07 Agustus 2024
21:00 WIB
KemenkopUKM Ungkap 3 Alasan UMKM Sulit Akses Kredit Perbankan
Setidaknya ada tiga alasan yang diidentifikasi KemenkopUKM yang membuat UMKM sulit mengakses kredit perbankan. Salah satunya soal agunan.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Pekerja membuat film sablon untuk baju di konveksi Sinergi Adv Nusantara, Jagakarsa, Jakarta, Rabu (17/5/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni
JAKARTA - Plt Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Satya Permana mengatakan terdapat tiga hal yang menyebabkan UMKM sulit mengakses kredit perbankan dan non perbankan. Pertama, banyak UMKM tidak memiliki agunan dalam 2 tahun terakhir.
Jumlah UMKM yang tidak memiliki agunan tersebut mencapai lebih dari setengahnya.
"Alasan terbesar ditolaknya kredit UMKM karena tidak ada agunan. Pada kredit bank sebesar 59,62% dan pada kredit fintech/non bank sebesar 46,43%," ucap Temmy, Rabu (7/8).
Kedua, suku bunga kredit masih tinggi, yakni per tahun 2021 mencapai sebesar 8,59%. Sementara negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia hanya 3,45% dan Singapura 5,42%.
Ketiga, terkendala status Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), di mana prediksi Bappenas tahun 2024 kredit usaha perbankan hanya mencapai 24%, salah satunya disebabkan tidak lolos SLIK.
Untuk mengatasi hal ini, pihaknya mengadakan Small Medium Enterprise Expo Pembiayaan Investasi Crowdfunding (SME Epic) 2024. Dalam pengumuman terbarunya sebanyak 14 investor turut meramaikan The Business Link Up.
"The Business Link Up merupakan titik temu para profesional berkumpul untuk menjalin koneksi, kolaborasi, dan menciptakan peluang bisnis baru dalam memperluas jaringan ataupun mendapatkan pembiayaan," kata dia.
Baca Juga: OJK: Penyaluran Kredit Perbankan Juni 2024 Tumbuh 12,36%
Investor dan partner tersebut adalah Saratoga Investama, INTRAS, UMG Idealab, Shafiq Securities Crowdfunding, Superkey Consulting Group, Toko Daging Nusantara, Bank Syariah Indonesia, Bank DKI Syariah, Bank Mandiri, Private Investor, Spil Venture, URUN RI, Kadin Indonesia, dan Bank Mega.
Temmy menekankan fokus dan tujuan program ini adalah memberikan pendampingan bagi UKM dan startup untuk mendapatkan pembiayaan, investasi, serta potential buyer.
Ini dilakukan dengan dikembangkan melalui berbagai rangkaian kegiatan seperti Workshop, Self-Assessment Pembiayaan, pelatihan Pitching, hingga business matching dengan berbagai jenis lembaga pembiayaan.
"Kami berharap para security crowd funding, modal ventura, private investor, angel investor, perbankan dan partner yang telah hadir di sini dapat membuka diskusi dan memberikan peluang UMKM naik kelas," kata Temmy.
Inovasi Pembiayaan
Temmy berharap adanya inovasi pembiayaan UMKM untuk mengatasi tiga masalah utama berupa agunan, suku bunga dan status SLIK yang kurang baik.
Di antaranya, skema pembiayaan UMKM melalui rantai pasok, sesuai amanah PP 7/2021, untuk memberi kepastian UMKM agar lebih berkembang dan pembayaran kredit lebih lancar.
Selain itu, ujar Temmy, perlu penerapan Innovative Credit Scoring (ICS) bagi UMKM untuk menjadi alternatif penilaian kelayakan kredit selain agunan.
Baca Juga: Menkeu Sri-MenkopUKM Teten Bahas Skor Kredit Inovatif
Selain itu, pihaknya akan mendorong Purchase Order (PO) Financing pada alokasi belanja pemerintah bagi UMKM melalui platform security crowd funding. Lewat car aini, UMKM bisa menggunakan order dari pemerintah untuk mendapatkan pembiayaan untuk berbelanja bahan baku.
"Perlu ada dukungan besar dari semua pihak untuk meningkatkan akses pembiayaan dan investasi bagi UKM," kata Temmy.
Menurut Temmy, SME EPIC ini menjadi salah satu strategi dari KemenKopUKM dalam mengatasi permasalahan UKM untuk mendapatkan pembiayaan dan investasi, UKM berdaya saing dan siap meningkatkan skala usahanya.
Sebagai informasi, The Business Link Up kali ini diikuti 26 UKM secara regional di wilayah Jabar, Jabodetabek, dan Sumatra, dari komoditas kelapa, sektor industri kreatif, makanan dan minuman, fashion, dan teknologi, dengan kebutuhan investasi senilai Rp36 miliar.