c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

26 September 2024

14:17 WIB

Ini Sederet Pesan Bahlil Untuk Bos-Bos Tambang

Perusahaan tambang diminta menyeimbangkan keuntungan dengan kewajiban mereka terhadap lingkungan maupun masyarakat setempat.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>Ini Sederet Pesan Bahlil Untuk Bos-Bos Tambang</p>
<p>Ini Sederet Pesan Bahlil Untuk Bos-Bos Tambang</p>

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sambutannya pada GMP Award 2024, di Jakarta (25/9). Dok. Kementerian ESDM.

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melayangkan sederet pesan untuk perusahaan-perusahaan sektor pertambangan mineral dan batu bara di Indonesia.

Dalam pembukaan Good Mining Practice (GMP) Award 2024, Rabu (25/9) malam, Bahlil menegaskan perusahaan tambang wajib menjaga keseimbangan antara keuntungan dan tanggung jawab terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar wilayah pertambangan.

Pesan itu dia sampaikan mengingat mineral dan batu bara jadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia. Sekalipun dunia terus mengkampanyekan transisi energi, volume ekspor batu bara Indonesia ia sebut tetaplah besar.

"Sekalipun di dunia global sekarang sedang berbicara tentang energi baru terbarukan, ekspor batu bara kita tetap salah satu yang terbesar, hampir 600 juta ton. Tetapi kita tidak boleh terlena, karena kita sudah punya target tahun 2060 net zero emission," ujar Bahlil mengutip siaran pers Kementerian ESDM, Kamis (26/9).

Salah satu yang menurutnya penting ialah pengelolaan lahan pascatambang yang berorientasi pada masyarakat. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan pertambangan ditegaskannya jangan sekadar memikirkan keuntungan, tetapi juga harus memikirkan masyarakat setempat.

Baca Juga: Bos-Bos Tambang Wajib Setor Segini Untuk Reklamasi

"Pascatambang itu penting, rakyat juga harus diperhatikan. Untung besar itu penting, tapi rakyat juga harus diperhatikan. Jangan sampai masyarakat tambang itu susah," tegas dia.

Kemudian, Bahlil juga meminta bos-bos pertambangan supaya mengelola Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) dengan bijak supaya keseimbangan antara suplai dan permintaan bisa terjaga.

Pasalnya jika suplai terlalu banyak dan tak sejalan dengan menurunnya permintaan, dikhawatirkan berdampak buruk terhadap harga yang menjadi tidak terjangkau.

"Jika suplai terlalu banyak sementara permintaan menurun, hal tersebut dapat menyebabkan harga menjadi tidak terjangkau. Oleh karena itu, pengelolaan harus dilakukan dengan asas transparansi untuk menjaga stabilitas," jelas Bahlil.

Baca Juga: Perusahaan Tambang Bisa Membuka Kembali Lahan Reklamasi, Ini Syaratnya

Pada kesempatan itu, dirinya juga menekankan kolaborasi antara perusahaan tambang lokal dengan investor asing sangatlah penting untuk mengelola fasilitas pemurnian mineral dan batu bara (smelter).

"Smelter-smelter yang ada, baik dari Eropa, Korea, Jepang, maupun China, harus mampu berkolaborasi dengan teman-teman yang punya IUP di sini," katanya.

Dengan catatan-catatan tersebut, Eks-Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu pun berharap sektor pertambangan bisa berkontribusi lebih besar terhadap penerimaan negara.

Bahlil mengungkapkan hingga September 2024 ini, capaian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor pertambangan telah memenuhi 87,5% dari target yang ditetapkan.

"Hari ini target daripada realisasi PNPB kita sudah mencapai 87,5% sampai dengan September. Mudah-mudahan bisa tercapai sesuai dengan target yang ada," ucap Bahlil.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar