04 Juni 2024
19:32 WIB
Jajaki Perjanjian Dagang, RI Targetkan Perdagangan Ke Peru US$30 M Per Tahun
Dirjen PEN Kemendag, Didi Sumedi ungkapkan alasan Indonesia bahas perjanjian kerja sama dagang dengan Peru. Indonesia targetkan perdagangan senilai US$25 miliar-US$30 miliar per tahun.
Penulis: Erlinda Puspita
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/11/2022). Antara Foto/Muhammad Adimaja
JAKARTA - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Dirjen PEN Kemendag) Didi Sumedi menyatakan pihaknya saat ini tengah gencar membuka kerja sama perdagangan dengan negara non tradisional, salah satunya kawasan Amerika Latin. Hal ini dilakukan sebagai langkah pemerintah memperluas pasar ekspor Indonesia.
Didi menuturkan, salah satu negara yang ditargetkan untuk kerja sama dagang adalah Peru, melalui perjanjian Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (IP-CEPA) yang saat ini telah memasuki perundingan pertama. Peru dipilih, mengingat Indonesia sebelumnya telah menjalin perjanjian kerja sama dagang dengan Chile, yang merupakan salah satu negara di Amerika Latin bagian Selatan.
"Peru kan juga bagian dari Amerika Latin Selatan, jadi kita membuka dua hub. Chile sudah, sekarang untuk bagian agak ke Utaranya supaya terwakili untuk Utara dan Selatannya," ungkap Didi kepada Validnews, Senin (3/6).
Indonesia dan Chile diketahui telah menandatangani perjanjian bilateral Indonesia-Chile (IC-CEPA) sejak 14 Desember 2017 silam.
Perjanjian IC-CEPA telah memberikan kerja sama di bidang perdagangan dan promosi investasi dan fasilitasi, ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan, pertanian, perikanan, produk-produk kelautan dan akuakultur, UKM, pariwisata logistik dan transportasi internasional, informasi dan teknologi komunikasi, dan lainnya.
Baca Juga: Perundingan Pertama IP-CEPA, Indonesia Dan Peru Bakal Kerja Sama Perdagangan Barang
Amerika Selatan menjadi incaran Indonesia, menurut Didi karena memiliki potensi yang sangat besar. Ia memperkirakan, total dari seluruh perdagangan Indonesia dengan kawasan Amerika Selatan bisa mencapai US$25 miliar hingga US$30 miliar per tahun, atau Rp405 triliun hingga Rp486 triliun (kurs Rp16.214).
"Ini potensinya besar sekali, seluruh Amerika Selatan bisa sampai US$25 miliar hingga US$30 miliar per tahun. Tapi ini potensi ke depan ya, kalau sekarang belum sampai segitu," tutur Didi.
Adapun komoditas unggulan Indonesia yang akan digencarkan ekspor ke Peru adalah produk manufaktur, karena dianggap bernilai tinggi. Di Trade Expo Indonesia (TEI) ke 39 mendatang pun Didi menargetkan perdagangan manufaktur ke Peru akan berkontribusi besar dalam capaian transaksi TEI 39.
Pada perundingan pertama IP-CEPA, kedua negara sepakat untuk memfokuskan pada perdagangan barang lebih dulu.
Pembahasan sektor barang ini meliputi akses asar perdagangan barang, aturan asal barang, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, kerja sama ekonomi, hambatan teknis perdagangan, pengamanan perdagangan, perlindungan atas kesehatan manusia, hewan, atau tumbuhan, penyelesaian sengketa, serta kerangka hukum dan kelembagaan.
Data Kemendag menunjukkan, pada 2023, ekspor utama Indonesia ke Peru, di antaranya kendaraan bermotor dan mobil (US$144 juta), biodiesel (US$31,8 juta), alas kaki (US$44,9 juta), dan kertas (US$13,2 juta).
Baca Juga: Menko: IA-CEPA Dongkrak Perdagangan RI-Australi
Sedangkan impor utama Indonesia dari Peru, di antaranya biji kakao (US$33,1 juta), anggur segar/kering (US$19,7 juta), pupuk mineral atau kimia fosfat (US$8,5 juta), seng tidak ditempa (US$5,3 juta), dan terak ampas logam (USD 2,5 juta).
Selama 2023 total perdagangan kedua negara mencapai US$444,4 juta, yang melingkupi nilai ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$367,4 juta dan impor Indonesia dari Peru sebesar US$77 juta. Sehingga Indonesia juga telah menikmati surplus perdagangan dengan Peru sebesar US$290,4 juta.
Adapun untuk total nilai perdagangan Indonesia-Peru pada periode lima tahun terakhir (2019—2023) dari data Kemendag menunjukkan tren positif sebesar 19,9%. Peru diketahui sebagai negara tujuan ekspor nonmigas ke-45 Indonesia dan urutan ke-62 asal impor Indonesia.
Sementara itu, perdagangan Indonesia dengan Peru tercatat untuk periode Januari-Maret 2024 ini total mencapai US$97,4 juta.
Nilai transaksi tersebut terdiri dari ekspor Indonesia ke Peru sebesar US$63,9 juta atau Rp1,039 triliun (kurs Rp16.269) dan impor Indonesia dari Peru senilai US$33,5 juta Rp545 miliar. Nilai transaksi tersebut menunjukkan Indonesia surplus perdagangan senilai US$30,43 juta atau Rp495 miliar.