24 Juli 2023
15:57 WIB
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
JAKARTA - Belakangan, fenomena sosial commerce kian ramai diperbincangkan di Indonesia. Ini lantaran kehadirannya selain sebagai media sosial kini juga banyak digunakan sebagai media untuk promosi dan belanja. Apalagi, dengan booming-nya Tiktok Shop yang kian hari kian menarik perhatian bahkan para regulator, tapi apa kamu tahu social commerce di Indonesia bahkan sudah hadir sejak 10 tahun lalu?
Menurut Peneliti Center of Digital Economy and SMEs Indef Izzudin Al Farras Adha, Kaskus adalah model social commerce pertama yang pernah hadir di Indonesia. Jika melihat perkembangannya, TikTok Shop, Facebook Shopping, Whatsapp Business dan Line Business baru hadir sejak tiga tahun lalu.
"Sebenarnya kalau kita lihat lagi kebelakang, Indonesia tuh sudah ada model serupa dengan ini (social commerce) 10-15 tahun lalu yaitu Kaskus. Cuma bedanya Kaskus dengan social commerce saat ini setidaknya ada dua hal yang berbeda. Pertama soal data yang kedua soal level of playing field yang sama," katanya dalam pemaparan, Senin (24/7).
Dia menerangkan, perbedaan yang pertama yaitu terkait data. Menurutnya, saat ini lantaran perkembangan teknologi saat itu belumlah masif, serta pengolahan data pribadi yang digunakan tidak merinci seperti yang saat ini diterapkan.
"Jadi soal data, dulu para platform ini belum bisa mengambil data pribadi sedemikian canggihnya seperti saat ini. Misalnya tadi Kaskus, mereka dulu itu sudah ada jualan antar UMKM lokal dengan para pembelinya dan para penjual. Namun itu tidak bisa dengan serta merta mengambil data pembeli yang ada di kaskus secara makro," terangnya.
Baca Juga: Live Shopping, Jurus Seller Dongkrak Penjualan
Menurut Farras, platform social commerce dulu hanya bisa mengambil data penjualan atau transaksi yang ada di lapak mereka. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, kini data pribadi pengguna bisa langsung diambil oleh platform secara langsung.
Dia menambahkan, hal tersebut yang tidak bisa dilakukan Kaskus saat itu dan bisa dilakukan social commerce lainnya saat ini. Penggunaan data inilah yang disebut membuat social commerce yang baru-baru ini muncul dapat berkembang pesat.
Dengan perkembangan teknologi dan algoritma yang bisa diarahkan baik dari media sosial maupun e-commerce, Farras berharap data pribadi para pengguna Indonesia bisa dilindungi oleh Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi. Untuk itu, ia berharap agar peraturan turunannya ini bisa segera direvisi oleh pemerintah.
"Sehingga apa punishment bagi para pelanggar data pribadi ini bisa lebih keras karena sebelumnya data pribadi itu hanya melalui peraturan kominfo yang hanya sanksi administratif. Nah dengan perubahan peraturan data pribadi itu bisa ada sanksi pidana yang yang tentu peraturan teknis yang kita harapkan bisa keluar segera," ujarnya.
Baca Juga: Tanpa Regulasi, Social Commerce Main Sendiri
Perbedaan kedua, yaitu level of playing field. Farras mengatakan, dengan data yang dimiliki dan kemampuan mengolah data dalam jumlah yang besar, akhirnya platform bisa mengetahui preferensi konsumsi yang diinginkan konsumen baik di negara, wilayah atau bahkan secara spesifik kepada pengguna tersebut.
"Kemudian ketika pengguna punya preferensi tadi misalnya, kemudian platform tahu maka dengan cepat akan ditampilkan di platform mereka kemudian mereka akan melakukan produksi sendiri barang barang itu, inilah yang kemudian terjadi di TikTok Shop," katanya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan Project S TikTok Shop yang belakangan ramai diperbincangkan oleh masyarakat menggunakan data yang dimiliki platform, hingga akhirnya mereka mampu memproduksi barang yang diinginkan konsumen. Apalagi dia mengatakan bahwa China adalah salah satu kekuatan dagang yang terkuat di dunia.
Selain itu, border coast-nya pun relatif murah dibandingkan negara lainnya sehingga biaya produksi nya lebih murah ditambah saat ini Tiktok Shop masih tahap bakar uang oleh para pemodalnya.
"Sudahlah biaya produksinya murah, biaya pengiriman bahkan sering gratis terlebih belum ada regulasi di Indonesia mengenai social commerce ini sehingga laku lah produk produk Tiktok Shop khususnya di Indonesia," ucap Farras.