c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

11 Juni 2025

10:08 WIB

IESR Dorong Penguatan Kerja Sama Dengan China Kembangkan Ekosistem Energi Surya

Inisiatif kerja sama energi surya dengan China dapat mencakup seputar teknologi panel surya, elektrifikasi wilayah kepulauan, teknologi BESS, sampai riset teknologi PLTS sesuai iklim tropis

Penulis: Yoseph Krishna

<p id="isPasted">IESR Dorong Penguatan Kerja Sama Dengan China Kembangkan Ekosistem Energi Surya</p>
<p id="isPasted">IESR Dorong Penguatan Kerja Sama Dengan China Kembangkan Ekosistem Energi Surya</p>

Teknisi memeriksa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Gedung Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (29/4/2025). AntaraFoto/Asprilla Dwi Adha

JAKARTA - Dalam rangka merayakan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan China, Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong adanya kerja sama strategis antarkedua negara dalam menjalankan agenda transisi energi.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan salah satu kerja sama yang bisa dijalankan dengan Negeri Panda ialah pengembangan ekosistem teknologi energi surya. Dalam hal ini, IESR mengusulkan inisiatif bertajuk China-Indonesia Solar Partnership.

Inisiatif kerja sama itu bisa mencakup produksi teknologi sel dan modul surya generasi terbaru, hingga elektrifikasi wilayah kepulauan di Indonesia dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Baca Juga: PLTS Terbesar Akan Dibangun Di Banyuwangi

Di samping itu, kerja sama strategis juga bisa melingkupi proyek sistem penyimpanan energi (Battery Energy Storage System/BESS) sebagai substitusi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), serta riset gabungan pemanfaatan teknologi PLTS yang sesuai dengan iklim tropis.

Dirinya meyakini, kemitraan tersebut sangat ideal baik bagi Indonesia maupun China. Teknologi sel surya milik China nantinya bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan potensi energi surya di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ketenagalistrikan.

"Kemitraan ini sangat ideal bagi kedua negara, yang akan memanfaatkan penguasaan teknologi sel surya Tiongkok, serta potensi energi surya dan kebutuhan Indonesia untuk membangun industri teknologi hijau sebagai motor pertumbuhan ekonomi," imbuh Fabby lewat keterangan yang diterima, Selasa (10/6).

Sebagai negara kontributor emisi terbesar bagi dunia, Indonesia dan China punya tanggung jawab moral dalam menunjukkan kepemimpinan negara-negara berkembang untuk mengatasi ancaman perubaha iklim.

Karena itu, penting bagi kedua negara untuk menjalin kemitraan strategis dalam rangka mewujudkan transformasi energi hijau dan berkelanjutan. Tiongkok, sebut Fabby, bisa membantu Indonesia untuk menyediakan investasi infrastruktur dan pembangunan industri teknologi energi terbarukan.

Berdasarkan kajian IESR, Indonesia punya potensi teknis energi terbarukan sebesar 7.700 giga watt (GW). Angka tersebut dua kali lebih besar daripada proyeksi ataupun data yang dipublikasi oleh pemerintah.

"Ini dua kali lebih besar dari data resmi pemerintah. Energi surya dapat menghasilkan listrik dengan sumber daya yang terbesar," kata dia.

Fabby pun meyakini pemanfaatan energi surya secara masif yang dibarengi dengan penerapan energy storage dan modernisasi jaringan kelistrikan jadi solusi paling cepat untuk menjalankan agenda dekarbonisasi.

Baca Juga: Kendala Kelembagaan Untuk Mempercepat Transisi Energi

Apalagi, Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan pemenuhan kebutuhan energi yang terus meningkat tiap tahunnya. Di lain sisi, pemerintah juga punya ambisi untuk memastikan tingginya pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan aspek keberlanjutan.

Namun demikian, Fabby mengakui ada pandangan yang meragukan kemampuan energi terbarukan seperti surya dan angin untuk menjadi tulang punggung sistem ketenagalistrikan nasional karena ada sifat intermitten yang melekat di tubuh kedua sumber energi itu.

Mengenai hal itu, ditegaskannya ada banyak negara seperti Australia, India, hingga China yang kemudian berhasil mengatasi intermitensi energi terbarukan lewat aplikasi sistem penyimpanan energi.

"Selain itu juga, teknologi penyimpanan energi sudah semakin maju, seperti baterai lithium ion, sodium-ion, hingga teknologi solid state yang lebih terjangkau dan meningkatkan keandalan surya dan angin. Teknologi penyimpanan daya hidro terpompa (pumped hydro storage) dan penyimpanan hidrogen juga hadir sebagai solusi pelengkap," pungkas Fabby Tumiwa.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar