20 Juni 2025
13:11 WIB
Jadi Negara Non-Blok, Wamendag Beberkan Strategi Perdagangan Indonesia
Dengan menganut prinsip negara non-blok, Indonesia menjalin dan menjaga hubungan antarnegara agar perdagangan terus berlanjut.
Penulis: Erlinda Puspita
Tangkapan layar Youtube CSIS: Wamendag Dyah Roro Esti Widya Putri dalam sambutannya di acara Peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia Tahun 2025 oleh CSIS, di Jakarta, Jumat (20/6). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri mengungkapkan, dengan prinsip non-blok yang dianut, pemerintah akan terus mendorong kebijakan perdagangan yang menjaga hubungan antarnegara di tengah ketidakpastian global saat ini.
Langkah ini, menurutnya, sebagai upaya pemerintah mencarikan solusi agar Indonesia bisa tetap memperoleh pertumbuhan ekonomi di tengah geopolitik global yang tidak menentu, sekaligus meningkatkan hubungan bilateral.
“Indonesia akan berupaya mencari solusi jalan keluar, bukan hanya status kita sebagai non blok, tapi juga bagaimana kita mempererat hubungan dengan negara-negara sahabat dan kualitas hubungan bilateral. Jadi saat bicara soal perdagangan, itu bukan hanya perdagangan saja, tapi juga peningkatan kualitas hubungan bilateral dengan berbagai kolaborasi,” ujar Roro dalam sambutannya di acara Peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia Tahun 2025 oleh CSIS, di Jakarta, Jumat (20/6).
Baca Juga: Mendag: Ekspor UMKM Tembus Rp850 Miliar Hingga April
Selain itu, menurut Roro, beberapa upaya Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam menghadapi kondisi global saat ini adalah menjaga dan meningkatkan konsumsi rumah tangga Indonesia yang berkontribusi 54%, juga mendorong UMKM agar BISA (berani inovasi dan siap) Ekspor.
Pasalnya menurut Roro, UMKM Indonesia berkontribusi sekitar 60% terhadap PDB.
Perlu diketahui, untuk mendorong UMKM BISA Ekspor, Kemendag juga melakukan penjajakan bisnis (business matching) bagi para pelaku UMKM Indonesia dengan calon pembeli (buyer) di luar negeri dengan melibatkan para perwakilan perdagangan (perwadag) RI di 33 negara akreditasi.
Data Kemendag mencatatkan sepanjang Januari hingga Mei 2025, sudah ada transaksi penjualan produk UMKM mencapai US$68,65 juta atau setara Rp1,1 triliun. Perolehan ini tumbuh 19,16% dari periode Januari-April 2025 dengan total transaksi US$57,61 juta.
“Kami terus berkomitmen membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk UMKM. Business matching menjadi jembatan penting agar pelaku UMKM mengenal pasar global dan mampu mencatatkan transaksi yang nyata dengan buyer luar negeri,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Ekspor Nasional Kemendag, Fajarini Puntodewi.
Sepanjang tahun 2025 Puntodewi membeberkan, pihaknya berhasil memfasilitasi 296 kegiatan business matching yang terdiri dari 197 sesi pitching dan 99 sesi pertemuan langsung antara pelaku UMKM dan buyer potensial.
Baca Juga: Apindo: Hanya 7% UMKM Indonesia yang Terhubung Rantai Pasar Domestik
Total capaian business matching selama periode Mei 2025 menghasilkan potensi transaksi senilai US$11,05 juta, terdiri atas purchase order (PO) US$10,65 juta dan potensi transaksi US$400 ribu.
Puntodewi menyatakan, capaian ini merupakan indikator positif bagi kinerja ekspor UMKM Indonesia.
“Kami optimistis, dengan pendekatan yang lebih adaptif dan berbasis kebutuhan pasar, UMKM Indonesia akan semakin siap bersaing di pasar global,” pungkas Puntodewi.
Pada Mei 2025, terlaksana 50 kegiatan business matching, dengan rincian 32 sesi pitching dan 18 pertemuan dengan buyer. Sebanyak 119 UMKM turut berpartisipasi dari jenis produk yang cukup beragam, antara lain, fesyen, kerajinan, dekorasi rumah (home decor), belalang goreng, produk perikanan, kopi, kertas, serta makanan dan minuman olahan lainnya.