c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

13 Maret 2024

15:45 WIB

Kembali Melemah, Rasio konsumsi Masyarakat Februari Turun 160 bps

Rasio konsumsi masyarakat terhadap pendapatan turun dibandingkan Januari 2024.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Kembali Melemah, Rasio konsumsi Masyarakat Februari Turun 160 bps
Kembali Melemah, Rasio konsumsi Masyarakat Februari Turun 160 bps
Ilustrasi buku tabungan dengan uang tunai. Shutterstock/ktasimar

JAKARTA - Bank Indonesia melaporkan, kondisi keuangan konsumen pada Februari 2024 menurun. Terlihat dari rasio konsumsi masyarakat terhadap pendapatan pada bulan ini yang turun sebesar 160 basis poin (bps) atau 1,6% poin dibandingkan Januari 2024.

“Rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi Februari 2024 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 73,0%,” sebut BI dalam Survei Konsumen Februari 2024, Jakarta, Rabu (13/3).

Sebelumnya, hasil pantauan BI, proporsi pengeluaran konsumen terhadap pendapatan (average propensity to consume ratio) pada awal tahun sempat naik ke kisaran 74,6%. 

Setelah selama September-Desember 2023 konsisten menurun, dari kisaran 76,3%; menurun ke 75,6%; turun tipis 75,3%; dan turun lebih dalam ke 74,3%. 

Baca Juga: BI Nilai Kondisi Keuangan Konsumen Januari 2024 Sedikit Membaik

Sementara itu, proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) pada saat yang sama mengalami kenaikan 10 bps atau 1 persen poin pada Februari 2024. Dengan begitu, proporsi pembayaran cicilan/utang bergerak naik dari kisaran 9,3% menjadi 10,3%.

Di sisi lain, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) tercatat meningkat 50 bps atau 0,5% poin pada Februari 2024. Hasilnya, proporsi pendapatan yang disimpan lanjut bergerak naik dari 16,2% menjadi 16,7%.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau menurun untuk hampir semua kelompok pengeluaran. Hanya responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp5 juta/bulan yang relatif mengalami kenaikan porsi konsumsinya dari pendapatan.

Sementara itu, porsi cicilan terhadap pendapatan terindikasi meningkat pada hampir seluruh tingkat pengeluaran. Kenaikan cicilan paling mencolok, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran di kisaran Rp1-2 juta.

Adapun, porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi meningkat pada tingkat pengeluaran Rp1-2 juta hingga Rp4,1-5 juta per bulan.

Rinciannya, dibanding Januari 2024, konsumen pendapatan Rp1-2 juta/bulan, rata-rata proporsi konsumsi dari pendapatannya sebesar 73,9% (turun 390 bps); lalu proporsi pembayaran cicilan/utang 9,1% (naik 230 bps); dan proporsi untuk disimpan sebagai tabungan 17% (naik 170 bps).

Kemudian, konsumen berpendapatan Rp2,1-3 juta/bulan, rata-rata proporsi konsumsi dari pendapatannya sebesar 74,8% (turun 10 bps); lalu proporsi pembayaran cicilan/utang 8,7% (turun 20 bps); dan proporsi untuk disimpan sebagai tabungan 16,4% (naik 20 bps).

Baca Juga: Ekonom: Fenomena Makan Tabungan Masih Akan Berlanjut Tahun Ini

Konsumen pendapatan Rp3,1-4 juta/bulan, rata-rata proporsi konsumsi dari pendapatannya sebesar 71,6% (turun 200 bps); lalu proporsi pembayaran cicilan/utang 114% (naik 160 bps); dan proporsi untuk disimpan sebagai tabungan 17% (naik 40 bps).

Selanjutnya, konsumen pendapatan Rp4,1-5 juta/bulan, rata-rata proporsi konsumsi dari pendapatannya sebesar 70,5% (turun 80 bps); lalu proporsi pembayaran cicilan/utang 11,6% (naik 40 bps); dan proporsi untuk disimpan sebagai tabungan 17,9% (naik 40 bps).

Terakhir, konsumen pendapatan di atas Rp5 juta/bulan, rata-rata proporsi konsumsi dari pendapatannya sebesar 66,3% (naik 20 bps); lalu proporsi pembayaran cicilan/utang 15,7% (naik 110 bps); dan proporsi untuk disimpan sebagai tabungan 17,9% (turun 140 bps).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar