c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

18 Oktober 2024

14:08 WIB

Kadin: Pembangunan Pusat Bisnis Hijau Potensial Kerek Perekonomian RI

Kadin menyampaikan, pengembangan bisnis hijau perlu jadi salah satu dari tujuh strategi prioritas pemerintah selanjutnya dalam perekonomian.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Kadin: Pembangunan Pusat Bisnis Hijau Potensial Kerek Perekonomian RI</p>
<p id="isPasted">Kadin: Pembangunan Pusat Bisnis Hijau Potensial Kerek Perekonomian RI</p>

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid saat mengisi acara Gen8 Talk: 8 Persen Bisa, di Jakarta, Kamis (17/10). Antara/Maria Cicilia Galuh

JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengeklaim, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat bisnis hijau terbesar. Apabila dikembangkan, potensi bisnis hijau akan mengerek angka pertumbuhan ekonomi RI.

Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid mengatakan, mengembangkan bisnis hijau menjadi salah satu dari tujuh strategi yang perlu menjadi prioritas pemerintah selanjutnya. Ia meyakini, upaya ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi RI.

Namun, Arsjad tidak menjelaskan secara rinci mekanisme, cara, atau contoh pengembangan bisnis hijau di Indonesia. Dia hanya menyebut, strategi itu tertuang dalam whitepaper yang disusun pihaknya.

"Membangun pusat pengembangan bisnis hijau terbesar di dunia. Nah, Indonesia memiliki hak itu dan bisa kita lakukan," ujarnya dalam Gen8 Talk: 8% Bisa, di Jakarta, Kamis (17/10).

Secara keseluruhan, Arsjad menyebutkan, sedikitnya ada tujuh butir strategi prioritas yang perlu menjadi perhatian pemerintahan berikutnya. Menurut kalkulasinya, tujuh aspek ini bakal berkontribusi signifikan mendongkrak pertumbuhan ekonomi, apabila ingin mengejar target 8%.

Baca Juga: Tiga Negara Sepakati IKN Jadi Pusat Ekonomi Hijau

Pertama, infrastruktur yang terintegrasi, mudah diakses, dan terjangkau. Ia menyarankan, agar sistem transportasi yang terintegrasi tidak hanya tersedia di kota besar seperti Jakarta saja, melainkan bisa dibangun di kota lain.

Kedua, membangun ketahanan kesehatan dan transformasi pelayanan kesehatan. Ketiga, mewujudkan ketahanan energi, termasuk dengan cara mengadopsi sekaligus mengakselerasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan energi baru terbarukan (EBT).

"(Ketiga), kita juga harus bisa mengadopsi yang namanya sustainability. Start dari mana? Dari rumah, mulai bawa botol minum tumbler, yang penting adalah efisiensi atau esensi kita jadi bisa mengurangi sampah," imbuh Arsjad.

Keempat, mengakselerasi pertumbuhan UMKM. Kadin menekankan, UMKM berkontribusi lebih dari 90% untuk membuka lapangan pekerjaan di Indonesia, dan ini harus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.

Kelima, memperkuat basis manufaktur melalui reindustrialisasi. Arsjad menilai, Indonesia mampu menjadi basis produksi, yang kemudian hasil produknya bisa diekspor ke mancanegara.

"Supaya manufaktur kita kuat, kita butuh inovasi. Nah, inovasi bisa muncul kalau kita mengadopsi teknologi. Enggak bisa kita terus-terusan pakai teknologi dari luar," kata Ketum Kadin.

Baca Juga: Tak Mau Ketinggalan Global, RI Bakal Gencarkan Investasi Hijau Tahun Depan

Keenam, Indonesia perlu membangun pusat pengembangan bisnis hijau terbesar di dunia. Ketujuh, Indonesia patut berkomitmen membangun ekosistem ketahanan pangan mandiri.

Kejar 8% Perlu Tambahan PDB US$400 Miliar
Kadin telah melakukan perhitungan, tujuh strategi prioritas ini akan menyumbang penambahan produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Sehingga bisa menjadi bekal untuk mengerek pertumbuhan ekonomi ke level 8%.

Kadin menilai, apabila semua inisiatif itu dapat diimplementasikan, akan tercipta 16-18 juta lapangan pekerjaan yang bakal berdampak kepada pendapatan masyarakat, serta 5 juta lapangan kerja tambahan yang berasal dari belanja modal (capital expenditure/capex) di 2029.

Arsjad menyebutkan, tujuh fokus area pertumbuhan prioritas tersebut akan berkontribusi sekitar US$400-450 miliar. Jumlah ini setara 80% terhadap PDB dalam lima tahun mendatang.

"Kenapa tujuh strategi yang menjadi prioritas? Kalau kita mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, kita butuh penambahan PDB, tapi perlu ada US$400-450 miliar," tuturnya.

Arsjad menambahkan, usulan tujuh strategi tersebut sudah disusun dalam whitepaper. Ia mengakui, penyusunan dokumen yang sudah dalam tahap finalisasi tersebut dilakukan secara kolaboratif melibatkan pelaku usaha berbagai daerah, lembaga kajian, dan pemangku kepentingan lainnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar