c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

11 September 2024

16:32 WIB

Indef: Antisipasi Kredit Macet Paylater Di Tengah Penurunan Daya Beli

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengatakan, lembaga keuangan perlu untuk mengantisipasi potensi kredit macet dari paylater dit tengah penurunan daya beli.

<p>Indef: Antisipasi Kredit Macet <em>Paylater&nbsp;</em>Di Tengah Penurunan Daya Beli</p>
<p>Indef: Antisipasi Kredit Macet <em>Paylater&nbsp;</em>Di Tengah Penurunan Daya Beli</p>

Seorang pekerja mengakses fitur Paylater di aplikasi E-commerce di perkantoran kawasan Cilandak, Jak arta, Selasa (21/3/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, lembaga keuangan perlu untuk mengantisipasi potensi kredit macet dari peningkatan penggunaan layanan beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL) di tengah daya beli masyarakat yang menurun.

"Kondisi ini akan mengancam lembaga keuangan jika banyak terjadi non performing loan (kredit macet)," kata Esther seperti dilansir Antara.

Dia menuturkan jika kredit macet bertambah, kinerja dan likuiditas lembaga jasa keuangan dapat terganggu.

"Tentunya potensi kredit macet pasti ada, ini berpeluang mengganggu likuiditas lembaga keuangan," ujarnya.

Baca Juga: Paylater, Fitur Favorit Generasi Z

Menurut dia, peningkatan penggunaan layanan paylater oleh masyarakat saat ini menandakan bahwa daya beli masyarakat menurun karena kecepatan kenaikan inflasi tidak sebanding dengan kenaikan upah.

"Artinya kenaikan harga tidak diikuti kenaikan upah sehingga masyarakat yg memang harus beli barang tapi tidak mampu makanya solusinya paylater," tuturnya.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan outstanding pembiayaan untuk transaksi beli sekarang bayar nanti atau buy now pay later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan (PP) per Juli 2024 tumbuh 73,55% secara year on year (yoy) menjadi Rp7,81 triliun.

“Angka ini lebih rendah dari paylater pada perbankan,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman di Jakarta, Sabtu (7/9).

Baca Juga: OJK dan Pengamat Ungkap Potensi Bisnis Paylater Bagi Bank

Sementara porsi produk kredit BNPL perbankan sebesar 0,24%, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.

Per Juli 2024 baki debet kredit BNPL tumbuh 36,66% yoy menjadi Rp18,01 triliun, dengan total jumlah rekening 17,90 juta. Risiko kredit untuk BNPL perbankan turun ke level 2,24%.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pada Juli 2024 kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) gross perbankan yang relatif stabil di level 2,27% dan NPL net sebesar 0,79%.

Loan at Risk (LaR) juga menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,27%. Rasio LaR tersebut juga mendekati level sebelum pandemi, yakni sebesar 9,93% pada Desember 2019.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar