c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

04 Oktober 2024

13:19 WIB

Kemendag Akan Kaji Penyebab Penurunan Harga Pangan

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan akan mengkaji penyebab penurunan harga pangan, apakah disebabkan suplai yang melimpah atau daya beli yang turun. 

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Kemendag Akan Kaji Penyebab Penurunan Harga Pangan</p>
<p id="isPasted">Kemendag Akan Kaji Penyebab Penurunan Harga Pangan</p>

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (tengah) berbincang dengan pedagang dan pembeli saat mengunjungi Pasar Tos 3000 di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (17/12/2023). Antara Foto/Teguh Prihatna

JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan pihaknya akan mengkaji penyebab sekaligus dampak penurunan harga sejumlah komoditas pangan hingga terlampau murah.

“Apa karena suplainya banyak sekali sehingga harganya terlalu murah, atau daya beli yang turun nanti kita lihat, kita kaji lebih lanjut,” kata Zulkifli Hasan ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (4/10), dikutip dari Antara.

Dia mengatakan apabila terjadi inflasi, pemerintah akan bisa secara cepat mengatasi melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun apabila harga komoditas terlalu murah, petani bisa jadi mengalami kebangkrutan.

“Kalau harga terlalu murah. (Misalnya) cabai terlalu murah, misalkan patokan kita Rp40 ribu, di pasar cuma Rp15 ribu, itu langsung bangkrut petaninya gitu lho. Begitu juga telur, kalau telur standar kita kan Rp28 ribu, kalau dia cuma harganya Rp24 ribu, itu tutup. Nah ini memang ada beberapa yang terlalu murah,” kata dia.

Baca Juga: BPS Catat Deflasi September 2024 0,12%, Sudah 5 Bulan Beruntun

Dia menyampaikan terlalu murahnya harga komoditas dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya disebabkan oleh peralihan musim, suplai yang terlampau banyak, atau daya beli masyarakat yang mengalami penurunan.

Oleh karena itu pihaknya akan melakukan kajian terhadap penyebab dan dampak dari terlalu murahnya harga komoditas pangan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12% secara bulanan (mtm) pada September 2024. Dengan demikian, deflasi telah terjadi berturut-turut selama lima bulan atau sejak Mei 2024.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, faktor yang mempengaruhi deflasi ialah penyesuaian pada sisi suplai pangan yang akhirnya membuat penurunan harga komoditas bergejolak atau volatile food.

"Kalau kita lihat, turunnya harga ini karena dipengaruhi oleh sisi penawaran atau supply side. Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan," kata Amalia dalam konferensi pers, Selasa (1/10).

Dalam pemaparannya, dia mengatakan, beberapa pangan yang mengalami penurunan adalah produk hortikultura. Terutama yang memberikan andil adalah cabai merah, cabai rawit, tomat, daun bawang, kentang dan wortel.

"Juga produk peternakan seperti telur ayam ras dan daging ayam ras yang beberapa bulan sebelumnya mengalami peningkatan, sekarang kembali menurun karena kembali stabil," ucap dia.

Baca Juga: September Deflasi 0,12%, Ekonom Nilai Tak Sehat

Komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,34%, dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,21%.

Komoditas utama yang berperan dalam deflasi bulanan yaitu cabai merah sebesar 0,09%, cabai rawit sebesar 0,08%, telur ayam ras dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,02%, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel masing-masing sebesar 0,01%.

"Nah ini tentunya mengapa harga bisa turun karena biaya produksi turun. Tentunya ini akan dicerminkan pada harga di tingkat konsumen turun. Deflasi ini dicerminkan yang kita tangkap melalui IHK dan ini tentunya sering juga dengan masa panen cabai rawit dan merah sehingga pasokan relatif berlimpah untuk komoditas tersebut," terang Amalia.

Ia menambahkan, diperlukan studi lebih dalam untuk menghubungkan deflasi dan penurunan daya beli masyarakat. Penurunan daya beli masyarakat tidak bsia dimonitor lewat kesimpulan angka inflasi.   


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar