut, yang meninggal sekitar tahun 1458 SM.

Masyarakat Tapanuli percaya kemenyan itu dibawa dari Pelabuhan Barus, menuju Timur Tengah, hingga ke Betlehem tempat kelahiran Yesus Kristus yang dibawa oleh 3 orang Majusi. 

Kemenyan kerap digunakan sebagai dupa atau campuran rokok kemenyan. Di samping itu, kemenyan juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri parfum, obat-obatan, kosmetik, serta farmasi. Di Sumatra Utara, sejak dahulu kala. kemenyan digunakan untuk mengobati gusi bengkak, mengobati luka kulit, dan luka herpes di mulut.  

Buat beberapa suku di Tamah Air, kemenyan identik juga dengan ritual magis. Getah pohon kemenyan biasa dikaitkan dengan hal mistis oleh masyarakat Indonesia, seperti mendatangkan arwah atau sajen untuk paranormal.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar