c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

23 Januari 2025

15:29 WIB

Kadin Yakin Kebijakan DHE 100% Setahun Positif Buat Cadev Dan Rupiah

Rencana pemerintah untuk menahan DHE menjadi 100% selama setahun positif bagi cadev dan rupiah. Meski begitu, pemerintah perlu memperhatikan likuiditas dan kebutuhan dana investasi para eksportir.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Kadin Yakin Kebijakan DHE 100% Setahun Positif Buat Cadev Dan Rupiah</p>
<p>Kadin Yakin Kebijakan DHE 100% Setahun Positif Buat Cadev Dan Rupiah</p>
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). Antara Foto/Rivan Awal Lingga/foc.

JAKARTA - Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie meyakini, rencana pemerintah untuk menahan Devisa Hasil Ekspor (DHE) menjadi 100% selama setahun positif bagi ekonomi makro. Terutama dalam upaya Indonesia meningkatkan cadangan devisa dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Meski begitu, sambungnya, pemerintah perlu memperhatikan likuiditas dan kebutuhan dana investasi para eksportir atas kebijakan anyar DHE ini. Oleh karena itu, kebijakan yang memiliki tujuan positif ini tidak kontraproduktif bagi dunia usaha.

“Kadin (Kamar Dagang dan Industri) mendukung semua upaya pemerintah untuk memperkuat perekonomian nasional. Tujuan penahanan DHE adalah untuk memperkuat nilai tukar rupiah agar tidak terlalu volatil, itu kami setuju, apalagi cadangan devisa kita tidak besar,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima, Jakarta, Kamis (23/1). 

Baca Juga: Apindo Nilai DHE 12 Bulan Timbulkan Efek Domino Banyak Sektor Usaha

Untuk itu, dirinya juga meminta pemerintah untuk juga memperhatikan cash flow atau kebutuhan likuiditas para eksportir atas kebijakan tersebut. 

Anin juga menjelaskan, dunia usaha membutuhkan devisa untuk mengimpor bahan baku dan barang modal untuk kebutuhan investasi. Dengan demikian, likuiditas harus tersedia dan perlu dijaga agar pengusaha tidak merugi. 

“Para eksportir adalah juga importir, apalagi pelaku usaha yang bergerak di bidang industri manufaktur,” jelasnya. 

Di sisi lain, para eksportir juga membutuhkan rupiah untuk kebutuhan di dalam negeri. Dengan menahan DHE selama setahun, para eksportir perlu mendapatkan solusi yang menguntungkan ketika 'mendadak' membutuhkan rupiah. 

Karenanya, jika pelaku usaha mengalami kesulitan likuiditas dan dana investasi untuk ekspansi usaha, pada gilirannya kegiatan atau pun kinerja ekspor akan terganggu.

"Sebagai mitra pemerintah, para pelaku usaha, termasuk eksportir, yang tergabung di Kadin berperan aktif menggerakkan pembangunan nasional, mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8%, melakukan ekspansi usaha, dan membuka lapangan pekerjaan baru," urainya. 

Saat ini, pelaku usaha swasta berencana untuk terlibat lebih besar dalam pembangunan infrastruktur, sektor pertanian untuk ketahanan pangan, dan industri hulu hingga hilir. 

Baca Juga: Devisa Hasil Ekspor Ditahan Setahun, Mendag Klaim Kinerja Ekspor Tak Terganggu

Dirinya juga mengkhawatirkan, jangan sampai rencana kolaborasi besar pemerintah-swasta-BUMN terganggu oleh kebijakan yang kurang mendukung. 

“Kami yakin, pemerintah akan membuat kebijakan yang menguntungkan semua pihak demi lapangan kerja, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi,” kata Anin. 

Dia mengharapkan, insentif yang sedang dipersiapkan pemerintah dalam revisi PP baru tentang DHE memberikan keuntungan semua pihak. Dengan begitu, dia berharap, cadangan devisa meningkat, tapi tidak merugikan eksportir.

Berdasarkan data Bloomberg, per 23 Januari 2024 pukul 14.59 WIB, rupiah dilaporkan sedikit menguat tipis di hadapan dolar AS sebesar 0,02% senilai Rp4 dibandingkan sehari lalu. Rupiah terpantau menguat tipis dari Rp12.288 menjadi Rp12.284 per dolar AS.

Adapun cadev Indonesia yang dikuasai Bank Indonesia (BI) pada Desember 2024 sebesar US$155,7 miliar, atau meningkat dari US$135,9 miliar di 2020. Sementara cadangan devisa Thailand dan Singapura pada periode yang sama, masing-masing, US$237 miliar dan US$506,7 miliar.

Pada 2024, ekspor Indonesia sebesar US$264,7 miliar, naik tipis dari tahun sebelumnya; tapi turun dari US$292,9 miliar di 2022, saat pandemi masih mendera sebagian besar belahan dunia. Pada 2024, ekspor Singapura sebesar US$515 miliar, Vietnam US$453,7 miliar, Malaysia US$312,96 miliar, dan Thailand US$280 miliar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar