c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

18 Desember 2024

08:00 WIB

IESR: Tingkatkan Kualitas BBM Untuk Atasi Polusi Udara

Aktivitas sektor transportasi menjadi kontributor utama polusi udara. Sebagai awalan menangani masalah ini, penting untuk meningkatkan kualitas BBM.

Penulis: Aurora K M Simanjuntak

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">IESR: Tingkatkan Kualitas BBM Untuk Atasi Polusi Udara</p>
<p id="isPasted">IESR: Tingkatkan Kualitas BBM Untuk Atasi Polusi Udara</p>

Pengendara sepeda motor melintas di dekat papan informasi harga BBM di salah satu SPBU kawasan Kuningan Timur, Jakarta, Selasa (1/10/2024). Sumber: AntaraFoto/Aprillio Akbar

JAKARTA - Penelitian Institute for Essential Services Reform (IESR) menyatakan, kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang buruk bakal berdampak negatif terhadap kualitas udara dan kesehatan masyarakat.

Analis Kebijakan Lingkungan IESR, Ilham R. F. Surya menyampaikan, pemerintah dan dunia usaha semestinya mulai meningkatkan kualitas BBM dalam negeri.

"Kualitas bahan bakar yang tidak baik itu membuat kualitas udara yang buruk juga. Maka dari itu, kita menyoroti kualitas bahan bakar kita yang memang sudah seharusnya ditingkatkan," ujarnya dalam Editorial Forum: Mendorong BBM Berkualitas di Indonesia, Jakarta, Selasa (17/12).

Menurut Ilham, sampai saat ini belum ada upaya untuk melakukan peningkatan kualitas BBM secara menyeluruh. Ia mencontohkan, sangat sedikit pom bensin, seperti Pertamina, yang menjual bahan bakar sudah lulus standar Euro 4.

Dia menyebutkan, Pertamina baru memiliki tiga jenis bahan bakar yang sudah lulus standar Euro 4, yaitu Pertadex, Pertamax Green, dan Pertamax Turbo. Ia menilai penting untuk meningkatkan baik jumlah pom yang menjual BBM maupun jenis BBM yang lebih berkualitas.

Baca Juga: IESR: Peningkatan Kualitas BBM Cara Strategis Bereskan Polusi Udara

"Itu kurang lebih hanya 1% dari total market share bahan bakar di Indonesia. Memang itu ditargetkan untuk bisa didistribusikan secara nasional secara menyeluruh di tahun 2028," kata Ilham.

Sekarang ini mayoritas BBM yang digunakan masyarakat RI, kira-kira 90%, memiliki kualitas lebih rendah dari standar Euro. Itu sebabnya, emisi gas buangnya pun lebih banyak dan buruk.

Ilham menuturkan, apabila Indonesia sudah mengimplementasikan standar Euro 4 sejak sekarang, nanti di 2030 emisi gas buang jauh berkurang. Dengan demikian, kualitas udara meningkat, lingkungan lebih bersih, kesehatan masyarakat pun tidak terganggu.

Dia menyebutkan, ada tiga jenis penyakit yang banyak menyerang masyarakat karena kualitas BBM yang buruk. Itu meliputi, pneumonia, iskemia jantung, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

"Kalau kita mengimplementasikan Euro 4 sekarang, pengurangan PM25 dan PM10-nya bisa sampai 96%. Lalu pengurangan SOX, NOX, itu juga 80%-90%. Jadi secara garis besar peningkatan di sisi lingkungan atau (penurunan) polusi udara sangat besar," katanya.

Upaya Pemerintah
Menjawab soal peningkatan kualitas BBM di Indonesia, Deputi III Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Rachmat Kaimuddin mengakui, sektor transportasi menyumbang polusi udara terbesar selain PLTU batu bara.

Menurut Rachmat, ada beberapa solusi yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor. Pertama, beralih menggunakan kendaraan listrik.

"Kita lihat peraturan yang sudah ada, pertama, tentunya solusi permanennya kalau kita cerita, apa sih solusi permanennya asap knalpot? Knalpotnya harus hilang, berarti ganti mobil listrik, motor listrik," ujarnya.

Rachmat menuturkan, pemerintah tengah menjalankan program pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di RI. Namun, ia menilai, transformasi ini tidak bisa instan. Ditambah lagi, pangsa pasar EV di Tanah Air masih minim.

Baca Juga: Uji Lab Lemigas Rampung, Kualitas Pertamax Sesuai Spesifikasi

"Iya kita punya program, tapi sepertinya nggak bisa (instan), karena ada berapa puluh juta kendaraan di Jakarta dan penjualannya, market share-nya masih sedikit. Pasti butuh puluhan tahun untuk mengganti semua populasi kendaraan," imbuhnya.

Kedua, standar mesin kendaraan cukup memadai. Standar Euro 4 untuk emisi gas buang sudah diadopsi oleh sederet industri manufaktur atau produsen otomotif. Mobil kebanyakan sudah menerapkan, tapi motor masih Euro 3.

Rachmat menilai, dari sisi engine, kendaraan di Indonesia sudah cukup memenuhi standar yang diminta. Di satu sisi, BBM berkualitas atau BBM yang lebih bersih belum tersebar merata.

Ketiga, masalah BBM yang tersedia di Indonesia belum semuanya menyabet standar Euro 4.

"BBM-nya di Indonesia yang tersedia memang yang standar Euro 4 ini atau 50 PPM sulfur itu belum banyak," aku Rachmat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar