02 September 2023
12:35 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, inflasi Agustus 2023 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1%. BPS melaporkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2023 tercatat deflasi sebesar 0,02% (mtm), sehingga secara tahunan mengalami inflasi 3,27% (yoy).
Inflasi yang terjaga merupakan hasil konsistensi kebijakan moneter, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah pusat-daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
“Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5%±1% pada 2024,” sebutnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (1/9).
BI menilai, inflasi inti tetap terjaga rendah. Inflasi inti pada Agustus 2023 tercatat sebesar 0,13% (mtm), stabil seperti kondisi inflasi inti pada bulan sebelumnya sebesar 0,13% (mtm).
Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh inflasi komoditas biaya akademi/perguruan tinggi dan biaya sekolah, sejalan dengan dimulainya tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi inti Agustus 2023 tercatat sebesar 2,18% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,43% (yoy).
Baca Juga: Inflasi Beras 13,76%, BPS: Tertinggi Sejak 2015
Kemudian, inflasi kelompok volatile food menurun. Kelompok pangan bergejolak ini pada Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang inflasi sebesar 0,17% (mtm).
Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh deflasi pada komoditas daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras. “Sementara itu, deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi pada komoditas beras dan aneka cabai,” jelasnya.
Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 2,42% (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang deflasi sebesar 0,03% (yoy).
Selanjutnya, kelompok administered prices juga mencatat deflasi. Kelompok harga yang diatur pemerintah ini pada Agustus 2023 mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm), menurun dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,44% (mtm).
Perkembangan ini dipengaruhi terutama oleh deflasi bahan bakar rumah tangga dan tarif angkutan udara akibat penurunan harga liquid petroleum gas nonsubsidi di tingkat agen, serta normalisasi tarif angkutan udara setelah periode libur sekolah.
Sementara itu, deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi rokok kretek filter dan rokok putih didorong oleh berlanjutnya transmisi kenaikan tarif cukai tembakau. Secara tahunan, inflasi kelompok administered prices terus menurun menjadi 8,05% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 8,42% (yoy).
Baca Juga: BPS: Mamin-Tembakau Sumbang Deflasi Bulanan Agustus 0,02%
Terpisah, Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu menegaskan, pemerintah terus memperkuat koordinasi dan sinergi dengan BI serta pemda dalam mengendalikan inflasi nasional. Utamanya, dengan mengoptimalkan peran APBN serta APBD sebagai shock absorber.
Hal ini pun ditekankan presiden dalam Rakornas Pengendalian Inflasi lewat lima arahan utama. Yakni optimalisasi APBD, penguatan sarana dan prasarana untuk meningkatkan produktivitas pertanian, pengintegrasian data stok dan neraca pangan daerah, penguatan infrastruktur dan rantai pasok untuk distribusi, serta sinergi koordinasi kebijakan pengendalian inflasi.
“Berbagai kebijakan akan terus dilakukan dan diperbaiki untuk menjaga stabilitas harga pangan, seperti gelar pangan murah, stabilisasi pasokan beras termasuk penguatan cadangan beras Pemerintah di Bulog, dan fasilitasi distribusi,” papar Febrio, Jumat (1/9).
Sementara itu, pemerintah melakukan optimalisasi fungsi dan layanan infrastruktur air serta penguatan lumbung dan cadangan pangan, untuk mengantisipasi dampak El Nino yang diperkirakan baru akan berakhir di awal 2024.
Karena itu, pemerintah telah akan menyalurkan bantuan pangan beras sebanyak 10 kg kepada 21,35 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) selama September-November.
“Hal ini tentu saja akan dapat menurunkan harga beras yang cenderung meningkat akhir-akhir ini,” ucapnya.



