19 September 2024
17:35 WIB
Kemenkop UKM: Credit Scoring Mampu Tingkatkan Persetujuan Kredit Sebesar 5%
Kemenkop UKM telah melakukan pilot project dengan menggunakan 72.004 data kredit produktif. Hasilnya, tingkat persetujuan kredit bertambah 5% dengan menggunakan innovative credit scoring (ICS).
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Ilustrasi innovative credit scoring (ICS). Shutterstock/Drozd Irina
JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) telah melakukan pilot project dengan menggunakan 72.004 data kredit produktif. Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius mengatakan, hasilnya, tingkat persetujuan kredit bertambah 5% dengan menggunakan innovative credit scoring (ICS).
Selain itu, hasil juga menunjukkan tingkat risiko NPL (Non Performing Loan) yang tetap terjaga pada nilai yang sama dengan scoring data konvensional, yaitu antara 0,6%-0,7%.
"Artinya lembaga keuangan dapat meningkatkan penyaluran kredit dengan tingkat risiko yang tetap aman," kata Yulius dalam konferensi pers, Kamis (19/9).
Untuk itu, dalam hal ini Yulius mengatakan, pihaknya mengusulkan penggunaan credit scoring dengan pemanfaatan dimensi data alternatif, seperti data telekomunikasi, BPJS (jaminan sosial), penggunaan listrik, transaksi e-commerce dan lainnya.
"Sehingga lebih menunjukkan kondisi sebenarnya calon debitur UMKM. Data-data tersebut diproses menggunakan artificial intelligence (AI) dan machine learning (ML)," kata dia.
Baca Juga: Pemerintah Akan Buat Konsorsium Untuk Percepat Penerapan Innovative Credit Scoring
Berkaca pada negara lain, Yulius menyebut terdapat beberapa negara yang sudah menerapkan credit scoring dan didukung oleh kebijakan, serta infrastruktur data yang terintegrasi, diantaranya Inggris, India, Korea Selatan, China, dan Amerika.
Inggris, menurut Yulius negara tersebut berhasil meningkatkan persetujuan kredit sebesar 14% tanpa meningkatkan risiko NPL (studi empiris pada kerjasama Aire (ICS) dan Experian).
India, berhasil meningkatkan inklusi keuangan masyarakat, dari 40% meningkat menjadi 80% masyarakat yang bankable dan berpotensi mengakses kredit.
Baca Juga: Kemenkop UKM Berencana Mandatory Innovative Credit Scoring
Korea Selatan, berhasil meningkatkan inklusi keuangan masyarakat, sebesar 95% masyarakat memiliki akun bank dan berpotensi mendapat akses kredit. Selain itu, ICS berhasil meningkatkan penyaluran kredit sebesar 15% dan mengurangi risiko NPL sebesar 12% dengan proses yang lebih efektif dan efisien (Studi empiris pada Lenddo (ICS)).
China berhasil membantu meningkatkan akses kredit bagi masyarakat yang unbankable, terutama masyarakat pedesaan dan Amerika berhasil meningkatkan persetujuan kredit 20% dengan tetap menjaga tingkat NPL yang sama (studi empiris pada FICO Score).
"Apabila credit scoring ini bisa diterapkan, maka dapat mendorong percepatan akses pembiayaan UMKM dan kebutuhan pembiayaan UMKM dapat dipenuhi, sehingga menggerakkan perekonomian rakyat," tandasnya.