c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

16 Oktober 2024

18:31 WIB

Tak Mau Ketinggalan Global, RI Bakal Gencarkan Investasi Hijau Tahun Depan

Pemerintah mengeklaim akan menggencarkan investasi hijau tahun 2025 agar tidak ketinggalan momentum yang mengarah ke ekonomi hijau serta demand dari global.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

<p>Tak Mau Ketinggalan Global, RI Bakal Gencarkan Investasi Hijau Tahun Depan</p>
<p>Tak Mau Ketinggalan Global, RI Bakal Gencarkan Investasi Hijau Tahun Depan</p>

Ilustrasi investasi hijau. Shutterstock/Atstock Productions

JAKARTA -  Investasi tahun depan akan diarahkan untuk mengembangkan ekonomi hijau dan pertumbuhan energi bersih atau clean energy. Ini sejalan pula dengan permintaan global terhadap produk besutan RI nantinya.

Adapun target realisasi investasi 2025 dipatok sebesar Rp1.905 triliun. Untuk mewujudkan itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan, pihaknya akan mendorong investasi hijau.

"Untuk ke depannya 2025, ini memang kita juga harus melihat tren dari pasar ke depannya yang lebih banyak mendorong untuk pertumbuhan dari clean energy," ujarnya dalam Konpers di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (15/10).

Rosan mencontohkan, investasi tahun depan akan diarahkan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Dia mengaku sudah menggaet beberapa perusahaan yang berminat investasi membuka pabrik mobil listrik di Indonesia.

Namun yang menjadi perhatian para calon investor adalah ketersediaan energi bersih untuk melakukan produksi di RI. Dengan adanya pertimbangan tersebut, Rosan menilai penting untuk mendorong investasi hijau atau green investment.

Karena nantinya, investasi hijau yang ditanam di Indonesia akan digunakan untuk membangun berbagai jenis barang ataupun jasa yang bertujuan mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya.

"Mereka (investor) inginnya, untuk membuat electric car, harapannya tenaganya atau energi yang mereka dapat juga adalah clean energy, dari renewable energy," kata Rosan.

Baca Juga: Konsep Investasi Hijau Belum Sepenuhnya Dipahami Pelaku Usaha

Kepala BKPM menekankan, apabila Indonesia tidak ikut main "keuangan hijau" dan mendorong ekonomi hijau, khawatirnya investor malah lari ke negara lain. Ia mewanti-wanti jangan sampai Indonesia kalah dari negara tetangga seperti Malaysia.

Ia mencontohkan, banyak perusahaan asing yang tertarik berinvestasi mendirikan pusat data atau data center di Tanah Air. Namun ketika melihat resources-nya belum memadai, investor pun beralih membidik Malaysia.

Untuk diketahui, membangun data center membutuhkan energi listrik yang mumpuni, serta ketersediaan energi, terutama energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkit listriknya.

Ketika sebuah negara bisa menyediakan serangkaian tersebut, maka akan dipandang mampu menyediakan produk atau bahan baku yang ramah lingkungan dan dapat menekan emisi. Hal inilah yang menjadi kesukaan para penanam modal.

"Banyak (yang mau) investasi ke Indonesia, contohnya (membangun) data center, tapi mereka setelah melihat, mereka beralih ke negara lain, misalnya Malaysia. Kenapa? Karena mereka ingin penyediaan dari tenaganya adalah tenaga energi bersih atau renewable energy," terang Rosan.

Kategori dan Komponen Investasi Hijau
Kementerian Investasi/BKPM menerbitkan buku kajian strategis seri energi hijau pada 2023. Secara umum, tulisan tersebut berisi kajian upaya pemerintah RI dalam mendorong investasi global dan ekonomi hijau.

Itu termasuk, upaya untuk memetakan potensi sektor-sektor yang potensial dalam mendukung investasi hijau. Konsep ekonomi hijau diusung untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Buku itu mencatat, pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan dapat direkonsiliasi dalam rangka menjaga dan bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Tidak hanya Indonesia, berbagai negara juga sedang transisi menuju ekonomi hijau.

Untuk investasi hijau sendiri, menurut OECD, investasi hijau adalah istilah yang sangat luas yang terkait erat dengan pendekatan investasi lain seperti SRI atau socially responsible investing (Investasi yang terkait dengan tanggung jawab sosial);

ESG atau environmental, social and governance investing (investasi yang terkait dengan investasi lingkungan, sosial dan tata kelola), investasi berkelanjutan, investasi jangka panjang.

Menurut IMF, investasi hijau merupakan investasi yang mencakup investasi publik dan swasta yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan polutan udara.

Baca Juga: Dua Hal Ini Ganjal Investasi Hijau Di Indonesia

Kementerian Investasi/BKPM mencatat, sedikitnya ada 3 komponen utama investasi hijau. Pertama, pasokan energi rendah emisi. Ini melibatkan pergeseran pasokan energi dari bahan bakar fosil ke alternatif yang lebih rendah polusi.

Kedua, efisiensi energi. Investasi hijau juga mencakup teknologi yang mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa. Ketiga, penyerapan karbon.

Berikutnya, Kementerian Investasi/BKPM mencatat, ada 3 komponen atau faktor investasi hijau. Pertama, faktor pasokan, yang terbagi lagi menjadi dua, yaitu pasokan energi rendah emisi dan penyerapan karbon.

Investasi hijau di pasokan energi rendah emisi misalnya mendorong pasokan listrik emisi rendah. Ini bisa menggunakan listrik yang berasal dari tenaga nuklir, EBT seperti tenaga air, angin, matahari, biomassa, geothermal. Selain itu, investasi hijau untuk penelitian & pengembangan energi bersih.

Kemudian, penyerapan karbon, investasi hijau dibutuhkan untuk upaya yang menyangkut soal pertanian, deforestasi, dan pengadaan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau yang dikenal dengan CCS/CCUS.

Kedua, faktor permintaan. Investasi hijau diperuntukkan mendorong efisiensi energi di sektor usaha yang mengonsumsi energi, seperti rumah tangga, industri, transportasi, jasa, dan pertanian.

Ketiga, faktor campuran. Investasi hijau bertujuan untuk mengefisiensi energi di sektor listrik, seperti pembangkit, transmisi, dan distribusi. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar