c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

14 Juli 2025

12:25 WIB

IEU-CEPA Rampung, RI Berharap Ekspansi Bisnis Dan Investasi Dari Eropa

IEU-CEPA diharapkan dapat membuka peluang investasi langsung dari 27 negara anggota Uni Eropa ke Indonesia.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">IEU-CEPA Rampung, RI Berharap Ekspansi Bisnis Dan Investasi Dari Eropa</p>
<p id="isPasted">IEU-CEPA Rampung, RI Berharap Ekspansi Bisnis Dan Investasi Dari Eropa</p>

Presiden Prabowo Subianto (kiri) disambut oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kanan) saat keduanya bertemu di markas Komisi Eropa, Gedung Berlaymont, Brussels, Belgia, Minggu (13/7/2025). Antara/HO-Tim Media Presiden Prabowo Subianto.

JAKARTA - Menteri Investasi dan Hilirisasi/CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, pemerintah berharap ada lebih banyak perusahaan asal Eropa yang berekspansi dan berinvestasi di Indonesia, setelah kedua pihak menyepakati perjanjian ekonomi komprehensif (IEU CEPA) yang ditargetkan ditandatangani pada September 2025.

Dirinya bahkan memperkirakan, terdapat peluang investasi dari 27 negara anggota Uni Eropa sekaligus akses bagi Indonesia masuk ke dalam pasar 27 negara yang dimaksud.

“Dari segi investasi kami harapkan juga responsnya menjadi lebih positif, karena memang selama ini investasi kalau masuk Indonesia memang paling banyak dari negeri Belanda ya, tetapi beberapa investasi yang sudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Prancis seperti L'Oreal akan ekspansi lagi (ke Indonesia),” ujarnya dikutip dari Antara, Senin (14/7).

Baca Juga: Perundingan IEU-CEPA Masuk Babak Baru, Menko Airlangga: Sampai Di Putaran Akhir

Turut hadir dalam pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa, di Markas Besar Uni Eropa, Brussels, Rosan menyebut IEU-CEPA juga diharapkan dapat meningkatkan perdagangan dua negara, yang semula sebesar US$30 miliar menjadi US$60 miliar.

Dia menilai, adanya perjanjian ekonomi komprehensif juga akan menjadi alternatif pasar bagi Indonesia terutama di tengah situasi geopolitik dan geoekonomi yang serba tidak pasti.

“Di tengah meningkatnya geopolitik dan geoekonomi yang cukup tidak menentu ini, tetapi kita membuka pasar, mendiversifikasi pasar-pasar kita, dan kita ketahui negara Uni Eropa ini ada 27 negara yang akan meratifikasi perjanjian dari IEU CEPA," tambahnya.

Pada kesempatan sama, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen membeberkan total penduduk antara Indonesia dan Uni Eropa mencapai 730 juta orang, yang mana Indonesia merupakan pemasok utama dari barang-barang penting untuk Eropa.

Meski demikian, Indonesia saat ini menempati urutan kelima di ASEAN untuk penerima investasi langsung (FDI) terbesar dari Uni Eropa, dan Indonesia juga masih menjadi mitra dagang terbesar kelima Uni Eropa di Asia Tenggara.

Berangkat dari kondisi tersebut, Presiden Ursula optimistis masih banyak potensi yang belum dieksplorasi, dan dengan adanya CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa dapat membuka peluang-peluang usaha dan kerja sama investasi yang baru antara dua belah pihak.

Melunak Soal EUDR
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso ikut menyorot perjalanan panjang perundingan IEU-CEPA yang telah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun sejak tahun 2016. Menurutnya, dinamika tersebut merupakan hal wajar dalam proses negosiasi dagang yang melibatkan unsur tawar-menawar, untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Adapun kesepakatan IEU-CEPA yang saat ini rampung dan tinggal menunggu penandatanganan di bulan September mendatang, menurutnya juga bisa terjadi lantaran Uni Eropa mulai melunak soal kebijakan European Union Deforestation Regulation (EUDR) atau UU Anti Deforestasi.

“Sebenarnya kan ketika proses IEU-CEPA ini mau selesai ya, hal-hal seperti EUDR dan sebagainya mulai melunak," ujarnya saat memberikan keterangan pers di Brussel, Belgia, Sabtu (12/7).

Mendag menyebut, isu-isu seperti EUDR mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran lantaran Uni Eropa menunjukkan keinginan kuat untuk menjalin kemitraan jangka panjang dengan Indonesia. Sebab itu, pemerintah saat ini memfokuskan upaya untuk merampungkan IEU-CEPA lebih dulu sebagai dasar penguatan hubungan dagang kedua pihak.

Sedikit informasi, EUDR sendiri merupakan peraturan dari Uni Eropa yang bertujuan untuk mengurangi deforestasi global yang disebabkan oleh konsumsi komoditas tertentu, seperti minyak kelapa sawit, kayu, kopi, dan lainnya.

Baca Juga: Diteken September, Kadin Optimistis IEU-CEPA Lipat Gandakan Dagang RI-UE

Adapun peraturan tersebut mewajibkan perusahaan yang memasok, mengimpor, atau mengekspor produk-produk tersebut ke Uni Eropa untuk membuktikan, bahwa produk mereka tidak berasal dari lahan yang mengalami deforestasi atau degradasi hutan.

Sebelumnya, peraturan tersebut pula yang diyakini menjadi alasan Indonesia masih menjadi negara kelima ASEAN dalam hal penerima investasi dan menjadi mitra dagang dengan Uni Eropa. Seiring dengan kondisi ketidakpastian global yang terjadi dan kebutuhan kedua pihak untuk menjalin kerja sama strategis, peraturan terkait EUDR pun akhirnya melunak.

Lebih lanjut, Mendag kembali menambahkan rampungnya IEU-CEPA akan membuka alternatif baru bagi perluasan pasar ekspor Indonesia, dan meningkatkan ekspor ke kawasan Eropa.

"Ini alternatif baru buat pasar kita. Kan impor EU (Uni Eropa) ke dunia kan US$6,6 triliun, kalau kita bandingkan Amerika US$3,3 something triliun ya. Jadi kalau kita bisa masuk lebih besar ke IEU-CEPA, saya pikir ini pasar yang bagus buat kita untuk alternatif pasar-pasar di negara lain," imbuhnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar