c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

11 Maret 2025

21:00 WIB

Kebutuhan Energi Fosil Masih Tinggi di Tengah Kampanye Transisi Energi

Penjualan BBM, non-BBM, dan petrokimia oleh PT Pertamina Patra Niaga melonjak dari kisaran 99 juta KL tahun 2023 menjadi 105 juta KL pada 2024.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>Kebutuhan Energi Fosil Masih Tinggi di Tengah Kampanye Transisi Energi</p>
<p>Kebutuhan Energi Fosil Masih Tinggi di Tengah Kampanye Transisi Energi</p>

Pengendara sepeda motor melintas di dekat papan informasi harga BBM di salah satu SPBU kawasan Kuningan Timur, Jakarta, Selasa (1/10/2024). Sumber: AntaraFoto/Aprillio Akbar

JAKARTA - Wakil Direktur Utama PT Pertamina Wiko Migantoro mengungkapkan kebutuhan energi fosil masih tetap tinggi di tengah gaung kampanye transisi menuju energi yang lebih bersih.

Wiko mengungkapkan pada tahun 2024 saja, realisasi volume penjualan produk BBM, non-BBM, dan petrokimia oleh PT Pertamina lewat Subholding Commercial and Trading PT Pertamina Patra Niaga tercatat di angka 105 juta kiloliter (KL) tahun 2024 lalu pada seluruh jenis produk.

Angka itu mengalami peningkatan dibanding realisasi penjualan BBM pada 2023 atau tahun sebelumnya yang hanya di kisaran 99 juta KL.

"Selanjutnya di subholding pemasaran, volume sales mengalami peningkatan dari sebelumnya 99 juta kiloliter tahun 2023 menjadi 105 juta kiloliter di tahun 2024," tutur Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (11/3).

Baca Juga: PBB Desak Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Fosil Untuk Percepat Transisi Energi Bersih

Bahkan untuk tahun ini, penjualan dari produk BBM, non-bbm, dan petrokimia ditargetkan meningkat tipis 1% menjadi sebanyak 106 juta KL secara keseluruhan.

Dia berharap, tingginya kebutuhan energi fosil itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Wiko, pertumbuhan ekonomi suatu negara sejalan dengan bertambahnya konsumsi energi.

"Ini menunjukkan bahwa meskipun kita bergerak cepat untuk mencari alternatif, namun ternyata kebutuhan energi fosil ini masih cukup tinggi. Mudah-mudahan ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang memang membutuhkan pertambahan energi," ucapnya.

Dari realisasi penjualan sepanjang 2024, Wiko menyoroti naiknya volume BBM non-subsidi dari 30 juta KL tahun 2023 menjadi sebanyak 43 juta KL. Dia mengungkapkan naiknya penjualan BBM non-subsidi itu jadi hal positif tersendiri bagi perusahaan.

"Yang menjadi hal positif yaitu penjualan produk non-PSO juga mengalami pertumbuhan dari 30 juta kiloliter menjadi 43 juta kiloliter di tahun 2024," katanya.

Baca Juga: Transisi Energi di Indonesia Terhadang Anggaran

Lebih lanjut, Wiko menambahkan PT Pertamina Patra Niaga terus menjalankan upaya subsidi tepat sasaran lewat beragam program strategis, salah satunya ialah penguatan digitalisasi MyPertamina dan pendataan konsumen yang berhak untuk menerima BBM bersubsidi.

Tahun ini, Pertamina Patra Niaga ia sebut bakal terus mendata konsumen Jenis BBM Tertentu (JBT) Minyak Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite. Setelah terdata, konsumen akan mendapat QR Code untuk melakukan transaksi di SPBU.

"Serta melakukan pendataan QR code untuk konsumen produk Biosolar dan Pertalite sehingga didapatkan figur konsumen yang nantinya dapat digunakan sebagai opsi untuk pemerintah dalam pelaksanaan rencana subsidi tepat," jelas Wiko.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar