16 Februari 2024
17:20 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
JAKARTA - Plt Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto menegaskan, dalam waktu dekat pemerintah belum berencana melakukan evaluasi harga eceran tertinggi (HET) MinyaKita. Hal ini berkaitan dengan semakin dekatnya momen Ramadan dan Idulfitri yang jika dilakukan revisi maka akan memicu keributan di masyarakat.
Selain itu menurut Suhanto, harga MinyaKita saat ini di pasaran juga telah kembali normal di kisaran Rp14.000 per liter, atau sesuai dengan Surat Edaran (SE) Nomor 03 Tahun 2023 tentang Pedoman Penjualan Minyak Goreng Rakyat, yaitu HET minyak goreng kemasan Rp14.000 per liter dan minyak curah Rp15.500 per liter.
“Harga kan masih normal. Kalau kita ubah-ubah justru nanti akan jadi kendala, jadi masalah. Apalagi ini orang-orang baru euforia setelah Pemilu dan menghadapi Ramadan,” jelas Suhanto saat ditemui di Kantor Pusat Kemendag, Jumat (16/2).
Sementara itu, berdasarkan pantauan harga MinyaKita di laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kemendag, harga rata-rata nasional MinyaKita pada Selasa (13/2) tercatat di level Rp15.300 per liter dan Kamis (15/2) naik 0,65% menjadi Rp15.400 per liter.
Baca Juga: Minyakita Terus Naik, Kemendag Akan Bahas HET Baru
Sementara itu, untuk harga minyak goreng sawit kemasan premium dan curah, terpantau masih stagnan yaitu di posisi Rp20.500 per liter dan Rp15.100 per liter.
Berkaitan dengan menjelang momen Ramadan, Suhanto juga menyatakan jika Kemendag akan memulai kembali peninjauan ke pasar-pasar untuk memantau secara langsung harga dan ketersediaan bahan pokok.
“Kemarin Pak Menteri (Zulkifli Hasan) sudah bilang sama saya ‘Ayo Pak Sekjen, kita setelah Pemilu turun lagi ke pasar’. Ini untuk melihat bagaimana harga dan stok seluruh bahan pokok. Sehingga kami memprogramkan sebelum Ramadan akan turun lagi untuk memantau bahan pokok,” ucap Suhanto.
Suhanto pun memastikan jika ketersediaan bahan pokok saat ini untuk seluruh komoditas terpantau aman. “Pokoknya untuk komoditi setahu saya ya, seperti daging, gula, ketersediaannya sudah siap semua,” katanya.
Sementara itu, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Bambang Wisnubroto melaporkan adanya penurunan realisasi Domestic Market Obligation (DMO) minyak goreng curah dan MinyaKita.
Penurunan dari target 300 ribu ton DMO tersebut yaitu pada Desember tercatat hanya terealisasi 82% (244.728 ton), lalu di Januari 2024 hanya terealisasi 69% (208.394 ton), dan Februari 2024 baru 10% (30.272 ton).
“Secara tercatat perbandingan bulanan, kenaikan terbanyak tercatat pada varian minyak goreng curah sebesar 43%,” ungkap Bambang dalam rapat koordinasi inflasi, Senin (12/2).
Baca Juga: KPPU: Harga Minyak Goreng Curah Lampaui HET
Kenaikan harga minyak goreng curah tersebut total terjadi id 277 kab/kota, yang secara rinci menurut Bambang yaitu 141 daerah alami kenaikan 0%-5%, 62 daerah alami kenaikan 5%-10%, dan 24 daerah alami kenaikan di atas 10%.
Sementara itu, 190 kab/kota lainnya terpantau stabil, dan minyak goreng jenis lainnya, jumlah kab/kota dengan harga turun lebih banyak dibandingkan dengan yang alami kenaikan harga.
“Artinya kalau kita rinci, kenaikan minyak yang terjadi lebih banyak di minyak goreng curah. Tentu ini menjadi concern kami,” tegas Bambang.