c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

17 Oktober 2023

19:55 WIB

Investasi Gas Bumi Indonesia Masih Diminati

Sumber daya gas bumi di Indonesia masih punya daya tarik bagi investor. Pemerintah menjadikan gas sebagai strategi transisi ke energi bersih.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

Investasi Gas Bumi Indonesia Masih Diminati
Investasi Gas Bumi Indonesia Masih Diminati
Ilustrasi. Rig (PDSI 49 milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengakui bahwa kampanye energi baru dan terbarukan terus disuarakan oleh seluruh negara di dunia.

Perusahaan-perusahaan energi global pun ramai-ramai mengalihkan investasi mereka ke sektor EBT. Meski begitu, dia meyakini Indonesia punya kondisi yang berbeda, yakni EBT belum terlalu berpengaruh menggeser energi fosil.

"Saya bisa kasih contoh bp, perusahaan besar itu masih investasi cukup besar di Indonesia untuk fossil energy. Tapi kalau kita tengok bp secara internasional tidak demikian," ungkap Tutuka dalam sesi diskusi salah satu stasiun TV swasta nasional, Selasa (17/10).

Berkurangnya pendanaan internasional yang sangat masif terhadap fossil energy di berbagai negara, sambung Tutuka, berbeda dengan situasi di Indonesia. Bukan hanya bp, dia menyebut masih banyak perusahaan multinasional yang tertarik berinvestasi untuk eksplorasi gas bumi di Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Tingkatkan Suplai Gas Bumi Penuhi Kebutuhan Domestik

Temuan potensi gas menjadi pendorong perusahaan-perusahaan tersebut berinvestasi di energi fosil.

"Karena di antara fossil energy, gas ini kan lebih green, low carbon, dan tempatnya banyak. Seperti ada temuan potensi 5 TCF gas, itu sangat berpengaruh," sebut dia.

Ia menambahkan, gas sebagai bagian dari energi fosil punya peran yang krusial dalam transisi energi. Indonesia pun ia sebut menjadikan gas sebagai prioritas dan strategi utama dalam bertransisi menuju energi yang lebih bersih.

Soal investasi energi, Tutuka juga menerangkan terdapat peningkatan realisasi industri hulu migas pada September 2023. 

"Perlu saya koreksi bahwa sampai September sudah sekitar 75%, artinya US$11,8 miliar dari target investasi hulu migas 2023 US$15,6 miliar," katanya.

Kegiatan pengeboran sumur menjadi aspek penopang meroketnya investasi hulu migas hingga September 2023. Diketahui, pengeboran hingga periode tersebut telah dilakukan pada 500 unit sumur.

"Ini (pengeboran) meningkat dari tahun sebelumnya. Jadi, saya sudah identifikasi bahwa memang eksplorasi perlu kita galakkan," jabar Tutuka.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa realisasi investasi industri hulu migas sepanjang semester I tahun ini berada di angka US$5,7 miliar.

Baca Juga: Melihat Peran Gas Bumi Sebagai Jembatan Transisi Energi

Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf dalam konferensi persnya mengatakan sekalipun angka itu berada di atas realisasi semester I 2022 yang hanya US$4,7 miliar, tapi belum memenuhi target enam bulan pertama tahun ini sebesar US$7,4 miliar.

"Dari year-on-year ada peningkatan 21,3%, tapi dibandingkan capaian target semester I 2023 baru 77%. Sudah saya sampaikan dari sisi pelaksanaan program belum mencapai sesuai target," ucap dia di Kantor SKK Migas beberapa waktu lalu.

Nanang mengatakan persoalan belum tercapainya target investasi sepanjang semester I tahun ini ialah kendala pada pengeboran sumur hingga beberapa proyek migas yang belum on stream.

"Kendala ada di pengeboran sumur, safety stand down, hingga beberapa project yang belum on stream," jelasnya.

Meski target semesteran belum tercapai, ia tetap optimis target tahunan bisa terlaksana atau bahkan terlampaui.

"Outlook kita bisa mencapai US$15,6 miliar tentunya dengan perhitungan dan forecast yang ada dengan parameter saat ini," tutur Nanang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar